NovelToon NovelToon
Jika Esok Kita Menikah

Jika Esok Kita Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:11.3k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Pertemuan pertama begitu berkesan, itu yang Mada rasakan saat bertemu Rindu. Gadis galak dan judes, tapi cantik dan menarik hati Mada. Rupanya takdir berpihak pada Mada karena kembali bertemu dengan gadis itu.

Rindu Anjani, berharap sang Ayah datang atau ada pria melamar dan mempersunting dirinya lalu membawa pergi dari situasi yang tidak menyenangkan. Bertemu dengan Mada Bimantara, tidak bisa berharap banyak karena perbedaan status sosial yang begitu kentara.

“Kita ‘tuh kayak langit dan bumi, nggak bisa bersatu. Sebaiknya kamu pergi dan terima kasih atas kebaikanmu,” ujar Rindu sambil terisak.

“Tidak masalah selama langit dan bumi masih di semesta yang sama. Jadi istriku, maukah?” Mada Bimantara

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 - Pendekatan

Hari kedua pameran, tiga puluh menit sebelum pameran dibuka ada briefing kecil dipimpin oleh Mada. kali ini pria itu tidak menggunakan setelan kerja lengkap dengan jas, melainkan jeans serta seragam sales dan sneakers. Fokus mendengarkan sambil menatap Mada menjadi booster sendiri bagi Rindu.

“Fokus dan fokus, penjualan kita kemarin sudah bagus. Bukan hanya di sini, tapi penjualan keseluruhan. Selamat untuk yang kemarin berhasil mendapatkan customer, masih ada empat hari lagi. Kita ada waktu sekitar ….” Mada melirik jam tangannya. “Dua puluh menit. Silahkan bersiap dan jangan lupa sarapan, itu penting.”

Mada mengajak semua timnya untuk berdoa sebelum memulai aktivitas pameran hari ini. Lalu melipir ke luar melalui pintu parkiran, mencari tempat untuk merokok.

Fokus dengan ponsel sambil menghembuskan asap rokok. Hampir habis satu batang, pandangannya tertuju pada gadis yang baru saja lewat. Senyumnya mengembang lalu membuang puntung tadi dan menginjaknya. Mengikuti kemana langkah gadis itu pergi.

“Rindu,” panggilnya.

Rindu pun berbalik. “Eh, Pak Mada. selamat pagi,” sapa Rindu sambil mengangguk.

“Hm. Mau kemana?”

“Ke motor, ambil minum sama charger. Kelupaan.”

Mada mengangguk dan mengekor langkah gadis itu.

“Bapak mau kemana?”

“Pengennya kencan, cuma waktunya gak tepat. Harus kerja keras demi masa depan.”

Rindu membuka jok motor membuka goody bag dan mengeluarkan tumbler juga chargeran lalu kembali merapikan dan menutup kembali.

“Anak sultan harus kerja keras juga ya pak, kirain orang kaya saya doang yang harus mikir dan kerja keras.”

“Jangan salah, kadang kerja keras kami lebih berat. Kalau kami lengah apa yang kita miliki bisa habis dan aku kerja keras karena yakin semua ini hanya titipan. Kamu naik motor?”

“Iya pak. Mobil saya masih di dealer,” sahut Rindu lalu terkekeh. “Saya balik ke dalam ya, pak.”

“Ya sama, emang saya mau di sini terus kayak tukang parkir.”

Sudah sampai pintu ke dalam gedung, tangan Mada bahkan sudah siap menarik pintu.

“Makan siang bareng aku ya,” ujar Mada.

“Tapi--”

“Oke, deal,” sahut Mada padahal Rindu belum jawab.

“Eh.”

Mada membuka pintu dan mempersilahkan Rindu masuk duluan. SUasana tempat itu mulai ramai karena semua stand sudah bersiap. Rindu berusaha fokus meski terdistorsi dengan ajakan Mada.

Pesona pria itu sungguh luar biasa. Mengingat ajakan makan siang membuat Rindu merona. Namun, mengingat siapa dirinya Rindu mendadak ingin menyerah apalagi perempuan di sekitaran Mada terlihat mencari perhatian dan simpati.

“Sadar Rindu, belum tentu juga Mada tertarik sama lo bisa jadi cuma kasihan,” batin Rindu.

Hampir jam makan siang dan suasana pameran sedang ramai, Rindu dipanggil merapat ke booth.

“Kenapa mbak?”

“Customer kemarin jadi transaksi, dua hari lagi akad dan bayar. Customer bawaan kamu.”

“Ah, serius mbak?”

“Yaelah, beneran loh. Lumayan akhir bulan dapat bonus,” bisik supervisor Rindu.

“saya juga dapat?” tanya Rindu dijawab dengan anggukan.

“Ada apa ini, heboh amat.”

Sudah ada Mada di antara kedua wanita itu.

“Rindu goal satu unit pak.”

“Wah, bagus dong. Hari ini gimana?”

“Tadi sih ada tiga orang, tapi belum kelihatan progress. Nanti saya follow up lagi.”

“Semangat, kamu punya bakat,” ujar Mada menepuk bahu Rindu.

“Bakat apa pak?” tanya sales supervisor.

“Bakat bikin saya klepek-klepek,” sahut Mada lalu tergelak.

“Cie-cie, Pak Mada. Bentar lagi Pak Arya ngunduh mantu lagi nih.”

“Wah, bagus itu.”

Rindu mengu lum senyum meski tidak paham saat membahas Arya. Perasaannya semakin tidak karuan melihat sikap Mada. Namun, yang ia lihat dari pertemuan dengan Mada di cafe sepertinya pria itu memang senang bercanda dan kalimatnya barusan tidak bisa dijadikan patokan kalau ada ketertarikan dengannya.

Mendengarkan obrolan Mada dengan supervisornya, sesekali Rindu mencuri pandang pada Mada. saat pria itu melirik jam tangan dan menatap ke arahnya, Rindu langsung menunduk.

“Ayo,” ajak Mada

“Kemana?” tanya Rindu dengan raut wajah bingung.

“KUA, mau?”

“Hah.”

“Udah sana ikut aja Rin, dijamin nggak nyesel.”

“Saya traktir makan, tapi di kantin. Kalau dekat mungkin saya ajak ke blue cafe,” ujar Mada. Rindu hanya bisa mengekor langkah Mada.

Dari sekian banyak tenant di kantin, beruntung Mada memilih agak ujung dan tidak ada staf, sales dan SPG dari Bimantara Property di sana. Rindu lebih lega tidak ada yang melihatnya bersama Mada.

“Udah lama kamu jadi SPG?” tanya Mada saat menunggu pesanan mereka dan menempati meja kayu dengan kursi plastik, duduk berhadapan.

“Dari mulai saya kerja, pak. Sekitar tiga tahun, kayaknya. Dulu saya kerja di mini market sambil kuliah.”

“Oh, masih kuliah?” tanya Mada melihat Rindu usianya memang masih muda.

“Saya cuti, tapi nggak tahu kapan lanjut lagi. Nggak ada biayanya dan sibuk aja ke sana kemari cari cuan.”

Mada mengangguk, tidak ingin menertawakan atau berkomentar dari pernyataan Rindu. Menurutnya perjuangan gadis di hadapannya ini luar biasa. Dia tinggal pilih akan kuliah di mana tanpa memikirkan biaya pendidikan juga biaya hidup. Apalagi sekarang, pekerjaan jelas hanya dituntut untuk segera menikah. Ah, iya, menikah. Untuk merealisasikannya ia butuh calon istri. Mungkin saja orang itu ada Rindu, tapi tidak semudah itu. Mereka baru kenal dan harus memastikan apakah Rindu memang gadis yang baik dan pantas menjadi menantu keluarga Bimantara.

Membuka ponselnya Mada mengirim pesan pada seseorang. Orang kepercayaan Doni yang biasa ditugaskan mengawasi atau menyelidiki sesuatu.

[Cari tahu informasi seseorang, detailnya aku kirim]

Membuka sistem perusahaan dan melihat database SPG yang sedang bertugas. Mada mencari profil Rindu.

“Nama lengkap kamu siapa?” tanya Mada lagi masih fokus dengan ponselnya. “Name tag kamu cuma Rindu.”

“Harus nama lengkap, pak?” Rindu malah balik tanya.

“Iyalah, buat dihafal kalau nanti ijab qabul.”

Wajah Rindu berubah datar mendengar candaan Mada. “Pak Mada, bercanda terus ih.”

“Nama lengkap,” ucap Mada lagi.

“Rindu Anjani.”

Gegas Mada mengetik nama itu dan keluarlah biodata Rindu lengkap dengan fotonya, setelah itu mengirimkan pada orang kepercayaannya tadi. Kebetulan pesanan mereka pun datang.

“Makan dulu, jangan lihatin wajah saya terus nanti jatuh cinta,” ejek Mada lagi karena tahu sejak tadi Rindu menatapnya.

“Suruh siapa dibikin baper,” gumam Rindu, tapi didengar oleh Mada.

“Jadi kamu udah baper. Baguslah.”

Rindu menikmati makan siang sambil menunduk karena berada dalam pandangan Mada.

“Pak, kok Cuma saya yang diajak makan?”

“Kalau saya ngajak yang lain, namanya prasmanan. Biasanya hari terakhir nanti ada makan-makan, nah itu saya ajak semua tim. Lagian yang bikin saya penasaran cuma kamu doang.”

Baru selesai menghabiskan makanannya dan mengeluarkan bungkus rokok, ponsel Mada berdering ada nama Moza.

“Iya,” ujar Mada.

“Lagi di mana? Aku sama Papa di pameran nih.”

“Oh, udah datang. Baru beres makan, bentar gue ke situ.”

“Buruan. Udah kangen, aku nggak bisa lama.”

“Halah, kangen, tapi kalau ada bang Dewa juga lupa. Ya udah, tutup. Gue ke dalam sekarang.”

Mada mengantongi ponselnya dan mengeluarkan uang untuk membayar tagihan makan.

“Ke dalam lagi ya, ada bos besar,” ucap Mada dan Rindu hanya mengangguk. “Lain kali makan siang di tempat yang lebih nyaman.”

“Saya doang atau ajak yang lain?”

“Kamu doang lah, kalau ajak yang lain nanti aja pas resepsi.”

“Hah!”

1
Felycia R. Fernandez
yang awal katanya ingin belajar ilmu bisnis,malah berubah jadi ilmu Pepet Mada...
😆😆😆😆
kamu gak masuk dalam hati Mada Arba,lebih baik sadar diri...
jauh jauh gih dari Mada
hiro_yoshi74
emang enakbdi cuekin
Purnama Pasedu
ngotot ya
tiara
sepertinya ayah Rindu orang kaya,cuma karena pamanya suka minta uang terus jadi ga peduli tuh sama kehidupan mereka
Esih Esih
apa mungkin rindu anak nya felix,kan dia org nya doyan selingkuh
Felycia R. Fernandez: wow...👍👍👍👍👍
aku gak kepikiran kesana kk...
keren kk nya
Esih Esih: ayo kak dtyas kita main tebak tebakan aja 🤣🤣
total 3 replies
Esih Esih
apakah ayah rindu orang kaya
Felycia R. Fernandez
judulnya Mada kebelet nikah kk Thor Dtyas 😆
Felycia R. Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣
tiara
ayo Mada cepat halalin Rindu biar biar bisa tinggal bareng
Felycia R. Fernandez
kasi pelajaran tuh buat pakde bude dan sepupunya...
babat habis sampai ke akarnya...
🤬🤬🤬🤬🤬
Esih Esih
aduh dikit amat cerita nya kak,kaya lg nyolek sambel tp blm sempet ke makan alias nanggung amat🤣🤣
aroem
bagus
Naja Naja nurdin
ya Ela model gombal nya yahut bingit bang
tiara
Rindu diselamatkan Mada dan anak buahnya tinggal keluarga pamannya nih menunggu pembalasan dari Mada
Sastri Dalila
👍👍👍👍
tiara
ayo Mada selamatkan Rindu,kamu pasti tau keberadaan Rindu lewat aplikasi kan
Rohmi Yatun
cerita yang menarik 🌹🌹🌹🌹👍
iyed
paling males klo baca novel tpi pemeran utama tolol jancok setan babi macam nie
dan author nya bikin nya terlalu polos
ku laporin ke pihak mangga toon mampus kau
hiro_yoshi74
sayang atu kalo di lempar besok ngk isa baca bab selanjutnya ......
Felycia R. Fernandez
cepetan Mada,keburu babak belur ayank mu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!