NovelToon NovelToon
Fangirl Cantik Milik Tuan Antagonis

Fangirl Cantik Milik Tuan Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Obsesi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kaya Raya / Fantasi Wanita / Ruang Ajaib
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: BlackMail

Aluna, seorang pekerja kantoran, punya satu obsesi: Grand Duke Riven Orkamor, antagonis tampan dari game otome yang seharusnya mati di semua rute. Baginya, menyelamatkan Riven adalah mimpi yang mustahil.

​Hingga sebuah truk membuatnya terbangun sebagai Luna Velmiran — putri bangsawan kaya raya yang manja dan licik, salah satu karakter dalam game tersebut.

​Kini, Riven bukan lagi karakter 2D. Ia nyata, dingin, dan berjalan lurus menuju takdirnya yang tragis. Berbekal pengetahuan sebagai pemain veteran dan sumber daya tak terbatas milik Luna, Aluna memulai misinya. Ia akan menggoda, merayu, dan melakukan apa pun untuk merebut hati sang Grand Duke dan mengubah akhir ceritanya.

​Namun, mencairkan hati seorang antagonis yang waspada tidaklah mudah. Salah langkah bisa berarti akhir bagi mereka berdua. Mampukah seorang fangirl mengubah nasib pria yang ia dambakan, ataukah ia hanya akan menjadi korban tambahan dalam pemberontakannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 : Lele Truno

Luna menahan napas refleks. "Apakah nanti paru-paruku benar-benar bisa menerima air? Gila… kayak lagi mau tes alat snorkel pertama kali, bedanya ini versi sihir. Ini seriusan aman, kan?"

Theo melakukan hal yang sama pada dirinya sendiri, wajahnya sudah penuh keringat karena merapal mantra ganda untuk dua orang.

"Ayo, waktu kita tinggal dua jam lagi!" kata Luna, mencoba menutupi rasa gugup dengan sikap tegas.

Mereka berempat melompat ke dalam air.

Seketika, dunia menjadi sunyi. Suara dari luar lenyap, tergantikan oleh dengung samar dan riak air yang berdesis di telinga Luna. Ia melihat permukaan air di atasnya berkilau seperti kaca pecah, lalu perlahan menjauh saat tubuhnya tenggelam lebih dalam.

Secara naluriah, Luna menarik napas. Dadanya sempat menegang — rasa takut dari masa lalu menyeruak, takut paru-parunya akan dipenuhi air. Namun, yang masuk adalah udara. Sejuk, dingin, dan nyata.

"Astaga… aku benar-benar bisa bernapas di dalam air?"

Tangannya menyentuh leher, seakan mencari insang. Tidak ada apa-apa, hanya kulit yang dingin.

Sekilas, ingatan lama menghantam. Suatu sore di Bumi, saat masih di Sekolah Dasae, ia pernah terseret ombak pantai.

Kakinya panik menendang-nendang, tenggorokannya sakit dipenuhi air asin, matanya perih oleh cahaya biru. Ia hanya ingat suara riuh anak-anak dan teriakan wali kelasnya sebelum tubuhnya ditarik dan diselamatkan. Rasa panik, rasa mati yang begitu dekat, itulah yang selalu menahannya dari berenang lagi.

"Tapi sekarang… lihat aku. Aku bisa menyelam tanpa pelampung, tanpa tabung oksigen. Aku bisa tarik napas, dan paru-paruku tidak tersiksa! Ini keren banget!"

Napasnya teratur, gelembung kecil keluar dari bibirnya, dan gerakannya menjadi luwes, seolah laut bukan lagi penghalang. Untuk pertama kalinya, laut terasa bukan sebagai ancaman, melainkan ruang yang mengundangnya masuk.

Haris tersenyum ketika melihat Luna. "Apa ini pertama kalinya Anda menyelam, Putri? Salah satu alasan kenapa pulau Brunegard dibuka adalah karena terumbu karangnya yang cantik. Saya yakin Anda akan menyukainya, Putri!" suara Haris terdengar sedikit teredam namun jelas.

Luna sangat tertarik, kota terumbu karang itu sudah terlihat sangat cantik di layar, aslinya pasti lebih luar biasa. Luna mencoba membalas, tetapi yang keluar dari mulutnya hanyalah gelembung udara.

Ia menepuk dahinya dalam hati, menyadari bahwa mantra Theo hanya memberinya kemampuan bernapas, bukan berbicara.

Mereka berenang turun bersama, tiba di depan gerbang menara yang terendam. Gerbang batu raksasa itu tertutup rapat, dihiasi ukiran kurcaci yang telah terkikis zaman. Haris mengambil posisi, otot-ototnya menegang saat ia mendorong gerbang itu dengan seluruh kekuatannya. Dengan suara berderak yang dalam dan berat, gerbang itu perlahan terbuka.

Cahaya yang terang muncul dan memindahkan mereka ke tempat yang berbeda.

Seperti yang dideskripsikan di game, air di lantai pertama ini sangat keruh dan penuh lumut. Luna mengaktifkan bola cahaya dari Luxury Stone-nya, namun sinarnya yang terang pun kesulitan menembus pekatnya air. Hanya mampu enciptakan lorong cahaya hijau sejauh lima meter ke sekitar.

"Jarak pandang buruk, tetap waspada!" teriak Haris. Mereka merapatkan diri melingkar.

Dari batas pandangan mereka, puluhan titik cahaya putih mulai menyala di kegelapan. Tulang-belulang putih bersih yang bergerak lincah, dengan kristal sihir yang berkedip-kedip di rongga kepala mereka. Itu adalah... Lele Truno.

Riven, yang berenang tenang di sisi Luna, mengangkat tangannya seolah hendak merapal sihir, tetapi ia berhenti. Matanya yang tajam mengamati aura tipis di sekitar para monster.

"Anti-sihir," gumam Riven, suaranya terdengar jelas. Ia menoleh pada timnya. "Serangan sihir tidak akan mempan."

Luna menghela napas lega dalam hati. "Jeniusku memang bisa diandalkan."

Namun, kelegaan itu segera berganti cemas. Di dalam game, stage ini sangat merepotkan. Tim Iselyn punya dua petarung fisik tangguh, tapi di sini, Haris sendirian. Ini bukan game turn-based, ini pertarungan nyata di mana kematian hanya berjarak satu kesalahan kecil. "Sial... Itu artinya Riven-ku dalam bahaya!"

Pikiran itu membakar kesadarannya. Luna menatap Haris, lalu menunjuk ke depan dengan kipas Desera-nya. Sebuah perintah tanpa suara.

Haris mengangguk mengerti. Dia meraung memprovokasi dan menerjang maju. Pedang besarnya menghantam kepala salah satu Lele Truno hingga hancur. +10 Poin!

Namun, sisa dari gerombolan itu langsung mengeroyoknya. Haris yang perkasa beralih dari pemburu menjadi yang diburu. Tubuhnya terpelanting oleh serudukan Lele Truno sepanjang empat meter, berputar tak terkendali di dalam air saat ia berjuang untuk membalas.

"Ugh! Dasar tulang ikan!" Haris mengayunkan pedang besarnya dengan kedua tangan. +10 Poin. +10 Poin! Namun, beberapa Lele Truno datang lagi dan menghantamnya dengan ekor mereka. "Ada berapa banyak mereka!?"

Di sisi lain juga tidak kalah buruk. Luna menebaskan kipasnya, menangkis serangan ekor dari seekor Lele Truno yang mencoba menyerang Theo.

"Ini... Ini gawat. Di game mereka lemah, ikan mutant yang hanyalah penjaga lantai satu menara." Luna memperhatikan tangannya yang kebas hanya karena menahan satu serangan Lele Truno.

Luna melirik Riven dan Theo di belalangnya. "Apapun yang terjadi aku harus melindunginya! Pokoknya aku harus bisa bertahan semaksimal mungkin sampai Haris mengendalikan situasi!" pikirnya panik.

Namun, saat itulah sebuah Lele Truno lain muncul dari kegelapan di belakang Riven, mulut tulangnya yang bergerigi terbuka lebar, siap menerkam. Luna melihat itu, dan tanpa berpikir, ia berbalik. Ia tidak peduli jika harus memasang badan demi Riven, demi kesayangannya.

Tepat saat Luna hendak menempatkan dirinya sebagai perisai, sebuah tangan yang dingin dan kuat melingkari pinggangnya. Riven menarik Luna dengan gerakan cepat dan tak terduga, merapatkannya ke tubuhnya. Aroma mint dari Riven menyeruak, memenuhi indra Luna, membuat jantungnya melonjak di dada.

Dari posisi mereka yang baru, Riven hanya mengulurkan tangan bebasnya ke arah Lele Truno yang melesat dengan rahang terbuka. Air di antara rahang monster itu seketika membeku menjadi balok es padat. Serangannya terhenti.

Riven mencabut pedang yang terus tersarung sejak tadi dan menusuk kristal sihir di kepala Lele Truno. +10 Poin!

Luna membeku, seluruh tubuhnya menempel pada Riven. Ia bisa merasakan otot-otot tegang pria itu dan anehnya, ada kehangatan yang menjalari tubuhnya bahkan di dalam air. Darahnya berdesir hebat.

"Hangat... Apa dia bahkan memanipulasi suhu air meski kita di bawah air? Da-daripada itu... dia... dia memelukku! Ya Tuhan, jantungku!"

"Apa aku terlihat selemah itu sampai harus dilindungi?" kata Riven. Ia mengangkat tangannya yang lain, dan air di sekeliling mereka mulai bergejolak di bawah kendalinya. Es mulai merambat dari dinding, menjebak beberapa Lele Truno lainnya.

"Putri, Anda baik-baik saja?" Haris yang sudah kembali langsung menghancurkan kepala semua Lele yang terjebak di es Riven. +10 Poin. +10 Poin!

[Total Poin: 1830 [Posisi: 15/22]

1
aku
TIDAK. mak jlebb 🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!