NovelToon NovelToon
My Husband, The Mysterious Casanova

My Husband, The Mysterious Casanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Cintamanis
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Myra Eldane

Lovy Crisela Luwiys—gadis ceplas-ceplos yang dijuluki Cegil—dipaksa menikah dengan Adrian Kaelith Evander, pewaris dingin sekaligus Casanova kelas kakap.

Bagi Lovy, ini bencana. Wasiat Neneknya jelas: menikah atau kehilangan segalanya. Bagi Kael, hanya kewajiban keluarga. Namun di balik tatapan dinginnya, tersimpan rahasia masa lalu yang bisa menghancurkan siapa saja.

Niat Lovy membuat Kael ilfil justru berbalik arah. Sedikit demi sedikit, ia malah jatuh pada pesona pria yang katanya punya dua puluh lima mantan. Casanova sejati—atau sekadar topeng?

Di tengah intrik keluarga Evander, Lovy harus memilih: bertahan dengan keanehannya, atau tenggelam di dunia Kael yang berbahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myra Eldane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ke Jakarta?

Suara ombak dari Teluk Balikpapan samar-samar terdengar dari kejauhan, berbaur dengan deru motor dan klakson mobil yang lalu-lalang di jalanan. Dari balkon lantai dua rumah besar keluarga Luwiys, Lovy duduk meringkuk di kursi rotan, memeluk bantal pink bergambar kucing. Angin laut malam yang lembap menyentuh wajahnya, membawa aroma asin yang biasanya menenangkan, tapi malam ini hanya menambah sesak di dadanya.

Di pangkuannya, ponsel pink menyala-mati, seakan ikut mengolok-olok perasaannya. Notifikasi WhatsApp berdenting—tapi bukan dari William. Grup kantor yang ramai, pesan diskon skincare, dan iklan jasa sedot lemak, semuanya masuk. Tapi bukan satu pun pesan yang ditunggu.

"Ponsel ini seharusnya menghiburku, bukan menghancurkan mentalku," gerutunya, ibu jarinya menari di atas layar.

"Will, kita harus bicara…"

Ia menatap kalimat itu, lalu menghapusnya.

"Kapan kamu akan melamarku?"

Hapus lagi.

"Aku cinta kamu. Lupakan soal semalam. Aku akan memaafkanmu. Tapi bisakah kamu melamarku?"

Ia menggeleng kemudian menekan dengan kasar tombol delete.

"Oh tidak! Aku harus bilang apa? Masa bodo dengan kejadian semalam. Mungkin inilah yang namanya bucin tingkat dewa," batinnya. Ia menarik nafas dalam sebelum kembali mengetik pesan di ponselnya.

"William, ayo kita bicarakan ulang tentang kita. Aku yakin kamu semalam bilang begitu karena terkejut saja kan? Aku pengen kita nikah, Will. Karena kalau gak, aku akan dijodohkan! Aku gak mau, Will! Aku mau nikahnya sama kamu."

Delete permanen. Ia sudah mengerahkan tangannya untuk mengetik panjang lebar. Tapi perasaannya sekarang campur aduk.

"ARGHHH!" Lovy menjerit frustrasi, menjatuhkan ponselnya ke lantai. "Aku Lovy Crisela Luwiys! Cegil sih, iya! Tapi aku nggak boleh kelihatan panik. Aku harus elegan. Harus cool. Harus seperti… model iklan parfum!"

Ia berdiri, berpose ala majalah mode, dagu terangkat, bibir dimajukan. Detik berikutnya, pose itu runtuh. Ia menghantam railing balkon dengan kepalan tangan dan menjerit lebih keras.

"TAPI AKU NGGAK COOL! AKU PANIK!!!"

Teriakannya membelah malam Balikpapan yang relatif sunyi. Seekor burung gagak beterbangan panik dari atap tetangga.

Di halaman, Samuel yang baru pulang jogging mendongak. Pria itu mengenakan hoodie abu-abu, celana training, earphone menggantung di leher. Wajahnya, seperti biasa, datar.

Lovy melihat penampilan sepupunya sambil bergumam, "Sudah jadi kebiasaan mungkin, jogging malam-malam gini. Mungkin biar lari ditemani mbak kunti. Iihhh... serem, mana ini malam jum'at." Lovy memeluk tubuhnya sendiri sambil menggeleng-geleng ikut membayangkan.

"Bisa nggak, Lovy! kamu nggak bikin drama tiap malam gini? Bisa ganggu orang tidur," suara Samuel datar, tapi cukup keras.

Lovy menyambar sandal jepit, mengacungkannya ke arah bawah. "Aku bisa kalau kamu berhenti ngomong soal perjodohan kayak robot kantor pajak!"

Samuel hanya menggeleng, masuk ke rumah tanpa komentar.

Lovy menghela nafas sambil bicara sendiri. "Samuel tuh… bukan sepupu. Dia terminator. Dan mungkin, setiap malam dia kesambet kunti saat joging. Pantes aja dinginnya udah kayak mayat. Ihhh serem ah..." ucapnya seraya memeluk tubuhnya sendiri dan mengelus kedua pundaknya.

****

Di meja makan keesokan harinya, suasana sarapan sama dinginnya dengan udara AC yang menusuk kulit. Samuel duduk rapi di kursi, membaca koran bisnis, secangkir kopi hitam tergeletak di meja. Lovy di seberang, menjejali roti bakar dengan selai kacang sampai belepotan ke piring, laparnya lebih karena stres daripada nafsu makan.

"Rencana kamu hari ini apa?" tanya Samuel tanpa menoleh, matanya masih di koran.

Lovy menambah selai kacang sampai hampir menutupi rotinya. "Ngobrol sama William. Kita harus bahas masa depan. Kita harus bahas… nikah."

Samuel menurunkan koran sedikit, alisnya nyaris tak bergerak. "Ck, masih mau bahas itu sama dia? Nggak kapok? Bukannya kemarin udah nyerah yah?"

Lovy memanyunkan bibirnya tidak terima. "Tidak ada kata menyerah di kamus Lovy Crusella Luwiys! Aku akan mencoba terus. Dari pada harus melemparkan diri pada pria yang gak jelas bentuknya!"

Samue tersenyum sinis. "Baiklah aku akan menunggu kabar baik darimu, yah."

Lovy tersenyum, mencoba menutupi ketegangannya. "Yah? Tunggu saja."

Samuel menyesap kopinya kembali. "Hm. Tapi... Bukannya kemarin kamu bilang lagi patah hati sama dia?"

"Itu kemarin. Sekarang beda. Aku mau coba lagi ngomong sama dia."

Samuel mengangkat kepalanya, menatapnya dengan dingin. "Dan kalau hasilnya?"

"Hasil apa?" Lovy mengernyit.

"Bagaimana kalau hasilnya dia bilang tidak. Atau malah menghilang," kata Samuel, nada suaranya tenang tapi kata-katanya menusuk.

Lovy terdiam. Kata-kata itu seperti es yang menetes ke tulang belakangnya. Ia mengibaskan tangan, pura-pura santai. "William nggak bakal begitu. Dia sayang aku. Dia…"

Kata-kata itu menggantung, dan ingatan malam itu menghantam seperti gelombang pasang: jawaban william saat dinner dan telepon yang selalu diputus dengan suara perempuan di seberang. Suara yang sudah tiga kali ia dengar. Yang pertama dia abaikan. Yang kedua ia berusaha menekan kecurigaannya? Tapi yang ketiga?

Haruskah dia membujuk William lagi? Membahas pernikahan lagi seperti saat di restoran waktu itu?

"Dia sibuk. Itu kan yang mau kamu bilang?" ujar Samuel, suaranya berat, dingin, memecah keheningan. "Jangan tutup mata dari tanda-tanda selingkuh. Dia sibuk… benar-benar sibuk sama cewek lain pastinya."

Lovy mendengus, tatapannya menusuk Samuel. "Kamu tuh ya, selalu sinis! Bahkan kalau ada pelangi di depan mata, kamu bakal bilang, 'itu cuma pembiasan cahaya.'"

Samuel meletakkan cangkirnya. "Aku realistis. Ada perbedaan."

Lovy memutar mata, nyaris berputar 360 derajat. "Aku butuh optimisme, Sam. Bukan kuliah realita!"

****

Siang itu, Lovy memberanikan diri menekan tombol hijau di ponselnya. Jantungnya berdetak kencang.

Nada tunggu.

Lalu suara William terdengar. "Sayang. Maaf ya semalam aku matiin telpon. Lagi ada meeting penting."

Yah, William memang sempat menelpon untuk membujuk dan mengibur Lovy yang sedih setelah pulang mendadak dari dinner mereka di restoran.

"Meeting sama siapa malam malam?" Suara Lovy meninggi. "Aku dengar suara cewek semalam. Udah tiga kali aku denger suara cewek saat kita teleponan, William!"

Hening.

William tertawa kecil, terdengar hambar. "Itu… sekretarisku. Lov, kamu nggak boleh cemburu terus. Kita kan udah delapan tahun bareng. Dan kamu sudah kenal aku lebih jauh kan?"

Delapan tahun. Kata itu menggema di kepalanya, seperti mantra yang menyesakkan.

"Justru karena delapan tahun aku tanya," ucap Lovy pelan, nadanya bergetar. "Will… kamu pernah mikirin buat nikah sama aku nggak sih?"

Hening lagi. Panjang.

"Lov, kita udah bahas itu kemarin malam pas dinner di restoran. Kamu ingat kan? Nanti lagi aja kita bahasnya ya," jawab William akhirnya. "Aku lagi sibuk banget. Ada klien dari luar negeri datang. Aku harus—"

Klik.

Telepon terputus.

Lovy memandangi ponselnya. Matanya membesar. "DIA MATIIN TELPONKU LAGI!"

Bantal sofa jadi korban—dilempar ke tembok.

"AKU NGERASA WILLIAM UDAH MULAI NGACO!!!"

****

Hujan turun malam itu di Balikpapan. Rintik-rintiknya mengetuk jendela, suara yang biasanya menenangkan, kini terasa seperti irama yang memecah hati.

Lovy duduk di lantai, memeluk bantal pink erat-erat, ponsel di tangan satunya. Chat WA dari William cuma dibalas emoji singkat. Tidak ada kepastian. Tidak ada jawaban.

Ia memejamkan mata, suara neneknya menggema di kepalanya:

["Lovy, kalau kamu mencintaiku, turutilah ini."]

Ia membuka mata, menatap langit-langit kamar yang suram.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan di pintu.

"Lovy," suara Samuel terdengar, berat dan tak kenal kompromi. "Besok kita ke Jakarta."

Lovy langsung menoleh, matanya melebar. "APA?! Ngapain ke Jakarta?!"

Pintu terbuka sedikit. Wajah Samuel terlihat di sela celah pintu, sama dingin dan serius seperti biasa.

"Untuk bertemu, Adrian Kaelith Evander."

Nama itu terdengar asing tapi menggema, seperti sebuah ancaman yang belum ia mengerti.

Lovy terdiam beberapa detik, lalu menjerit, "AKU NGGAK MAU IKUT! AKU BELUM SIAP NIKAH SAMA ORANG YANG AKU NGGAK TAU WAJAHNYA!"

Samuel tetap tenang. "Kamu nggak akan langsung nikah hari itu juga, Lovy. Kamu cuma ketemu. Lihat dulu. Bicara. Lalu putuskan. Toh, masih ada enam bulan sesuai isi wasiat kan?"

Lovy memeluk bantal lebih erat, suara merendah. "Aku nggak mau ke Jakarta. Aku takut. Aku… aku…"

"Kamu lebih takut kehilangan warisan," potong Samuel, dingin.

Kata-kata itu menghantam seperti palu godam.

Lovy terdiam. Bibirnya bergetar. Tangan yang memegang bantal mengepal, matanya kosong menatap lantai.

"Tapi aku belum ngomong ke William sesuai rencana yang ku bilang ke kamu, Sam!"

"Lupakan rencana itu! Kamu harus mengikuti keputusanku! Aku sudah muak dengan kebucinanmu itu! Dan aku sudah memutuskan, kamu harus mengikuti perjodohan ini."

Lovy mendongak sambil menunjuk Samuel. "Kau!"

Samuel berdiri di ambang pintu, menatapnya sesaat sebelum menambahkan, "Belajarlah untuk bersikap sopan, Lovy! Bagaimana pun aku ini kakak sepupumu! Dan sisa aku keluarga yang kamu punya!"

Samuel melihat Lovy yang menurunkan tangannya dengan wajah pasrah seperti kucing yang kecebur got. "Siapkan dirimu, Lovy. Pesawat jam sepuluh pagi."

Pintu ditutup.

Hening.

Lovy menatap ponselnya. Menatap pintu yang tertutup. Menatap bantal. Menatap ponselnya lagi.

Jakarta. Nama kota itu berputar di kepalanya.

Besok, dia akan pergi ke sana.

Bukan untuk liburan, bukan untuk belanja, tapi untuk bertemu pria misterius bernama Adrian Kaelith Evander.

Pria yang—mau tak mau—akan menentukan masa depannya.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Lovy Crisela Luwiys merasa semua drama kecil yang ia buat sendiri… tidak ada apa-apanya dibanding drama besar yang sedang menunggunya.

.

.

.

****

1
Rihana
kenapa yah yang baca kurang, padahal tulisannya bagus, rapi, sesuai peubi, typonya gak banyak, pokoknya bagus lah. dan updatenya juga rutin. aku suka banget, smoga makin banyak yang baca yah kak 🩷
Rihana
ini karakter lovy, cegil bucin 😭😭😭
Rihana
gak berasa udah sampai sini wkwk... penasaran. aku lanjut duluu. alurnya menarik
Rihana
awal yang menarik
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
aku udah kirim satu kopi yah, biar gak ngantuk thor
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
Si lovy gak nyangka sekeren ini tapi si kael kenapa yah perginya. aduhhh kasian banget di tinggal di hari pernikahan😭
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
up kak
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
Satpam😭 GGS INI MAH (ganteng ganteng satpam)/Drool/
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
nemu sampah di mana sih lovy 😭 kok bisa pacaran 8 tahun woy kayak kredit rumah
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
akhirnya putus, lagian kok sanggup sih pacaran 8 tahun?
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
syukur deh samuel. seret aja tuh lovy, dari pada makin akut bucinnya
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
bucin akut wehhh😭
Saidil M🍇
gilas banget bisa ngasi hadiah segitunya si donovan. berartu dia udah mempelajari kesukaan lovy aka targetnya? keren sih, suka banget kakak penulisnya creazy up terus.... jadi maraton bacanyaaa enak bangettt 😍😍😍 lanjut kak
Saidil M🍇
meskipun terlambat, kuucapkan selamat atas pernikahanmu lovy dan kael 😍 sekarang aku maratoon bacanya
Saidil M🍇
terharu gueee makk😭
Saidil M🍇
syegi ini jadi sahabat asik banget. bisa nyairin suasana woy.... mau sahabat kayak dia😭
Saidil M🍇
hahahaha mau ciuman gak jadi 🤣🤣🤣
Saidil M🍇
barang bawaan syegi astaga😭 inj orang gue kira kalem di awal. ternyata kalem kalem sama aja kayak lovy, pantesan sahabatan 😭
Saidil M🍇
bisa bisanya dalam semalam bikin pintu baru 🤣🤣🤣 gue malah curiga itu pintu emang udah ada sejak lama gak sih. otak penuh rahasia gue jalam banget
Saidil M🍇
astaga kalau ini suruhan donovan, ngapain nyuruh pelayan ngambil foto foto lovy? apa donovan cinta sama lovy? misteri banget sih harus kejawab ini
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝: iya woy bisa bisa nya foto 😭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!