Terbit setiap senin & jumaat.
Bima seorang detektif swasta yang macho dan keren. Yang dulunya adalah seorang polisi hebat. Dapat job untuk mencari dimana kepala mafia berada. Namun disatu sisi, dia pun harus melindungi seorang wanita. Yang merupakan tokoh kunci dalam sebuah kasus. Namun juga, dicurigai terlibat dalam kasus tersebut. Seharusnya dia profesional dalam menjalani pekerjaannya. Bukankah sudah hal biasa dia menghadapi wanita dengan segala macam bentuknya. Namun entah mengapa, kali ini beda. Diam-diam ternyata dia jatuh hati. Sekarang yang jadi bahan pertanyaan, beranikah dia mengakui perasaannya sedangkan dia lagi menjalani tugas penyamaran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonelondo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertembak
Kertas dan buku-buku pada berserakan di meja. Begitu pula peralatan tulis dan lainnya. Saat ini Putra lagi sibuk di meja kerjanya. Membongkar dan menganalisa laporan selama Iwan menjabat.
Tentu selama ini Iwan yang memegang kendali atas semua laporan. Baik itu keuangan dan yang lainnya. Karena memang dia seorang manager. Tapi disini, yang lagi dikerjai Putra tentu saja tentang laporan keuangan. Sesuai tugas baru yang diembannya.
Semua laporan telah dilihatnya. Namun gak ada satu pun hal yang mencurigakan. Lalu dia beralih menancapkan barang kecil seperti USB ke komputer. Untuk memulihkan data yang telah terhapus di perangkat itu secara cepat. Alat canggih itu pun bisa melacak password email seseorang.
Hasilnya? Sama saja! Setelah alat itu bekerja, dan Putra sudah melihat semua. Gak ada satu pun yang dapat menarik perhatiannya.
Ya! Iwan pasti menutupi perbuatannya dengan rapih. Menimbang geng ini sangat ketat. Pasti dia mengerjai di suatu tempat. Termasuk mempunyai email khusus, dan tidak pernah dibukanya di sini.
Kalau begitu satu-satunya cara agar dia dapat jalan atas kasus ini. Ya, dengan Saras.
Kring... Kring... Kring...
Tiba-tiba selulernya berdering. Setelah dia melihat nama tampilan yang ada di layar. Rupanya dari kantor Wandi.
"Ya?"
"Putra, saya Wandi."
"Oh! Boss. Iya, Boss?"
"Mister James ingin kamu berangkat ke pulau seribu untuk menyelesaikan bisnis sabung ayam kita yang bermasalah di sana."
"Oke, Boss!"
Klik!
Sebaik telepon dimatikan dari Wandi, Putra segera bersiap-siap. Karena dengan itu, berarti Wandi mewakili Ketua memberi tantangan untuknya.
Memakai kaca hitam, selang sesaat Putra sudah berada di atas kapal bertolak ke sana. Boat kecil itu terus meluncur di atas permukaan laut menuju pulau yang akan dikunjunginya.
Kepulauan seribu adalah gugusan pulau di teluk Jalarta. Alias terdiri dari banyak pulau yang berukuran kecil di dekat Jakarta Utara. Jadi masih termasuk wilayah Jakarta.
Sebenarnya bisnis sabung ayam Mister James sudah berkembang pesat di kota. Cuman karena ingin membuka usaha dengan konsep wisata. Jadi Mister James melebarkan sayap ke sana.
Konsep wisata yang dimaksud disini, ya apa lagi kalau bukan urusan lendir. Jadi nanti tamu-tamu yang datang, selain dapat fasilitas feri untuk berangkat ke sana. Namun juga, dapat akomodasi penginapan serta ditemani bobo dengan seorang wanita cantik. Tentunya semua itu tidak gratis. Harus menaruh uang deposit dulu. Pastinya, di sana juga disediakan hiburan lain. Seperti pub, cafe, dan lain sebagainya. Biar tamu-tamu tidak merasa bosan di sana.
Bisnis sabung ayam Mister James yang di buka di sana ada di 3 pulau. Awalnya yang bermasalah di satu pulau. Namun jadi merembet ke semuanya. Karena warga di ke 3 pulau itu sekarang jadi kompak menolak tanda tangan. Untuk pergi dari pulau mereka. Jadi Mister James mau buat pulau-pulau itu menjadi eksklusif tanpa ada warga lokal.
Sebenarnya kalau bicara latar belakang, ya mereka bisa saja kasar. Namanya mereka anak geng. Tapi apapun ceritanya, untuk hal itu mereka harus ada etika. Nggak bisa mengusir orang seenaknya. Karena takutnya nanti naik ke media, dan itu jadi isu nasional. Jelas jadi berdampak buruk ke Mister James. Karena dia jadi kena tegur oleh orang yang selama ini memberinya jalan berbisnis di Indonesia. Karena kalau sudah isu nasional orang yang selama ini melindungi Mister James jadi akan tangan.
Sebenarnya Mister James akan memberi uang ganti rugi ke warga setempat, dan itu jumlahnya tidak kecil. Tapi sepertinya ada provokator yang membuat proyek baru Mister James itu jadi ribet. Mungkin karena itulah Putra ditugaskan ke sana. Karena Ketua ingin tahu gimana Putra menanganinya.
Boat yang ditumpangi Putra menepi di dermaga. Pulau yang dipijakinya itu pulau pertama yang bermasalah. Jadi dia merasa lebih baik diselesaikan diakarnya. Karena kalau sudah beres diakarnya yang lain akan mengikuti.
Seorang anak geng menyambutnya saat dia sudah beranjak turun. Jadi anak geng yang bekerja di sana tahu akan kedatangannya sebagai apa. Termasuk orang yang mengantarnya memakai boat. Karena itu adalah boat milik anak geng.
"Boss!" Orang itu sedikit menundukan kepala.
"Ya!" Putra membalas.
"Ayo, silahkan Boss istirahat dulu di kantor."
"Nggak usah, nanti saja. Sekarang, sebaiknya kamu katakan saja ke saya kabar terkini."
"Tidak ada kabar terbaru sih, Boss. Karena sampai sekarang kita tidak tahu siapa provokatornya."
"Kalau begitu, ajak saya temui orang terpandang di sini."
"Oke, Boss."
Nggak lama mereka tiba di rumah orang yang dianggap dituakan di sana. Setelah mereka saling mengobrol basa-basi, kemudian Putra bicara maksud dan tujuan kedatangannya.
"Saya paham, pasti akan sulit meninggalkan tempat dimana kita dibesarkan. Bahkan bukan itu saja, karena sebenarnya kita ini bicara tentang nilai kehidupan. Pastinya, tempat ini sudah diwariskan turun temurun. Jadi banyak sejuta kenangan di sini. Saya bicara ini, pasti Bapak paham. Tapi bukankah Bapak dan warga ingin kehidupan yang lebih layak? Karena jumlah kompensasi yang akan kita berikan nilainya itu cukup besar. Dan pastinya, kalau Bapak bisa bekerja sama dengan kita. Kita pun akan memberi nilai khusus untuk Bapak."
Bapak itu mendelik. Ini bukan masalah dia tergiur akan dapat duit khusus jika dia mengatakan siapa dalang dari keonaran ini. Tapi justru sebaliknya.
Tepat keputusan Putra. Berbicara dengan orang disegani, pasti tahu semua permasalahan di kampungnya. Tapi sikap orang itu juga terbaca oleh Putra. Pasti ada orang kuat di belakangnya yang membuatnya jadi bungkam.
"Bapak, tenang saja. Bapak gak perlu terlibat. Bapak hanya tinggal kasih clue ke kita. Sisanya biar kita yang membereskan."
Bapak itu menghela nafas sebentar sebelum akhirnya berani menyebutkan. Lalu Putra dengan anak geng itu selanjutnya pergi.
Malamnya sesuai petunjuk orang itu. Putra dan beberapa anak geng menyergap gerombolan anak muda di warung kopi. Mereka ditangkap tapi tidak disiksa. Hanya diinterogasi saja siapa polisi yang mem-backing mereka.
Rupanya kenapa warga pada menolak tanda tangan untuk pergi. Karena pada meminta harga yang fantastis, dan itu ada polisi yang terlibat di dalamnya. Anak-anak muda itu adalah preman-preman kampung, dan orang-orang suruhan polisi. Jadi kerja mereka hanya menekan orang tua mereka. Termasuk menyuruh orang tua mereka untuk merayu yang lainnya. Karena itulah tidak terdeteksi siapa dalangnya.
"Mereka polisi air. Kalau malam suka patroli keliling pulau. 1 jam lagi biasanya mereka lewat." Salah satu di antara mereka akhirnya buka suara.
Sesuai perkataan orang itu. Sebelum 1 jam Putra dan anak geng bersamanya, dengan memakai speed boat sudah berangkat dari dermaga. Demi memberi perhitungan ke polisi air itu.
Dari kejauhan sudah terlihat target mereka lewat sorot lampu, dan suara mesin boat. Agar kehadiran mereka tidak terdeteksi, Putra menyuruh salah satu anak geng untuk mematikan mesin, juga mematikan lampu. Kemudian pas target sudah mendekat, langsung ditembaki oleh mereka.
Dor! Dor! Dor!
Jelas, karena dapat serangan mendadak polisi air yang pada berada di geladak gak sempat menghindar. Otomatis pada jatuh tumbang. Sedangkan yang berada di dalam ruangan kapal berusaha melawan. Cuman karena boat Putra gelap jadi mereka kesulitan mencari sosok berwujud manusia di kapal itu. Akhirnya karena mereka pada sibuk menerka-nerka. Jadi kalah cepat dengan tembakan dari boat Putra.
Dor! Dor! Dor!
Mati semua yang ada di kapal itu. Dengan itu berarti Putra berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Mister James. Karena keesokan harinya, baik itu warga di pulau yang Putra pijaki dan pulau lainnya. Mereka pada bersedia mau tanda tangan.
Cuman sayang keberhasilan Putra tidak diimbangi dengan nasib naasnya. Karena sepulang dari sana, pas dia menginjakan kaki di dermaga Jakarta Utara. Tiba-tiba ada sebuah peluru melesat ke badannya. Membuatnya langsung terhempas dan jatuh ke laut.
Byuuur...!