NovelToon NovelToon
KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Hantu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Melati dan Kemuning tak pernah melakukan kesalahan, tapi kenapa mereka yang harus menanggung karma perbuatan dari orang tuanya?

Sampai kapan dan bagaimana cara mereka lepas dari kutukan yang pernah Kin ucapkan?


Assalamualaikum, cerita ini murni karangan author, nama, tempat dan kejadian semua hanya kebetulan semata. Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perasaan Yang Dipaksa Kandas

Di rumah Seno, dia tak dapat hidup dengan tenang, perasaan bersalah terus menghantuinya, tatapan tajam Melati dengan tangan yang memegang pisau itu mendekat seperti berjalan mengambang di kegelapan, asap putih bertiup semakin menambah keseraman yang dia lihat.

Saat Melati mengayunkan pisau itu ke arahnya, Seno segera membuka mata, dia menarik nafas dalam. "Huhhhhhh, hanya mimpi. Tapi, terasa sangat nyata!" ucapnya seraya mengusap dadanya.

"Mungkin, aku harus minta maaf sama dia! Aku nggak sanggup kalau terus-menerus mimpi buruk kaya gini, gila sih!" kata Seno dalam hati.

Esok paginya, Seno yang tak melihat keberadaan Melati di kelas itu mempertanyakannya pada Ratih dan Arini. "Kami nggak tau," jawab Ratih, dia pun kembali fokus pada bukunya yang tergeletak di meja.

"Anak itu, seenaknya sendiri, masuk sekolah bisa dihitung dalam sebulan, tapi herannya dia bisa naik kelas," gumam Seno dalam hati.

Tak lama, guru pun datang, dia menanyakan hal yang sama pada Ratih dan Arini. "Ngga tau, Pak. Melati nggak ngabarin kami," jawab Arini.

"Bilang smaa temanmu itu, kalau mau seenaknya sendiri mendingan nggak usah sekolah! Biar bangkunya dikasih ke anak yang benar-benar serius mau sekolah!"

Arini dan Ratih mengangguk, tapi mereka sudah berhenti bicara pada Melati, lalu bagaimana caranya mereka menyampaikan pesan itu.

Melati yang sedang sarapan sego jagung itu tak sengaja menggigit lidahnya sendiri, tanda ada yang sedang membicarakan.

"Kenapa, Non?" tanya si mbok seraya memberikan minuman hangat untuk Melati.

"Nggak papa, Mbok," jawab Melati, dia menerima minuman hangat itu dan segera menatap lurus ke depan, menghela nafas dalam, dia resah menunggu adiknya membuka mata.

Tepat setelah sarapan itu habis, Kemuning mulai menunjukkan pergerakannya. "Mbok, Muning sadar," kata Melati seraya meletakkan gelasnya ke nakas, dia segera bangkit dari duduk, berjalan ke arah Kemuning berbaring.

"Mbak, Muning ada dimana?" tanya Kemuning yang memperhatikan seisi ruangan, sangat berbeda dengan kamarnya sendiri.

"Kamu sakit, jadi sekarang ada di rumah sakit," jawab Melati, perlahan dia mengusap lembut kepala Kemuning, menyesal karena sudah menghukum sang adik terlalu keras.

Melati berpikir, seandainya Kemuning tidak telat makan dan minum obat, mungkin adiknya tidak akan sakit.

Air mata menetes di pelupuk mata Melati, terlihat sembab dan Kemuning mengusap air mata itu. "Mbak, kenapa nangis, Muning udah sehat, kok," ucapnya seraya tersenyum.

Tapi, air mata Melati semakin deras, gadis itu memeluk sang adik, menangis sesenggukan.

Lalu, Kemuning pun merubah posisinya untuk duduk dan saat itulah dia merasa ada yang berbeda dengan kakinya, terasa aneh.

"Mbak, kok kaki Muning kerasa aneh, ya," gumam Kemuning seraya memperhatikan kakinya yang tertutupi selimut.

Si mbok yang berdiri di seberang brangkar itu menunduk pilu, terlihat dia mengusap matanya yang basah, sekarang menatap Melati dan pandangannya saling bertemu.

Keduanya tak mampu untuk menjelaskan.

Kemuning menyingkirkan selimut yang menutupi kakinya. Deg! Kemuning tak dapat berkata-kata lagi, air mata langsung jatuh, bibirnya bergetar.

"Mbak, kenapa sama kaki Muning?" tanyanya dengan suara bergetar, matanya terus menatap kakinya yang diperban.

"Sabar ya, Dek!" jawab Melati.

"Mbak punya dua kaki, kanan dan kiri, tapi tetap jalan dibantu sama tongkat, kan?" sambung Melati.

"Maksud, Mbak?" Kemuning mendongak, dia menatap Melati yang menahan tangisnya.

"Ya, seperti ini, seperti yang kamu lihat," jawab Melati.

"Jadi, dokter di puskesmas bohong, dong! Katanya, kaki Muning bisa sembuh?" tanya Kemuning dengan sesenggukan dan Melati memeluknya erat.

"Maafin, Mbak. Maafin Mbak, Dek! Ini semua salah mbak, mbak nggak bisa jagain kamu dengan baik!"

Pemandangan pilu ini sangat menyayat hati, walau begitu tak membuat kutukan itu berhenti, belum membuat Kin puas.

Entah, kalau begitu kenapa tidak Kin cabut saja dua nyawa ini dari pada hidup dalam penderitaan, dalam kutukannya yang tak pernah berakhir.

Seperti sumpah Kin di masa silam, dia mengutuk semua keturunan Drajat akan menderita, lebih menderita darinya sampai mereka merasa kalau kematian adalah yang terbaik.

Melati melepaskan pelukan itu, dia merangkum wajah adiknya. "Bersyukur, nyawa kamu masih bisa diselamatkan," ucapnya dan Kemuning menggeleng, dia merasa hidup sangat tidak adil.

Butuh waktu sedikit lama bagi Melati untuk menenangkan adiknya, ya, dia sendiri sangat rapuh, tapi harus terlihat kuat sangat menguatkan adiknya.

Karena terus menangis, Melati menjanjikan sesuatu pada adiknya. "Jangan nangis terus, mbak janji, kalau kamu sudah sembuh, sudah keluar dari rumah sakit, kita pergi jalan-jalan, jalan-jalan yang jauh," ucap Melati dengan nada berbisik, menahan suaranya yang bergetar.

"Ya, jauh, jauh dari dunia yang kejam ini, Dek!" kata Melati dalam hati.

Tak terasa, hari sudah siang dan Melati terus menunggu pintu ruang rawat itu terbuka, dia mengharapkan kehadiran Arman untuk menjenguknya. Tapi pemuda itu tak juga kunjung datang.

Sempat berpikir kalau Arman sudah ketiban sial karenanya, makanya pemuda itu mulai memasang jarak padanya.

Melati menunduk dan seolah mengerti apa yang dirasakan Melati, si mbok pun memintanya untuk menghubungi Arman.

"Tapi, alasan apa, Mbok? Katanya kalau kita butuh bantuan, kan? Sekarang, kami sedang nggak butuh bantuan apapun," sahut Melati.

"Kasih kabar baik sama Nak Arman, bilang kalau Muning udah bangun dan perlahan menerima takdirnya," kata si mbok, lirih. Matanya menatap teduh gadis itu, sedikit mengangguk.

Melati bangun dari duduk, dia pergi ke wartel terdekat. "Titip Muning dulu, ya, Mbok," pesannya dan si mbok mengangguk, lalu memperhatikan Kemuning yang terlihat tertidur pulas.

Dalam tidurnya, Muning bermimpi sedang tidur di pangkuan ibunya. Karsih mengusap lembut rambut hitamnya, di depan matanya ada hamparan bunga yang warna-warni sangat indah.

"Anak-anak ibu, anak-anak yang kuat! Yakinlah, suatu hari nanti kalian akan bahagia," ucapnya dan Kemuning mengangguk, dia memeluk ibunya erat, berharap ibunya takan pergi lagi.

Tapi kenyataannya, Kemuning membuka mata dan dia berada di ruangan yang masih sama, rumah sakit!

Bibirnya mencoba tersenyum, tapi matanya tak dapat berbohong. Si mbok yang sedang tertidur di kursi itu membuka mata saat mendengar suara tangis itu.

"Non Muning, kenapa? Ada yang sakit?" tanyanya seraya gegas untuk bangun, dia mengusap lembut rambut hitam Kemuning.

"Muning mimpi indah, Mbok. Muning ketemu ibu, Ibu ngusap lembut kepala Muning, seperti ini, rasanya sangat nyata, tapi ibu buru-buru pergi," jawabnya. Kemuning membawa tangan si mbok untuk mengusap kepalanya, lalu Kemuning memeluk wanita tua itu, wanita yang mungkin seumuran dengan Karsih.

"Ada mbok di sini, Non Muning boleh anggap si mbok seperti ibu sendiri," jawabnya dan Kemuning mengangguk, kemudian dia mencari-cari keberadaan Melati.

"Dimana mbak?"

"Lagi keluar sebentar," jawab si mbok, dia pun berdoa untuk keselamatan Melati yang sekarang sedang berada di wartel.

Gadis cantik itu menunggu jawaban atas panggilannya, tapi tak juga segera dijawab. "Apa dia kenapa-kenapa, ya?" gumamnya.

Untuk memastikan, Melati pun mencoba menghubungi nomor Arman lagi dan saat itu terdengar suara perempuan yang menerima.

"Halo, ini siapa?" tanya Saroh.

"Saya Melati, nyari Arman," jawab Melati dengan hati-hati, sempat ragu untuk menjawab, tapi dirinya ingin mengetahui kabar pemuda yang sudah berhasil mengetuk pintu hatinya yang kaku itu.

"Oh, kamu. Kamu jangan cari Arman lagi, dia udah berangkat ke pondok, setelah lulus akan menikah dengan gadis pilihan kami!"

Tuuuutt!

Panggilan pun terputus, seperti harapan Melati yang pupus sudah. Dia memeluk gagang telepon, mencoba tegar, melarang air matanya menetes, tapi percuma, air mata itu tetap lolos dari pertahanannya.

"Aku memang nggak pantas buat siapapun!" kata Melati yang kemudian meletakkan gagang telepon itu dengan perasaan hancur.

Belum juga Bersemi, sudah dipaksa pupus begitu saja. Kapan Melati dan Kemuning akan menemukan kebahagiaannya?

1
Rhina sri
kasian melati yg jadi karma dari bapaknya
Rhina sri
apa yg dilu drajat lakukan sm kinan kena sm melati🥺
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
Rhina sri
kesalahan drajat di masa lalu membuat anak anaknya gk tenang di hantui dgn dendam
Queen Alma: Semoga ada cara buat Melati sama Kemuning lepas dari kutukan Kin
total 1 replies
Rhina sri
walau si drajat udah meninggal kinan masih bls dendam tuk meneror anaknya
Queen Alma: Sakit hatinya masih belum reda ka 🥺🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya aku suka
Queen Alma: Terimakasih 😍🥰🥰
total 1 replies
Rhina sri
kin harus balas dendam lagi gk seru dong kalo harus di musnahkan sm dukun😂
Queen Alma: kutukan itu bakal tetep ada walau Kin udah nggak ada, udh jadi karma turun temurun 😩🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya.. buka ajah kalung jimatnya biar kin yg ngejar ngejar si drajat
Rhina sri
astagfiruloh tega banget semua org.. udah saatnya kinan balas dendam
Rhina sri
kasian kinan hamil dari laki laki bejat😭
Queen Alma: 🥺🥺🥺🥺🥺
sedih bgt yaaa
total 1 replies
ㅤㅤ
kasihan karsih, tega baget si drajat..
Queen Alma: bukan manusia emang si Drajat 😌
total 1 replies
ㅤㅤ
kin blum musnah kan, biar bsa balas dendam lgi.. 🤭
Queen Alma: heheee belum ko,
total 1 replies
ㅤㅤ
tadi prasaan hamil muda kok udh mau lahiran thor..
Queen Alma: kayanya dipersingkat deh 🤭✌
total 1 replies
ㅤㅤ
tega banget orang² kampung, kasihan Kin dan emak.ny.. 😢
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
ㅤㅤ
jahat banget si Drajat, mana memanfaatkan anak kecil lagi..😒
Queen Alma: jelmaan dia mah bukan manusia 😌😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!