Lanjutan dari novel yang berjudul Cinta yang terluka.
"Om, om baik, aku ceneng deh kalo baleng cama om," ucap Lala gadis kecil yang imut,manis dan cerdas itu.
"Iya, om juga seneng kalo bisa ketemu sama Lala tiap hari," kata Antonio yang sudah balik dari Australia sejak tiga tahun yang lalu sejak perceraian dirinya dengan Laras yang membuat dia sangat shock dan patah semangat untuk melanjutkan hidupnya.
"Om baik, kata mama ...papa nya aku itu pelgi jauh.....cekali tapi campai cekalang papa gak datang-datang aku Lindu cama papa...," ucap Lala yang lucu dan cadel itu.
Entah mengapa Antonio selalu merasakan kehangatan dan kebahagiaan saat dia bersama Lala.
Antonio tidak mengerti dengan perasaannya sendiri yang selalu ingin bertemu dengan Lala si bocah perempuan kecil yang selalu membuat hatinya bahagia.
Siapakah Lala.....yuk baca di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isshabell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26
"Oh ya kak, tadi papi menanyakan soal kak Anton. Papi tadi tanya ke Amel kapan kak Anton mau ke rumah, papi mau membicarakan tentang hubungan kita berdua kak," ucap Amel pada Antonio yang masih menyetir mobilnya itu.
"Emmm ...a-aku masih belum kepikiran ke arah sana," jawab Antonio sambil melihat Laras dari kaca mobil yang tergantung di atasnya.
Hati Laras sedikit tersentak saat mendengar perkataan Amel itu, Laras menatap ke arah Antonio yang sedang menyetir di depannya itu.
Antonio masih melihat Laras dari kaca mobil yang tergantung di depannya itu dan dia melihat Laras yang sedang memperhatikan dirinya.
"Laras, kenapa kamu menatapku seperti itu?" gumam Antonio dalam hatinya.
Amel mengerutkan keningnya menatap Antonio lalu dia berkata lagi padanya.
"Kak, sebenarnya kakak serius gak sih sama aku?" tanya Amel dengan nada agak kesal.
"Mel, kita bicarakan ini nanti ya. Aku pasti akan datang ke rumah kamu," ucap Antonio dia tidak ingin menyakiti hati Laras kalau Amel mempertanyakan tentang hubungan dirinya dan Amel.
Sekali lagi Antonio menatap Laras yang duduk di kursi tengah mobilnya itu lewat kaca mobil yang tergantung di depannya.
Laras merasa ada yang sedang memperhatikan dirinya dan dia melihat ke arah kaca mobil yang tergantung di depan Antonio, dia melihat kalau Antonio sedang menatapnya dan mereka pun saling menatap lewat kaca mobil itu.
"Laras, aku merasa kalau tatapan mata kamu itu masih menyimpan cinta buat aku," gumam Antonio dalam hatinya.
"Jadi kak Anton mau kerumah ya?" tanya Amel tersenyum pada Antonio sambil menyandarkan kepalanya ke pundak Antonio yang sedang menyetir itu.
Antonio terhenyak, dia tidak mau Laras melihat Amel bersikap seperti itu di depan Laras, Antonio tidak mau membuat hati Laras sedih lagi.
"Emmm...Mel, aku jadi gak nyaman nyetirnya kalau kepalamu menyandar kayak gini," ucap Antonio sambil menggeser tubuhnya.
"Oh iya, maaf ya kak. Habisnya aku seneng banget akhirnya kakak mau kerumah ketemu sama papi, makasih ya kak Anton. Cup," sebuah ciuman dari Amel mendarat di pipi Antonio dengan tiba-tiba.
Seketika Antonio membulatkan matanya menatap Amel dan Amel tersenyum saat Antonio menatap dirinya.
"Jangan begini Mel, sungkan sama Bu Laras," ujar Antonio yang kembali menatap Laras lewat kaca mobilnya itu.
Terlihat Laras tersenyum tipis melihat kejadian tadi dan dia tidak mengucapkan sepatah katapun.
Tetapi dia hanya membatin dalam hatinya.
"Amel sangat mencintai mas Antonio," gumam Laras dalam hatinya sambil menarik nafas panjang.
Dan akhirnya mobil Antonio itu pun sampai di kantor Laras.
"Pak Antonio, terimakasih atas tumpangan nya," ucap Laras pada Antonio sebelum dia keluar dari mobil Antonio.
Antonio menoleh pada Laras sambil tersenyum dan berkata padanya ," sama-sama Bu Laras,," ucapnya.
"Amel, makasih ya," ucap Laras pada Amel juga.
"Iya kak Laras," Amel tersenyum pada Laras.
Kemudian Laras membuka pintu mobil itu dan turun, Laras bejalan menuju ke arah gedung kantornya.
Antonio kembali menjalankan mobilnya menuju ke kantor Amel dan tak lama kemudian mereka sudah tiba di depan gedung kantor itu.
Antonio menepikan mobilnya di pinggir jalan.
"Kak, aku turun duluan ya. Jangan lupa nanti ke rumah untuk ngobrol sama papi," ucap Amel sebelum turun dari mobil Antonio.
"Ya," jawab Antonio dengan sedikit malas.
"Kak Anton hati-hati ya, gak usah kebut kebutan di jalan," pesan Amel pada Antonio sebelum Antonio berlalu dari hadapannya.
Antonio menganggukkan kepalanya pada Amel dengan tersenyum tipis, kemudian dia menjalankan mobilnya pergi meninggalkan Amel yang melambaikan tangannya padanya.
...****************...
Sore ini waktu sudah menunjukkan pukul Lima dan terlihat Amel sudah bersiap untuk pulang kantor.
Amel menunggu Antonio untuk menjemput dirinya.
Sementara itu Antonio yang masih terlihat duduk-duduk di kursi kerjanya itu sambil menyandarkan kepalanya di punggung kursi, matanya menerawang menatap langit-langit ruang kantornya.
"Bagaimana kalau nanti papinya Amel menanyakan keseriusan hubungan aku dengan anaknya? dan bagaimana kalau nanti papinya menyuruhku untuk segera menikahi Amel? Apa yang harus aku lakukan, sementara Laras melarang aku untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada Amel tentang hubungan aku dan dia," Antonio bermonolog sambil menarik nafas panjang.
Tiba-tiba dia di kagetkan oleh dering telepon panggilan masuk dari handphone nya.
Dengan malas Antonio meraih handphonenya itu dan menerima panggilan yang masuk.
"Kak, kak Anton jadi kan ke rumah sekarang?" tanya Amel pada Antonio saat Antonio sudah menerima telepon darinya.
"Emmm...i- iya, aku akan ke sana," jawab Antonio.
"Oke aku tunggu ya kak," ucap Amel.
"Ya," kata Antonio yang kemudian mengakhiri pembicaraannya dengan Amel lewat telepon itu.
Dengan agak malas Antonio bangkit dari tempat duduknya dan berjalan pergi keluar dari ruang kantornya itu.
Antonio berjalan menuju ke area parkir mobil dan setelah itu dia masuk ke dalam mobilnya. Tak lama kemudian dia mengemudikan mobilnya keluar dari area parkiran menuju ke jalan besar yang ada di depan gedung kantor nya itu.
Mobil Antonio melaju di jalanan menuju ke arah kantor Amel.
Amel yang sedari tadi menunggu kedatangan Antonio sesekali melihat ke arah jam tangan yang melingkar di lengan kirinya itu.
"Kak Antonio mana ya, kok lama banget sih...," ucap Amel agak kesal karena Antonio belum datang-datang juga menjemput dirinya.
Mobil yang di kemudikan Antonio sudah tiba di halaman gedung kantor Amel.
Antonio keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam gedung kantor itu untuk menjemput Amel.
Amel yang jenuh menunggu Antonio di dalam ruang kantornya sedari tadi akhirnya keluar meninggalkan ruangannya itu.
"Kak Anton, akhirnya kakak datang juga. Kok kakak lama banget jemputnya?" tanya Amel pada Antonio saat mereka bertemu di depan pintu ruang kantor Amel.
"Iya maaf membuat kamu jadi menunggu lama ,"'ucap Antonio pada Amel.
"Gak apa-apa kak, yang penting kak Anton sudah datang sekarang. Yuk kak kita berangkat." ajak Amel pada Antonio.
Kemudian keduanya berjalan bersama, Amel terlihat sangat riang sekali, dia
mengandeng tangan Antonio yang berjalan di sampingnya itu.
Setelah sampai di mobilnya seperti biasanya Antonio membukakan pintu mobil itu untuk Amel.
Amel segera masuk ke dalam mobil dan tak lama kemudian Antonio menjalankan mobilnya menuju ke rumah Amel.
Setelah beberapa menit dalam perjalanan akhirnya mereka tiba juga di rumahnya Amel.
Antonio turun dari mobilnya dan berdiri di samping Amel yang juga sudah turun dari mobil itu.
"Yuk kak, masuk," ajak Amel pada. Antonio dengan wajah berseri sambil menggamit lengan Antonio.
"Ya," jawab Antonio.
Lalu mereka berdua pun berjalan masuk ke dalam rumah Amel. Sementara itu pak Bara sudah menunggu keduanya di ruang tengah.