NovelToon NovelToon
Bukan Sekolah Biasa

Bukan Sekolah Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Misteri / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Light Novel
Popularitas:976
Nilai: 5
Nama Author: Vian Nara

Sandy Sandoro, murid pindahan dari SMA Berlian, di paksa masuk ke SMA Sayap Hitam—karena kemampuan anehnya dalam melihat masa depan dan selalu akurat.

Sayap Hitam adalah sekolah buangan yang di cap terburuk dan penuh keanehan. Tapi di balik reputasinya, Sandy menemukan kenyataan yang jauh lebih absurb : murid-murid dengan bakat serta kemampuan aneh, rahasia yang tak bisa dijelaskan, dan suasana yang perlahan mengubah hidupnya.

Ditengah tawa, konflik, dan kehangatan persahabatan yang tak biasa, Sandy terseret dalam misteri yang menyelimuti sekolah ini—misteri yang bisa mengubah masa lalu dan masa depan.

SMA Sayap Hitam bukan tempat biasa. Dan Sandy bukan sekedar murid biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vian Nara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11 : Pemegang Puncak

"Ketika Bagas masih menginjak bangku SMP. Dia tidak seperti sekarang. Orang yang sangat sopan dan bahkan tidak mudah tempramen."

Arfy memulai cerita dan menunjuk ke arah kenangan masa lalu milik Bagas di papan tulis yang sudah aku gambarkan seperti rekaman video.

"Sepertinya yang sudah aku katakan. Bagas dan adiknya itu yatim-piatu. Mereka berdua tetap bertahan hidup dengan kemampuannya sendiri, meskipun banyak orang yang ingin merawatnya." Lanjut Arfy.

"Namun justru itu tidak berdampak baik baginya. Suatu hari rumor tentang adik Bagas yang memiliki kemampuan menyebar cepat karena ada yang tidak sengaja merekam saat dirinya menggunakan kemampuannya."

"Memang apa kemampuannya?" Tanya Kak Arlo.

"Adik Bagas bisa mengendalikan aliran listrik dan petir. Tentu kekuatan itu sangat di inginkan oleh orang-orang rakus yang berpikiran tentang kekuasaan ataupun keuntungan." Jawab Arfy.

"Itu masuk akal. Jadi sebenarnya masalah Bagas adalah.... " Nara menebak.

"Benar sekali. Kini keberadaan Adik Bagas menghilang. Satu informasi bocor dan Bagas mengetahuinya. Adiknya di culik oleh Organisasi bernama O3PMI." Fakta yang di katakan Arfy membuat seluruh orang di dalam ruangan terkejut bukan main.

"Kami pernah berhadapan dengannya." Kataku dengan sedikit rasa takut.

"Sungguh? Itu mengejutkan sekali. Ternyata bumi itu memang bulat. Dan sepertinya orang berkemampuan seperti kita rata-rata telah berhadapan dengan mereka." Arfy membenarkan kacamata miliknya.

"Masalah ini sungguh serius. Dan sepertinya Bagas ingin menyelesaikan semua masalah ini sendiri. Karena sejatinya ini adalah masalah pribadinya." Nara beropini.

"Sekarang inilah cerita saat Bagas menjadi pemegang puncak dan insiden adiknya ketika di culik. Mari kita mulai dari adik Bagas yang sedang di cegat oleh dua sosok penjahat kelas kakap di sebuah gang saat pulang sekolah" Arfy menunjuk kembali ke arah papan tulis.

"Waduh, katanya anak ini punya kekuatan menakutkan, tapi sebelum muncul kita jual saja dia ke orang itu." Kata seorang pria dengan Ciput kepada temannya.

"Benar juga, ya. Dengan itu kita akan menjadi kaya." Temannya tersenyum licik.

"Kakak! Tolong!" Seru Adik Bagas.

Gang itu begitu sempit. Hampir tidak ada satupun orang yang melewatinya. Hanya ada tempat sampah besar di sana.

"Ya ampun.. Merepotkan sekali. Cepat ikat dia." Perintah orang berciput.

DUK!

Bagas menendang teman orang berciput tepat mengenai kepalanya hingga pingsan.

"Tinggalin adik gua atau lu mau babak belur kayak teman Lo yang satu ini!" Teriak Bagas.

"Anak Sialan!"

BUK! Pukulan keras dari orang berciput tepat mendarat ke wajah Bagas.

"Luka seperti ini tidak akan pernah menyakitiku!" Bagas mengangkat wajahnya dengan mantap dan tanpa terluka sedikitpun.

BUK! Pukulan Bagas membuat orang berciput pingsan telak. Pukulannya sangat keras menghantam perut orang berciput hingga terpental sampai-sampai menabrak tempat sampah besar.

"Aku tidak akan pernah memaafkan orang-orang yang berbuat jahat kepada adikku!" Ancam Bagas kepada dua penjahat yang telah pingsan.

"Kau baik-baik saja, kan?" Bagas menghampiri adiknya.

Adik Bagas hanya mengangguk pelan. "Kakak selalu menolongku. Terimakasih karena selalu melindungiku." Adik Bagas tersenyum.

Apakah dengan menjadikan aku seorang yang paling di takuti orang-orang seperti mereka akan ketakutan dan tidak akan pernah mengganggu.

"Bagas melakukan kesalahan fatal. Setelah itu, dia terus mendatangi banyak Pemimpin geng dan juga penjahat seperti begal dan lainnya lalu menghajar mereka semua tanpa ampun." Arfy menghela nafas panjang.

"Ingat nama ini baik-baik! Jika lu berani ngusik gua dan adik gua... Lu bakal bernasib kayak mereka semua! Paham!?" Bagas membentak.

Di sekitarnya banyak tergeletak orang-orang yang pingsan akibat Bagas hajar.

"Justru Bagas sendiri yang mendatangkan masalah itu sendiri. Kabar Bagas yang semakin di takuti justru semakin membuat orang jahat ingin mengusiknya bahkan memastikan rumor tentang Adiknya. O3PMI." Arfy menggelengkan kepala prihatin.

"Ya ampun, anak ini memang bisa mengeluarkan petir dan mengendalikannya. Bos pasti akan senang jika mendapatkannya." Kata salah satu dari dua orang misterius dengan menggunakan topeng.

Kini bukan di gang. Sebuah taman di kota sore itu, menjadi saksi bisu penculikan adik Bagas.

"Pergi!" Teriak Adik Bagas.

CTAR!

Petir bertegangan sedang menyambar orang salah satu orang bertopeng hingga gosong dan tidak sadarkan diri.

"Jadi benar rumor itu. Aku akan segera memanggil bantuan." Kata orang bertopeng yang masih berdiri.

Dia mengeluarkan smartphone miliknya lalu menelpon seseorang.

"Halo, di sini siaga (+). Segeralah kemari. Bos akan senang bahkan terutama Organisasi, jika kita berhasil menangkap yang satu ini." Kata orang bertopeng, melapor.

"Saat itu Bagas berada lumayan jauh dari tempat adiknya berada. Dia sedang melakukan pertarungan melawan ketua geng terkuat sekaligus penjahat paling di takuti, di kota ini." Jelas Arfy sembari mengungkapkan gambaran masa lalu Bagas.

Sebuah gedung tua di perlihatkan. Kumuh, rawan dan aura keangkerannya jika memasuki sore hari mulai terasa.

"Anak ingusan kayak lu, mau jadi yang terkuat dengan ngalahin gua? Lelucon apa yang lagi lu mainin, hah?! Main pou aja sana." Ejek Ketua geng.

"Ayolah, apa kau tidak takut citramu sebagai ketua itu hilang. Maksudku katanya kau yang terkuat, masa melawan anak kecil sepertiku takut." Bagas tersenyum penuh ejekan, membalas kesombongan ketua geng.

"Gimana Bos?" Tanya anggota geng.

"Lawan aja, bos. Benar apa katanya." Komentar anggota lain.

"Betul." Timpal anggota yang lain lagi.

"Lawan! Lawan! Lawan!" Semua anggota geng bersorak serentak.

"Baiklah, kalau begitu. Mana senjataku!" Ketua geng memberi perintah.

Anggota gengnya seketika langsung membawakan sebuah pipa besi. Bos geng itu berjalan perlahan menghampiri Bagas sembari menyeret pipa besi miliknya.

"Ini... Lu yang minta!" Ketua geng berteriak lalu menghantamkan pipa besi miliknya kepada Bagas.

TING!

TING!

TING!

Namun semua itu tidak mempan. Bagas tidak mendapatkan luka apapun. Jangankan terluka, tergores saja tidak.

"Segini saja kemampuan lu?" Bagas nada mengejek.

Bagas kemudian merebut pipa besi milik Ketua geng lalu mematahkannya menjadi dua dengan begitu mudah.

TRAK!

"Tidak mungkin?!" Ketua geng terkejut bahkan pengikutnya sekalipun.

"Siapa kau sebenarnya? Kau monster?" Ketua Geng gemetaran.

"Gimana bilangnya, ya. Gua itu sebenarnya gak bisa sama sekali terluka. Tapi, sekalinya pukulan mendarat... " Bagas menatap tajam ketua geng.

BUK!

"Brengsek!" Ketua Geng berteriak.

BUK!

"Orang kayak lu gak pantas ada di puncak!" Tambah Ketua Geng.

BUK!

BUK!

Ketua geng secara membabi buta memukul Bagas tanpa ampun. Bagas hanya menangkis serangan dari Ketua geng.

"Udah Yappingnya?" Bagas menatap jijik ketua geng.

BUK! Satu pukulan sangat keras. Upper cut. Serangan itu membuat ketua geng pingsan tidak sadarkan diri dan membuat anggota geng yang dipimpin ketua tersebut menyerang Bagas secara bersamaan.

"Bos tumbang! Kita hajar Dia!" Teriak salah satu anggota geng.

"Kalian bisa menebak akhirnya bagaimana, kan?" Tanya Arfy kepada kami semua.

"Bagas menang dan menjadi pemegang puncak." Jawabku.

"Tepat sekali dan setelah itu banyak yang mengikuti Bagas bahkan aku sendiri juga sama hingga ada orang yang dengan suka rela mengurus pendaftaran sekolah Bagas di SMK. Tapi, kita fokus ke masalah utamanya."

"Minum?" Arfy menawarkan teh gelas lalu membagikannya langsung kepada kami.

TRING! TRING! Hp Bagas berbunyi.

"Dari siapa? Oh, Lala."

"Assalamualaikum. Ada apa Lala?" Tanya Bagas.

"Kakak! Tolong Lala! Ada orang yang sama seperti kita ingin menculik Lala. Lala takut!" Kata Lala dengan nada benar-benar hampir menangis.

"Dimana kamu sekarang!?" Bagas bertanya sembari panik.

"Taman kota."

"Kakak kesana segera." Bagas kemudian berlari sekuat tenaga pergi meninggalkan gedung tua tersebut dan para geng motor menuju taman kota, tempat adiknya berada.

"Cepatlahlah ikut denganku! Jangan membuat pekerjaanku ini semakin malas." Kata Seorang lelaki dengan rambut berwarna putih karena kelainan lalu mengenakan jaket tebal berwarna biru muda sembari mencari Lala yang kini tengah bersembunyi di parkiran mobil.

"Kau selesaikan yang ini. Aku akan ke tempat lain. Bawa dia, B." Pinta orang bertopeng.

"Aku tahu itu." B menguap.

Pria bertopeng itu pergi dari tempat kejadian dan benar-benar hanya meninggalkan B seorang diri.

"Beku!" Satu persatu mobil tiba-tiba membeku sempurna karena kemampuan B.

"Ayo cepat keluar lah." B menguap. Dia sangat mengantuk.

Inilah saatnya (Kata Lala di dalam hati)

CTAR! Sambaran petir di keluarkan oleh Lala sebagai sebuah peringatan. Namun, itu sia-sia saja.

SHUS! Sebuah tameng beku terbentuk cepat oleh B.

"Ampun, kau ini sangat merepotkan. Jangan sampai membuat pekerjaanku..... " Belum sempat menyelesaikan perkataannya Lala menyambarkan petir kembali.

CTAR!

Kali ini B tidak membuat perisai sehingga dirinya terkena sedikit serangan dari Lala. Sarung tangan yang dia gunakanlah yang menjadi korbannya.

"Sial! Meleset!" Lala kecewa.

"Kau.. Kau telah membuat sarung tanganku yang berharga hancur! Sekarang aku tidak akan diam saja!" B merubah ekspresi malasnya menjadi murka.

SHUS!

Sebuah es lancip tercipta sangat banyak oleh B. Dia hanya perlu mengarahkan tangannya ke udara kosong.

"Aku tidak peduli kau hidup atau tidak dan organisasi lagi. Kau akan di eksekusi olehku sekarang ini!" Seru B.

WUSH!

Es lancip di lemparkan mengarah kepada Lala.

CTAR!

CTAR!

Es lancip itu di hancurkan oleh Lala dengan petirnya.

"Bagaimana kalo ini?!" B berteriak.

SHUS!

Sebuah balok es tinggi tiba-tiba muncul dengan cepat dari tempat pijakan Lala berdiri dan membuatnya tepental jatuh.

WUSH!

Es lancip kembali di arahkan kepada Lala. B tidak memberikan kesempatan.

CTAR!

CTAR!

Petir menyambar kembali dan menghancurkan es lancip yang di buat oleh B. Lala juga terus bergerak untuk mengindari serangan tiba-tiba balok es milik B.

SHUS!

Balok es penghalang menutup jalan Lala. Lala melompat mengindarinya. Tapi keliru.

SHUS!

BUK!

Penghalang yang tepat Lala pijak, sebuah balok es tiba-tiba saja menghantam dagu Lala hingga membuatnya pingsan tidak sadarkan diri. B lah pelakunya. Dia telah merencanakannya sejak awal.

"Saatnya kau mati!" Seru B.

SHUS!

WUSH!

Es lancip kembali di luncurkan oleh B kepada Lala yang sudah terjatuh ke tanah.

CAK!

CAK!

Es lancip milik B terpecah sempurna karena menabrak sesuatu. Bagas.

"Siapa kau? Jika kau menghalangiku kau juga akan aku bunuh." Ancam B.

"Jadi kau yang membuat adikku sampai pingsan begini?!" Bagas murka.

WUSH! Bagas bergerak cepat menuju ke arah B.

SHUS!

BRUK! Bagas gagal mendaratkan pukulannya karena B yang telah membuat tameng es berkat kemampuannya.

"Menyedihkan." Kata B dengan wajah datar.

SHUS!

Angin dingin tiba-tiba menusuk tulang Bagas.

SHUS!

B membuat seekor beruang salju yang entah kenapa bisa muncul begitu saja.

"Lawan dia, beruangku." Beruang yang terbuat dari salju itu kemungkinan benar-benar menyerang Bagas secara brutal layaknya beruang sungguhan.

"Sial!" Keluh Bagas.

"Kita lanjutkan kembali eksekusinya." Kata B dengan perasaan ingin membunuh yang tinggi.

SHUS!

Es lancip kembali di ciptakan oleh B lalu bersiap meluncur ke arah Lala.

KEDEBRUK!

Beruang salju milik B menabrak dirinya. Bagas berhasil membuat kalah dengan tiga pukulan keras dan satu tendangan pamungkas.

"Ini adalah kesalahan fatal Bagas. Dia terlalu merendahkan musunnya." Arfy membenarkan kacamata miliknya.

"Beruang Lo, belum ada apa-apanya di bandingkan dengan beruang sungguhan. Payah." Bagas menatap tajam B.

"Kalian berdua membuatku habis kesabaran!" B berteriak kesal.

SHUS!

Pedang es tercipta. Ini adalah kemampuan B paling kuat.

Sebelumnya akan author jelaskan sedikit. Kemampuan B adalah memanipulasi es, membekukan objek dan bahkan membuat objek menjadi senjata untuknya sendiri.

"Saatnya kalian menderita!" B menerjang maju. Bagas menerima begitu saja serangan B.

SING!

Pedang itu memang tidak memberikan luka fisik, tapi siapa yang sangka bisa melukai dari dalam.

Pedang B ternyata sudah di aliri racun yang sangat berbahaya.

"Ini tidak akan mempan padaku... " Tiba-tiba Bagas muntah.

"Bagus sekali PP. Berkatmu aku punya senjata eksekusi yang lebih baik." Kata B sembari memberi hormat entah kepada siapa.

"Bagaimana bisa?" Bagas mulai merasakan kesakitan.

"Kau akan mati dalam beberapa jam lagi, tenang saja." B mengejek Bagas.

BUK

Bagas mendaratkan sebuah pukulan tepat di wajahnya B.

"Sialan!"

SING!

SING!

B menebas Bagas berkali-kali dengan pedang yang sudah di aliri racun milik siapa? PP?

Bagas semakin menjadi-jadi. Sakitnya bukan main lagi. Racun yang di berikan oleh B bereaksi dan menyebar secara cepat ke seluruh tubuh Bagas.

"ARGHH!" Heran Bagas.

"Aku berubah pikiran. Aku akan membawa adikmu pergi dan akan memastikannya bergabung bersama kami. Dia akan menjadi lawanmu, loh nantinya." B tersenyum puas.

"Jangan berani-beraninya kau membawa adikku pergi!" Bagas berseru susah payah.

"Oh, ada yang sedang sekarat sepertinya." B menginjak tubuh Bagas. tidak lama setelahnya dia pergi sembari membawa Lala.

"Selamat menikmati kematian." B melambaikan tangannya lalu benar-benar pergi.

"Payah!" Keluh Bagas, Kesal dan frustasi sembari memukul tanah.

"Kenapa? Kenapa ini semua harus terjadi!?" Bagas memukul tanah lebih keras.

"Begitulah yang terjadi." Arfy mengeuk teh gelas miliknya.

"Terimakasih karena telah meminjamkan kekuatanmu, Sandy. Ini semakin jadi lebih mudah." Arfy menunduk kepadaku.

"Tidak apa. Tapi kenapa Bagas bisa selamat setelah terkena racun mematikan?" Aku bertanya.

"Benar." Timpal Nara, Bora dan Alex serentak.

"Saat dalam kondisi seperti itu, aku yang sedang berjalan-jalan tidak sengaja menemukannya. Aku pun membawanya ke dokter dan coba tebak plot twist nya?" Arfy memulai tebak-tebakan.

"Bagas mati, tapi bisa hidup lagi." Jawab Bora polos.

"Lu aja yang mati, sana!" Komentar Arfy.

"Bagas kebal. Karena kemampuannya lah dia bisa bertahan dan sembuh." Aku menebak.

"Salah."

"Dia menuliskan surat wasiat?" Alex ikut menebak.

"Kau juga mati saja, sana!" Kata Arfy.

"Jika aku benar. Racun itu tidak bisa di sembuhkan secara pasti oleh obat manapun karena di lihat dari reaksi Bagas dan penyebaran racun yang begitu cepat—dokter spesial atau dokter dengan kemampuan spesial menyembuhkan lah yang dapat membantu Bagas." Jawaban Logika Nara.

"Tepat sekali." Arfy membenarkan jawaban Nara.

"Kami memang bertemu dokter dengan kemampuan spesial. Dia bisa menyembuhkan segala penyakit dan racun. Dia juga turut prihatin atas kondisi dan situasi yang di alami oleh Bagas" Jelas Arfy.

Arfy menghela nafas panjang.

"Lalu?" Kak Arlo mencoba menyambungkan kembali percakapan.

"Setelah insiden tersebut.. Bagas terus mencari adiknya setiap pulang sekolah dan waktu itu hanya mendapatkan informasi tentang nama organisasinya. Tapi sekarang dia berhasil menemukannya lokasi tempat perdagangan manusia." Arfy lagi-lagi memberikan informasi yang membuat kami kembali terkejut.

"Katanya orang-orang berkemampuan juga ada di sana." Tambah Arfy.

"Sepertinya kita akan ikut campur dalam urusan mafia besar. Dan prediksiku benar akan semua ini." Kata Nara.

"Apa maksudmu, Nara?" Tanya Kak Alma.

"Arfy. Apa kemampuan spesial milikmu?" Tanya Nara.

"Aku bisa melacak lokasi orang berkemampuan. Syaratnya aku harus terkena air." Jawab Arfy.

"Lakukan pelacakan segera. Cepat!" Perintah Nara.

"Untuk apa? Dan kemana?" Arfy heran.

"Lokasi perdagangan manusia. Aku ingin memastikan sesuatu dengan cepat." Tambah Nara dengan wajah serius.

"Baiklah." Arfy segera mengerti.

Arfy membasahi sekujur tubuhnya termasuk sampai seluruh pakaiannya dengan air hingga rambutnya pun basah dan menutupi seluruh wajahnya.

"Kayak orang gila, co." Bisik Alex.

"Iya juga." Tanggap Bora.

"Anjing yang berbulu lebat ga sih?" Kataku.

"Kalian ingin aku hajar, ya?" Arfy kesal.

"Ini dia cara kerja kemampuanku. Aku letakkan peta di sini lalu.. "

CLAK!

Titisan air mengenai peta lalu permukaan peta berubah menjadi seperti genangan air dan air yang menetes tadi muncul kembali ke permukaan dengan warna merah.

"Ini dia lokasinya." kata Arfy.

"Sudah kuduga." Nara menatap tajam lokasi yang di tuju.

"Kenapa Nara?" Tanyaku.

"Lokasi ini memang sedang aku cari. Aku tahu siapa dalang di balik insiden tersebut. Dan dalangnya sama seperti yang terjadi pada kasus ibuku dan ibunya Rio." Jawab Nara.

"Hah?! Ibumu dan Ibunya Rio di bunuh oleh mereka?" Kak Alma kaget.

"Ceritanya panjang. Tadi aku sudah menceritakannya kepada Sandy." Jawab Nara.

"Maaf atas kamu yang telah kehilangan keluarga, tapi apa maksudmu dengan sama?" Tanya Arfy.

"Mereka adalah Mafia yang di lindungan pemerintah karena taktik cepatnya dalam menguasai ekonomi. O3PMI kemungkinan juga bekerja sama dengan mereka. Mereka adalah The Bear." Nara mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Kenapa kau bisa tahu itu mereka?" Tanya Kak Alma.

"Sudah lama sekali aku melacak mereka. Mafia itu adalah selalu berpindah tempat, tapi sekarang aku yakin bahwa itu adalah tempat utama mereka semua berkumpul." Jawab Nara.

"Baiklah sepertinya ini akan semakin sulit. Lagipula kita hanya remaja." Kak Arlo menjeda ucapannya.

"Namun, sebagai sesama orang berkemampuan.. Demi kedamaian bagi orang-orang seperti kita. Kita tidak boleh mengabaikannya Begitu saja." Tambah Kak Arlo dengan mantap.

"Terimakasih telah menerima permintaan ini." Kata Kak Arfy.

"Saatnya kita menyusun rencana." Tambah Arfy.

1
Vian Nara
menarik
sang kekacauan
lanjut
sang kekacauan
kalau 80 berapa ro aku mulai aktif membaca kembali
sang kekacauan
nggak konsisten
Vian Nara: Maaf ya, karena sulit untuk konsisten bagi saya karena saya mengidap penyakit mental yang di mana lamuna sedikit saja sudah membuat cerita yang baru serta kompleks jadinya sulit /Frown/
sekali lagi mohon maaf
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!