Seorang gadis berusia tujuh belas tahun secara tak sengaja menyelamatkan nyawa seorang raja mafia yang dingin dan penuh bahaya. Bukannya jadi korban dalam pertarungan antargeng, ia malah jadi istri dari pria yang selama ini ditakuti banyak orang.
Gadis itu polos dan manis. Sedangkan pria itu tegas dan kuat, dan hampir sepuluh tahun lebih tua darinya. Tapi, ia tak kuasa menolak perasaan hangat yang gadis itu bawa ke dalam hidupnya.
Meski membenci dunia gelap yang pria itu jalani, ia tetap tertarik pada sosoknya yang dingin dan berbahaya.
Dan sejak saat itu, takdir mereka pun saling terikat—antara gadis menggemaskan dan raja mafia muda yang tak pernah belajar mencintai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. A sweet day 2
Hari ini, Lucien benar-benar berperan sebagai pengawal pribadi Liora—membawakan semua belanjaan tanpa satu keluhan pun.
Setelah menyelesaikan pembayaran, mereka kembali ke Mansion.
Begitu tiba, Nathaniel segera menyambut mereka di depan pintu.
"Tuan, Nyonya," sapanya sopan sambil sedikit membungkuk.
Liora tersenyum kecil. “Paman, istirahat aja hari ini. Biar aku yang beresin semuanya.”
Nathaniel melirik sekilas ke arah Lucien, seolah menunggu persetujuan.
Lucien hanya memberi anggukan kecil, sebagai jawaban.
Setelah itu, ia memberi isyarat pada para pelayan lainnya untuk mundur dan beristirahat. Kini, hanya Liora dan Lucien yang tersisa di dalam Mansion.
"Ayo, kita bereskan barang-barangnya," ujar Liora dengan semangat.
"Ya." ucapnya singkat.
Sebenarnya tak banyak yang perlu di bereskan—hanya beberapa perlengkapan harian yang mereka sesuaikan.
Sekitar setengah jam kemudian, semuanya sudah tertata.
"Ada lagi yang ingin kamu rubah?" tanya Lucien, sambil melirik ke sekeliling.
Liora menggeleng pelan, senyum kecil muncul di wajahnya. "Nggak, sudah cukup."
Lucien memperhatikannya sejenak. Ia tahu, di balik senyum itu, gadis itu pasti sedang menyusun sesuatu dalam diam.
......................
Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa sadar, malam pun sudah tiba.
Seharian ini, Lucien hanya menghabiskan waktunya bersama Liora di Mansion
"Aku lapar," ujar gadis itu tiba-tiba, sambil menghela napas kecil.
Lucien menoleh singkat. "Bukannya tadi kamu habis makan camilan?"
"Iya... tapi sekarang perutku kosong lagi," gumamnya, wajahnya cemberut.
Lucien memijat pelipisnya, lalu menghela napas pelan. "Tunggu disini, biar aku yang masak."
Liora menatapnya dengan ekspresi setengah tak percaya. "Kamu bisa masak?"
Lucien hanya mengangguk. "Mau makan apa?"
"Apa pun, asal kamu yang buat," jawabnya cepat, sambil tersenyum manis.
Tanpa banyak bicara, Lucien segera melangkah ke dapur mengambil bahan-bahan yang ia butuhkan dengan gerakan tenang dan teratur.
Liora bersandar di ambang pintu, diam-diam memperhatikan setiap gerakannya. Tatapannya terpaku pada punggung pria itu—tegap, tenang, dan... entah kenapa terasa sangat nyaman dilihat.
Setelah beberapa saat kemudian, meja makan mereka sudah terisi. Ada daging tumis paprika, irisan kentang, sup jamur, dan iga rebus. Semuanya tampak sederhana dan tertata rapi seperti hidangan restoran.
“Kelihatannya enak banget,” gumamnya pelan.
Lucien menyodorkan semangkuk nasi ke hadapannya. “Makanlah.”
Gadis itu menyendok satu suap. Ekspresinya langsung berubah, dan senyumnya merekah.
“Enak,” ucapnya pelan, nyaris tak percaya.
Lucien tidak berkata apa-apa, hanya mengambil posisi duduk di seberangnya dan mulai makan dengan tenang.
Liora menengadah, ia menatap pria itu dengan wajah serius… “Apa sebelumnya kamu pernah memasak buat orang lain?” ucapnya pelan.
Lucien sempat terdiam. Gerakan tangannya ikut terhenti sejenak, lalu ia menoleh, menyunggingkan senyum kecil.
"Kenapa kamu menanyakan hal ini?"
Liora mengangkat bahu. "Cuma pengen tahu aja."
Ia meletakkan sumpit dan mangkuknya ke meja. Sorot matanya sedikit berubah saat menatap gadis itu. “Aku nggak pernah memasak buat siapa pun sebelumnya.”
Liora menoleh, alisnya terangkat sedikit. “Serius?”
Ia hanya mengangguk tipis, "Mungkin kamu yang pertama."
Liora tak langsung menjawab. Tatapannya jatuh pada wajah Lucien, seolah mencari tahu apakah pria itu berbohong. Begitu melihat sorot matanya, ia tersenyum pelan dan menunduk, pipinya mulai bersemu.
......................
Setelah makan malam, Liora sempat berdiri dan membawa piring ke wastafel. Namun langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Lucien.
“Biarkan saja.”
Gadis itu menoleh. “Tapi—”
“Besok ada yang beresin.” Nada suaranya datar tapi tegas. Liora pun mengurungkan niatnya, lalu kembali duduk di sofa tanpa berkata apa pun.
keheningan kembali mengisi ruangan.
Sesekali Liora mencuri pandang ke arahnya. Ia menyandarkan kepala ke sandaran sofa, lalu berkata pelan, “Kamu belum pernah cerita soal pekerjaanmu.”
Lucien sempat melirik sekilas, lalu menjawab dengan tenang. "Suatu saat nanti, kamu akan tahu."
Gadis itu hanya mengangguk kecil. Tak ada pertanyaan lain yang terlontar. Ia pun diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Tiba-tiba, sesuatu terlintas di benaknya. Ia langsung bergegas mengambil ponselnya.
Tanpa sadar, Talia pasti sedang mencarinya saat ini.
ditunggu up nya lagi...😊