Seorang gadis berusia tujuh belas tahun secara tak sengaja menyelamatkan nyawa seorang raja mafia yang dingin dan penuh bahaya. Bukannya jadi korban dalam pertarungan antargeng, ia malah jadi istri dari pria yang selama ini ditakuti banyak orang.
Gadis itu polos dan manis. Sedangkan pria itu tegas dan kuat, dan hampir sepuluh tahun lebih tua darinya. Tapi, ia tak kuasa menolak perasaan hangat yang gadis itu bawa ke dalam hidupnya.
Meski membenci dunia gelap yang pria itu jalani, ia tetap tertarik pada sosoknya yang dingin dan berbahaya.
Dan sejak saat itu, takdir mereka pun saling terikat—antara gadis menggemaskan dan raja mafia muda yang tak pernah belajar mencintai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
A sweet day 2
Hari ini, Lucien benar-benar berperan sebagai pengawal pribadi Liora—membawakan semua belanjaan tanpa mengeluh sedikit pun.
Setelah menyelesaikan pembayaran, mereka kembali ke Mansion.
Begitu tiba, Elias segera menyambut mereka di depan pintu.
“Tuan, Nyonya,” sapanya sopan sambil sedikit membungkuk.
Liora tersenyum kecil. “Paman, istirahat aja hari ini. Biar aku yang beresin semuanya.”
Elias melirik ke arah Lucien, seolah menunggu persetujuan.
Lucien hanya memberi anggukan singkat.
Setelah itu, ia memberi isyarat pada para pelayan lainnya untuk mundur dan beristirahat. Kini, hanya Liora dan Lucien yang tersisa di dalam Mansion.
“Ayo, kita bereskan barang-barangnya,” ucap Liora penuh semangat.
“Ya.” jawabnya singkat.
Tak banyak yang perlu dibereskan, hanya beberapa perlengkapan harian yang mereka rapikan bersama.
Sekitar setengah jam kemudian, semuanya sudah tertata.
“Ada lagi yang mau kamu ubah?” tanya Lucien, melirik ke sekeliling.
Liora menggeleng pelan, senyumnya merekah. “Nggak, sudah cukup.”
Lucien memperhatikannya sejenak. Ia tahu, di balik senyum itu, gadis itu pasti sedang menyusun sesuatu dalam diam.
......................
Waktu berlalu begitu cepat, hingga malam pun tiba.
Seharian ini, Lucien hanya menemani Liora di Mansion.
“Aku lapar,” ujar gadis itu tiba-tiba, sambil memegang perutnya.
Lucien menoleh. “Bukannya tadi kamu habis makan camilan?”
“Iya… tapi sekarang udah kosong lagi,” gumamnya dengan wajah cemberut.
Lucien menghela napas pelan. “Tunggu di sini, biar aku yang masak.”
Liora menatapnya tak percaya. “Kamu bisa masak?”
Lucien hanya mengangguk. “Mau makan apa?”
“Apa pun, asal kamu yang bikin,” jawabnya cepat, senyum tipis muncul di wajahnya.
Tanpa banyak bicara, Lucien langsung ke dapur. Gerakannya tenang dan teratur saat menyiapkan bahan.
Liora bersandar di ambang pintu, diam-diam memperhatikan setiap gerakannya. Tatapannya terpaku pada punggung pria itu—tegap, tenang, dan... entah kenapa terasa sangat nyaman dilihat.
Tak lama kemudian, meja makan sudah penuh dengan hidangan: daging tumis paprika, irisan kentang, sup jamur, dan iga rebus. Semua tampak sederhana tapi tertata rapi.
“Kelihatannya enak banget,” gumam Liora.
Lucien menyodorkan semangkuk nasi. “Makanlah.”
Liora menyendok satu suap. Matanya langsung berbinar.
“Enak,” ucapnya pelan, hampir tak percaya.
Lucien tetap diam, hanya duduk di seberangnya dan makan dengan tenang.
Liora menengadah, ia menatap pria itu dengan wajah serius… “Apa sebelumnya kamu pernah memasak buat orang lain?” ucapnya pelan.
Lucien sempat terdiam. Gerakan tangannya ikut terhenti sejenak, lalu ia menoleh, menyunggingkan senyum kecil.
"Kenapa kamu menanyakan hal ini?"
Liora mengangkat bahu. "Cuma pengen tahu aja."
Lucien meletakkan sumpitnya, lalu menatapnya dalam. “Aku nggak pernah masak buat siapa pun sebelumnya.”
“Serius?” alis Liora terangkat.
Lucien mengangguk tipis. “Mungkin kamu yang pertama.”
Liora tak langsung menjawab. Tatapannya jatuh pada wajah Lucien, seolah mencari tahu apakah pria itu berbohong. Begitu melihat sorot matanya, ia tersenyum pelan dan menunduk, pipinya mulai bersemu.
......................
Setelah makan malam, Liora beranjak untuk membereskan piring. Namun langkahnya terhenti saat Lucien bicara.
“Biarkan saja.”
“Tapi—”
“Besok ada yang beresin,” ucapnya datar namun tegas.
Liora akhirnya kembali duduk di sofa, tanpa banyak protes.
Keheningan kembali mengisi ruangan.
Sesekali Liora mencuri pandang. Ia menyandarkan kepala ke sofa, lalu berkata pelan, “Kamu belum pernah cerita soal pekerjaanmu.”
Lucien melirik sekilas, lalu menjawab tenang. “Suatu saat nanti, kamu akan tahu.”
Gadis itu hanya mengangguk kecil. Tak ada pertanyaan lain yang terlontar. Ia pun diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Tiba-tiba, sesuatu terlintas di benaknya. Ia langsung bergegas mengambil ponselnya.
Tanpa sadar, Talia pasti sedang mencarinya saat ini.
ditunggu up nya lagi...😊