NovelToon NovelToon
AIRILIA

AIRILIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Irla26

Airilia hidup dalam keterbatasan bersama ibunya, Sumi, yang bekerja sebagai buruh cuci. Ayahnya meninggal sejak ia berusia satu minggu. Ia memiliki kakak bernama Aluna, seorang mahasiswa di Banjar.

Suatu hari, Airilia terkejut mengetahui ibunya menderita kanker darah. Bingung mencari uang untuk biaya pengobatan, ia pergi ke Banjar menemui Aluna. Namun, bukannya membantu, Aluna justru mengungkap rahasia mengejutkan—Airilia bukan adik kandungnya.

"Kamu anak dari perempuan yang merebut ayahku!" ujar Aluna dingin.

Ia menuntut Airilia membiayai pengobatan Sumi sebagai balas budi, meninggalkan Airilia dalam keterpurukan dan kebingungan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irla26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Aluna pulang

Setelah pulang dari taman, Aluna segera menuju kostnya. Saat menaiki tangga, ia merasakan bulu kuduknya merinding. Meski hari masih pagi, suasana kost begitu sepi. Tidak ada seorang pun selain dirinya.

Perasaan takut menyelimutinya, membuat langkahnya semakin cepat. Ia berlari menuju kamarnya dan segera mengunci pintu dari dalam. Tanpa membuang waktu, ia mulai memasukkan pakaian ke dalam koper. Hari ini juga, ia akan pulang untuk melangsungkan pernikahannya dengan Reza.

Tiba-tiba—

"Tok... tok... tok..."

Ketukan di pintu membuat Aluna tersentak. Jantungnya berdegup kencang.

"Siapa yang mengetuk?" pikirnya, mulai berkeringat dingin.

Rasa takut menahannya untuk tidak membuka pintu, tetapi rasa penasarannya lebih besar. Dengan tangan gemetar, ia mengulurkan tangan ke gagang pintu dan membukanya perlahan.

Begitu pintu terbuka, Aluna langsung menutup mata dengan kedua tangannya dan berteriak.

"ALUNA! Kamu kenapa?"

Mata Aluna membelalak ketika mengenali suara itu. Ia menurunkan tangannya dan melihat sosok Ibu Yati, pemilik kost, berdiri di depannya dengan tatapan bingung.

"Enggak ada apa-apa, Bu. Saya kira...," Aluna menggantungkan kalimatnya.

Ibu Yati tertawa kecil. "Kamu kira setan? Mana ada setan pagi-pagi begini!"

Aluna mengusap keringat di dahinya. "Ada apa Ibu kemari? Bukankah hutang saya sudah lunas?"

"Saya cuma mengecek kost. Kamu enggak pulang?"

Aluna mengangguk ke arah kopernya. "Pulang, Bu. Ini saya lagi berkemas."

Ibu Yati mengangguk paham. "Ya sudah, lanjutkan."

Setelah itu, ia pun pergi meninggalkan Aluna yang kini mulai merasa lebih tenang.

---

Di rumah, Sumi duduk di depan televisi, menikmati acara wisuda yang sedang ditayangkan. Airilia, yang baru pulang sekolah, langsung menghampirinya dan duduk di sampingnya.

Sumi tersenyum melihat para wisudawan di layar. "Lia, enggak lama lagi, Aluna akan seperti itu."

Airilia mengangguk antusias. "Iya, Bu. Enggak terasa, Kak Aluna sebentar lagi akan wisuda."

Sumi menatap televisi dengan mata berbinar. "Ibu ingin di acara wisuda Aluna nanti kita bisa pakai baju bagus. Ibu enggak mau mempermalukan Aluna di hari spesialnya."

Airilia tersenyum hangat. "Insyaallah, kalau aku ada rezeki, nanti aku beliin baju yang Ibu mau."

Sumi mengangguk, lalu tatapannya berubah sendu. "Sempat enggak, ya, Ibu lihat kamu wisuda?" suaranya bergetar.

Airilia mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang janggal. "Kok Ibu ngomong gitu? Ibu enggak mau lihat aku wisuda?"

Sumi mengusap matanya yang mulai berkaca-kaca. "Bukan begitu, Nak. Ibu ingin melihat kamu wisuda, menikah, dan bahagia. Semoga umur Ibu panjang untuk menyaksikan semua itu."

Airilia menggenggam tangan ibunya erat. "Aamiin. Aku juga selalu berdoa untuk kesehatan Ibu. Semoga Ibu diberi umur panjang, supaya bisa lihat aku dan Kak Aluna menikah serta punya anak."

"Aamiin," bisik Sumi, terharu. Ia memeluk putrinya dengan penuh kasih.

Tiba-tiba—

"Tok... tok... tok..."

Ketukan di pintu menghentikan momen mereka.

Airilia menoleh ke arah pintu, lalu menatap ibunya. "Bu, suara itu mirip suara Kak Luna."

Sumi menahan napas, lalu bergegas membuka pintu. Begitu melihat siapa yang berdiri di sana, air matanya langsung menetes.

"ALUNA!"

Ia langsung memeluk putrinya dengan erat. "Akhirnya kamu pulang juga! Ibu kangen sama kamu."

Aluna tersenyum tipis. "Udah deh, Bu, jangan lebay. Aku lapar."

Sumi mengangguk cepat dan menarik tangan Aluna menuju meja makan. Sementara itu, Airilia membawa koper Aluna masuk ke dalam rumah.

Di meja makan, Sumi meletakkan sepiring nasi dengan lauk tahu goreng di hadapan Aluna.

Aluna menatapnya dengan ekspresi tidak puas. "Makan apaan ini?"

Sumi tersenyum lembut. "Ibu enggak tahu kalau kamu pulang hari ini. Kalau Ibu tahu, Ibu pasti masak makanan kesukaan kamu."

Aluna menghela napas kasar. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan selembar uang biru, lalu melemparkannya ke lantai dekat kaki Airilia.

"Lia, belikan aku nasi goreng di warung Pak Kumis."

Airilia mengangguk tanpa berkata apa-apa. Ia mengambil uang itu dan pergi.

Sumi menatap Aluna dengan kecewa. "Enggak baik menyuruh adikmu dengan cara seperti itu. Kamu kan bisa memberikan uangnya langsung, bukan melemparnya."

Mendengar itu, ekspresi Aluna berubah sinis. "Kenapa sih, Ibu selalu membela anak pelakor itu?! Padahal Tante Dira sudah merebut Ayah dari kita!"

Sumi menarik napas panjang, mencoba menahan emosi. "Itu sudah masa lalu, Aluna. Ibu sudah berdamai dengan semuanya. Jangan membahas itu lagi, terutama di depan Airilia."

Mata Aluna memerah, suaranya mulai meninggi. "Anak Ibu itu aku atau Airilia sih?! Kenapa Ibu selalu membela dia? Seakan-akan dia itu anak kandung, sementara aku anak tiri!"

Sumi menggeleng pelan. "Ibu enggak pernah membedakan kamu ataupun Airilia. Kalian berdua sama-sama anak Ibu."

Aluna mengepalkan tangannya di atas meja. "Sampai kapan pun, aku enggak akan pernah sudi menganggap Airilia sebagai adikku!"

"ALUNA!" Sumi hampir kehilangan kesabarannya.

Aluna mendongak dengan tatapan penuh amarah. "Apa? Mau nampar aku? Silakan! Dengan begitu, Ibu bisa membuktikan kalau Ibu memang lebih sayang Airilia daripada aku!"

Sumi membuka mulut, ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaranya terhenti ketika mendengar suara pintu terbuka.

"Assalamualaikum."

Airilia sudah kembali, membawa sebungkus nasi goreng di tangannya.

"Waalaikumsalam," jawab Sumi dengan suara lemah.

Airilia meletakkan bungkusan nasi goreng di depan Aluna. "Ini nasi goreng yang Kak Luna minta, beserta kembaliannya."

Tanpa berkata apa-apa, Sumi bangkit dan masuk ke kamarnya. Airilia pun mengikuti, meninggalkan Aluna sendiri di meja makan.

Di dalam kamar, Sumi duduk di tepi tempat tidur, menatap foto mendiang suaminya, Sento. Air matanya mengalir perlahan.

"Mas Sento... seberapa besar luka yang telah kau torehkan di hati putri kita, Aluna?" bisiknya lirih.

Bersambung…

1
rania
Kasihan Dinda, peluk jauh🥺🥺
R-man
cerita nya menarik !!
Maximilian Jenius
Wah, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya, thor! 😍
Madison UwU
Menyentuh
indah 110
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!