NovelToon NovelToon
JENDELA TERBUKA YANG LUPA DITUTUP

JENDELA TERBUKA YANG LUPA DITUTUP

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Suami Tak Berguna / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Harem / Cintapertama
Popularitas:439
Nilai: 5
Nama Author: Siti Zuliyana

Rina menemukan pesan mesra dari Siti di ponsel Adi, tapi yang lebih mengejutkan: pesan dari bank tentang utang besar yang Adi punya. Dia bertanya pada Adi, dan Adi mengakui bahwa dia meminjam uang untuk bisnis rekan kerjanya yang gagal—dan Siti adalah yang menolong dia bayar sebagian. "Dia hanyut dalam utang dan rasa bersalah pada Siti," pikir Rina.
Kini, masalah bukan cuma perselingkuhan, tapi juga keuangan yang terancam—rumah mereka bahkan berisiko disita jika utang tidak dibayar. Rina merasa lebih tertekan: dia harus bekerja tambahan di les setelah mengajar, sambil mengurus Lila dan menyembunyikan masalah dari keluarga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Zuliyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Liburan

Dua tahun kemudian, hari liburan natal. Langit cerah, udara sejuk, dan rumah Rina dipenuhi bunga dan hiasan natal. Semua orang menunggu seseorang—Lila, yang akan pulang dari Jakarta setelah menyelesaikan semester pertamanya di universitas seni.

Tiba-tiba, mobil tiba di depan rumah. Lila keluar dengan tas besar, rambut yang lebih panjang, dan wajah yang lebih dewasa. Dia melihat semua orang yang menunggunya—Rina, Adi, Ayu yang sudah 15 tahun dan jadi penari muda yang terkenal di kota, Arif yang 12 tahun dan suka mengkoding, Siti yang sekarang bekerja sebagai guru dan sering datang ke rumah, Rio dan istrinya beserta anak laki-laki mereka yang berusia 4 tahun.

"Kak Lila!" teriak Ayu dan Arif, lalu berlari ke arahnya. Lila memeluk mereka erat, menangis senang. "Aku kangen banget kalian semua!"

Malam itu, mereka berkumpul di teras. Meja dipenuhi makanan yang dibuat bersama: sup dari Rina, ayam bakar dari Adi, kue dari Siti, dan kue kering dari Ayu. Rina lagi-lagi lupa menutup jendela kamar tidur—cahaya bulan menyinari ruangan, dan angin segar membawa bau bunga melati dari halaman.

Lila berdiri, mengangkat cangkir jus: "Aku mau ngucapin terima kasih pada semua orang. Di Jakarta, aku sering merasa kangen rumah, kangen jendela ini yang selalu terbuka. Tanpa kalian, aku tidak akan berani mengejar cita-citaku. Terima kasih sudah selalu membuka jendela hati kalian untukku."

Adi berdiri, memegang tangan Rina: "Jendela ini tidak cuma milik kita—itu milik semua yang kita cintai. Sama seperti Lila menggambarkan di lukisannya, jendela ini selalu terbuka untuk cinta, harapan, dan semua hal indah di dunia."

Rio berdiri, menyapa semua orang: "Saya senang bisa menjadi bagian dari cerita keluarga ini. Jendela yang dulu terbuka di pagi hari itu bukan cuma celah untuk masalah—tapi untuk pertemuan yang membuat semua orang lebih kuat."

Semua orang mengangkat cangkir, berseru: "Selamat! Semoga jendela ini selalu terbuka!"

Lila melihat jendela kamar tidur yang terbuka, melihat bintang-bintang yang bersinar terang. Dia memikirkan beasiswa yang dia dapat untuk lokakarya melukis di Eropa, dan berkata pada dirinya: "Aku akan pergi jauh, tapi aku akan selalu kembali. Karena rumah ini—dan jendela ini—selalu menungguku."

Angin segar bertiup lagi, menyentuh wajah semua orang, dan jendela itu tetap terbuka—sebagai simbol dari keluarga yang kuat, cinta yang abadi, dan harapan yang tidak pernah padam.

Setelah 6 bulan di Eropa, Lila pulang dengan hati yang penuh dan tas yang lebih besar—isi dengan lukisan baru, cat import, dan cerita tentang lokakarya di Paris, Amsterdam, dan Barcelona. Dia sudah 19 tahun sekarang, wajahnya lebih matang, dan mata yang ceria ketika berbicara tentang seni yang dia temui di luar negeri. Tapi di balik senyumnya, ada kekhawatiran yang dia sembunyikan.

Perjalanan pulangnya terasa lama. Ketika pesawat menyentuh landasan di Jakarta, dia mengeluarkan ponsel—tidak ada pesan dari Rafi. Dia merasa jantungnya berdebar kencang. Sebelum dia pergi ke Eropa, Rafi mengajaknya untuk "tetap bersama meskipun jauh", tapi seiring waktu, pesannya semakin jarang. Terakhir kali mereka berbicara, Rafi berkata: "Aku merasa jauh dari duniamu yang penuh perjalanan dan seni. Mungkin kita harus berpikir ulang tentang kita."

Dia naik taksi menuju rumah. Ketika melihat pagar rumah yang familiar dan jendela kamar tidur yang selalu terbuka—bahkan di siang hari—dia merasa lega. Pintu rumah terbuka sebelum dia sempat mengetuk. Rina dan Adi keluar dengan pelukan lebat, menangis senang. "Kita kangen banget, sayang!" teriak Rina. "Lukisan-lukisanmu yang dikirimkan sangat indah!"

Ayu yang sudah 17 tahun dan menjadi kapten tim tari sekolah, serta Arif yang 14 tahun dan mulai membuat aplikasi sendiri, juga keluar melompat-lompat. "Kak Lila! Kamu bawa apa dari luar negeri?" tanya Arif sambil melihat tasnya.

"Sudah, nanti kita lihat semua," kata Lila dengan senyum. Tapi matanya terus mencari—tidak ada tanda Rafi.

Malam itu, mereka berkumpul di teras. Meja dipenuhi makanan favorit Lila: nasi goreng spesial Ayah, sambal matah Bu, dan kue klepon dari Ibu Adi. Rio dan istrinya beserta anaknya juga datang, membawa hadiah—kamera baru untuk Lila. "Untuk mengabadikan lebih banyak cerita," kata Rio.

Selama makan, Lila coba bersenang-senang, tapi pikirannya selalu kembali ke Rafi. Satu jam kemudian, teleponnya berdering. Nomor yang dia kenal—Rafi.

"Lila? Kamu sudah pulang?" suaranya terdengar lemah.

"Iya, baru saja. Kenapa kamu tidak datang?" tanya Lila, berjalan ke sudut teras agar tidak didengar.

"Aku... aku mau bicara denganmu. Bisa kita bertemu besok di taman yang dulu kita kunjungi? Tempat di mana kita pertama kali berbicara tentang lukisan?"

"Baiklah," jawab Lila, hatinya terasa berat.

Besok pagi, Lila pergi ke taman. Dia melihat Rafi duduk di bangku yang sama seperti dulu, memegang bungkus kertas. Dia sudah berusia 20 tahun, rambutnya lebih pendek, dan wajahnya terlihat lelah.

"Hi," ujar Lila dengan suara kecil.

Rafi berdiri, mengeluarkan bungkus kertas: "Ini untukmu. Lukisan yang aku buat saat kamu jauh."

Lila membuka bungkus. Itu adalah lukisan tentang mereka berdua di taman, dengan jendela di latar belakang yang terbuka ke langit biru. Di bawahnya, ada tulisan: "Aku cinta kamu, tapi aku tahu dunia kamu lebih luas dari duniaku."

"Lila, aku sudah diterima di universitas di Surabaya—jurusan ekonomi. Aku butuh fokus pada masa depanku, dan kamu juga butuh fokus pada seni-mu yang luar biasa. Mungkin kita memang tidak dimaksudkan untuk bersama sekarang."

Lila menangis, tapi dia memahami. Dia memegang tanggannya: "Terima kasih atas semua yang sudah kita lalui, Rafi. Kamu membuat masa remajaku lebih indah. Semoga kamu sukses di masa depanku."

Mereka bersalaman, lalu Rafi pergi. Lila duduk di bangku, melihat lukisan itu, dan menangis—tidak karena sedih kehilangan dia, tapi karena senang pernah mengenalnya.

Ketika dia pulang ke rumah, Rina sedang menunggu di teras. Dia melihat wajah Lila dan memeluknya: "Apa yang terjadi, sayang?"

Lila menceritakan semuanya. Rina menggendongnya seperti ketika dia masih kecil: "Cinta tidak selalu berakhir dengan 'selamanya' di saat itu. Kadang dia membuat kita lebih kuat, agar kita bisa menemukan yang sebenarnya cocok untuk kita. Dan apa pun yang terjadi, jendela rumah ini selalu terbuka untukmu."

Beberapa minggu kemudian, Lila menerima surat dari galeri seni terkenal di Jakarta. Mereka melihat lukisan-lukisannya yang dia kirimkan dan menawarkan untuk mengadakan pameran pribadinya. Dia senang banget, dan keluarga semua membantu mempersiapkannya.

Hari pameran tiba. Ruang galeri dipenuhi orang—teman, keluarga, seniman, dan penggemar seni. Setiap lukisan Lila menceritakan cerita: rumahnya, jendela yang terbuka, keluarga, Rafi, dan perjalanannya di Eropa. Di sudut galeri, ada lukisan terbesar—gambar keluarga mereka yang berkumpul di teras, dengan jendela kamar tidur yang terbuka ke langit penuh bintang.

Di tengah pameran, seorang pria muda mendekatinya. Dia mengenalnya—Doni, seniman yang dia temui di lokakarya Paris. "Kamu pulang! Lukisanmu semakin bagus," katanya dengan senyum.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!