NovelToon NovelToon
Tarian-tarian Wanita

Tarian-tarian Wanita

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Slice of Life
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Made Budiarsa

Pada akhirnya dia terlihat menari dalam hidup ini. dia juga seperti kupu-kupu yang terbang mengepakkan sayapnya yang indah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4.1

Rumah ini ada dua saling berhadapan dan hanya terbuat dari bambu. Rumah sederhana khas jaman dulu. Mungkin tidak ada rumah-rumah seperti ini sekarang. Di tengah-tengahnya ada halaman rumah. Ada rumput-rumput kecil tumbuh di sana. Ayah pasti tidak mencabutnya dan membiarkannya begitu saja.

Menunggu lama, sepertinya ayah tidak akan datang. Aku ingin pergi, tapi tiba-tiba aku melihat selendang tua di depan rumah. Selendang merah kecil yang sudah usam. Ketika kecil aku mengingat berusaha mengikatkannya. Ibu melihatnya.

“Putu kumala, seperti ini caranya.”

Ibu menggunakan kedua tangannya untuk membuat simpul kupu-kupu. Tangan ibu melakukannya dengan baik dan cekatan. Ibu sangat ahli melakukannya.

“Ibu, coba diulangi sekali lagi.”

“Perhatikan baik-baik.”

Ibu melakukannya dengan cepat.

“Sekali lagi, ibu, kumala hampir bisa melakukannya.”

“Sekali lagi kumala.”

Ibu mengulanginya.

“ibu, ibu sekali lagi.”

“Ratih kumala cantik, jangan bercanda.”

“Aku sekarang bisa melakukannya. Ini sangat mudah!”

Itu masa kecil yang indah tapi juga sedih. Aku sering melihat kekecewaan di mata ayah dan ibu. Itu karena aku, tapi aku tidak bisa melakukan sesuatu untuk itu.

Pernah suatu kali ketika aku harus pergi merantau bekerja. Saat itu aku berharap akan menjadi orang kuat dan membuktikan kemampuanku, bahwa aku bisa sekuat laki-laki yang mereka harapkan. Tapi ternyata aku lemah. Aku mengeluh. Tekanan kerja terlalu besar. Aku tidak bisa kembali pulang. Aku kadang-kadang menangis merindukan mereka dan ingin segera pulang. Bagiku tempat asing itu terasa sangat asing, bahkan udaranya pun tidak bisa aku kenali.

Aku bekerja selama satu tahun, lalu kembali pulang. Meski itu menyakitkan, aku tumbuh semakin dewasa. Rasanya sangat bahagia ketika pulang dan di sambut ayah dan ibu. Mereka tidak terlalu membenciku. Mereka juga membawa kabar gembira karena ibu mengandung lagi. Kegembiraan mereka terpancar sepanjang hari. Aku diperlakukan lebih baik dari sebelumnya, sangat baik.

Ketika ibu melahirkan dan bayinya anak laki-laki, ayah berseru, “kadek sudah lahir!”

Bayi itu tidak tampan, bahkan memiliki kulit hitam, tapi ayah dan ibu memperlakukannya dengan baik, sangat menyayanginya, melebihi apa yang aku dapatkan. Perlahan-lahan aku di lupakan setelah mendapatkan kasih sayang.

Aku sadar, aku seorang perempuan, akan sangat sulit mendapatkan laki-laki yang mau tinggal di rumah perempuan nantinya. Aku berusaha kuat menerimanya. Ayah dan ibu segalanya untuk anak laki-laki bungsunya. Aku merasa sedikit iri dengannya, tapi dengan itu juga aku merasa bebanku sedikit berkurang.

Tahun-tahun pun berlalu, aku akhirnya menikah dan mempunyai anak. Ayah dan ibu menjengukku ke rumah sakit. Mereka sangat senang ketika mengendong cucunnya meski itu perempuan.

“Dia memiliki kulit yang cerah!”

“Kumala, siapa namanya?”

Ibu bertanya dan aku memikirkannya, setelah beberapa saat aku menjawab, “Mungkin Diah.”

“Nama yang bagus.”

Pada saat itu, hanya ibu yang ada di sana. Ayah sedang pergi bersama anak laki-lakinya. Aku seperti tidak terlalu di pedulikan. Ayah hanya sebentar menggendongnya.

Hari-hari tidak selamanya baik. Pada suatu hari, aku dengar adik laki-lakiku sakit parah. Karena urusan pekerjaan, aku menunda berkunjung ke rumah. Tapi siapa sangka adiku, anak laki-laki kesayangan ayah dan ibu meninggalkan kami semua. Ayah mencaci maki dan ibu memarahiku. Dua tahun kemudian ibu meninggal, apa mungkin karena dia kehilangan anak laki-lakinya itu atau ibu memang sebelumnya sakit-sakitan.

********

Angin menerpa pipi sebelah kananku ketika keluar. Jalan Raya seperti biasa di penuhi kendaraan bermotor.

Hari itu akan panas jika bukan karena pohon-pohon besar tumbuh di sisi-sisi jalan. Kerindangannya membuat para pengendara senang dan menyukainya.

Aku lama berdiri di sana dan angin sekali lagi berembus menerbangkan rambutku. Aku lupa membawa tusuk rambut dari suamiku itu. Sehingga aku mengambil satu ranting lalu menggunakannya. Tidak lama kemudian taksi pun muncul dan aku menumpang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!