Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
POV Author
"Permisi tuan!" ucap dokter Camelia pada Georgio. Georgio yang saat ini duduk di sofa ruang tamu sesekali mengecek tablet yang dia bawah segera mengedarkan pandangan pada dokter Camelia.
"Ya dokter, ada yang bisa saya bantu?" tanya Georgio seraya menaruh tablet yang dia bawah di meja.
"Begini tuan, nona Asiyah sekarang sudah istirahat, apa saya boleh pamit?" tutur dokter Camelia dengan hati-hati. Gio mengangguk mengerti.
"Sebentar, saya tanyakan pada tuan Tom"
"Baik tuan" dokter Camelia duduk di sofa, sedangkan Gio melangkah menuju ruang kerja Tom.
"Permisi tuan" ucap Gio setelah membuka pintu pada Tom
"Ada apa?" tanya Tom tanpa mengalihkan pandangannya pada dokumen yang dia baca.
"Dokter Camelia izin pamit pulang?" jawab Gio.
"Hem, suru dia kemari dulu" balas Tom.
"Baik tuan" Gio segera berderap pergi memanggil dokter Camelia
"Bagaimana kondisi nya?" tanya Tom pada dokter Camelia, saat menemui Tom.
"Kondisi fisiknya saat ini sangat lemah tuan, sebaiknya dia harus istirahat dulu, tadi saya sudah memberikan obat padanya, dan luka memar pada tubuhnya sudah saya kasih salep" tutur dokter Camelia.
"apa ada luka yang parah?" tanya Tom merasa bersalah.
"Hanya memar saja" jawab dokter Camelia.
"Ya sudah, kau boleh pergi" ujar Tom.
"Terima kasih tuan, permisi" pamit dokter Camelia. Dokter Camelia berderap meninggalkan ruangan, kini hanya ada Tom sendiri di ruang kerjanya. Dia sempat merasa bersalah pada Asiyah. Tom memilih beranjak dari ruang kerja.
"Tuan" sapa Gio membungkuk hormat pada Tom.
"Ada apa?" tanya Tom tanpa menghentikan langkahnya.
"Nona Afriel,"
"Kenapa dengan Afriel?" seketika Tom menghentikan langkahnya.
"Dia membuat kekacauan di kantor tuan"
"Siapkan mobil kita ke kantor sekarang!" seru Tom.
"Baik tuan"
Sampai di kantor suasana nampak tegang, Afriel marah-marah dan mengamuk tak jelas pada semua pegawai. Mungkin karena efek dia yang masih mabuk.
"Ada apa ini?" suara tegas Tom mengalihkan pandangan semua mata tertuju padanya. Dengan seketika mereka mengangguk hormat.
"Cepat kembali ke tempat kalian!" seru tegas Tom, dengan segera mereka berderap kembali ke tempat masing-masing.
"Ayo ikut aku!" Tom menyeret Afriel pergi.
"Gio bereskan semua" pinta Tom yang langsung di angguki oleh Gio.
"Lepas Tom!" berang Afriel pada Tom.
"Masuk Afriel!" Tom memaksa Afriel masuk ke dalam mobil nya, selesai menutup pintu mobil Tom beranjak masuk ke dalam dan melajukan mobilnya.
"Apa mau mu Tom"
"Sudah cukup!!" cicit Tom menghentikan mobil di res area.
"Sampai kapan kau akan begini?" lirih l menatap Afriel yang ada di sebelahnya.
"Kau bisa merusak kariermu Afriel?"
"Apa peduli mu?" lirih Afriel.
"Bukankah kau dan Aslan sama saja" lanjut Afriel menatap Tom.
"Tidak, kami berbeda" elak Tom.
"CK" cedak Afriel.
"Aslan sudah bahagia bersama istrinya, apa kau mau terpuruk terus"
"Puas kau melihatku begini? dengar, sampai kapan pun aku tidak akan pernah mencintai mu"
Tom mengepalkan tangannya pada setir mobil.
"Aku juga tidak pernah berharap agar kau mencintai ku, tapi setidaknya berpikirlah dengan waras" geram Tom. Tom kembali menjalankan mobilnya, di sepanjang jalan baik dirinya ataupun Afriel tidak ada yang bersuara sampai di apartemen Afriel Tom menghentikan mobil nya.
"Kau tenang saja, mulai saat ini aku tidak akan pernah ikut campur lagi dengan urusan mu" tekan Tom. Afriel membuka pintu mobil dia keluar dengan perasaan yang entahlah. Tim melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
***
Asiyah membuka mata perlahan, dia melirik mencari keberadaan dokter Camelia tapi tidak ada. Asiyah mencari cadarnya dia ingin pergi dari kamar ini dan kembali ke kamar nya. Sayangnya cadarnya tidak ada di kamar ini.
"Aku tidak memakai niqab saat ini, dan disini juga tidak ada niqab ku, lalu aku harus menutup wajahku menggunakan apa, kerudung yang ku pakai saat ini tidak cukup besar" lirih Asiyah.
"Tapi aku harus keluar dari kamar ini" lanjut Asiyah. Dia dengan langkah gontai mencoba bangun dan melangkah pergi dari kamar ini. Beruntung di dalam mension ini tidak ada seorang pun yang di perkenankan masuk oleh Tom.
"Alhamdulillah,," ucap syukur Asiyah ketika sampai di kamar nya.
PYAAR...
Asiyah terperanjat mendengar bunyi benda jatuh. Tangannya mulai gemetar, dia takut jika Tom kembali mengamuk dan akan menghukumnya kembali, mengingat hari ini dia belum menyelesaikan pekerjaannya.
"Astagfirullah hal Adzim" Asiyah segera mengambil niqab dan berganti dengan hijab yang lebih lebar. Jujur saja Asiyah begitu takut.
"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?"
PYAAR..
Lagi bunyi benda jatuh, membuat Asiyah semakin takut, dia menyangkal jika kemarahan Tom gara-gara dia. Asiyah menghela nafas berat, dia membuka pintu kamarnya melangkah pergi menghampiri Tom.
"Astagfirullah hal Adzim" lirih Asiyah melihat begitu banyak pecahan beling sepertinya Tom membanting botol, terlihat Tom yang duduk di mini bar seraya menuang wiski ke dalam gelas. Asiyah memilih mengambil sapu dan membersikan pecahan beling yang berserakan di lantai dengan hati-hati sekali karena dia takut Tom akan terganggu.
"Apa yang kau lakukan?" sarkas Tom. Asiyah terperanjat, dia lebih memilih diam dan terus melakukan pekerjaannya.
"Apa kau tuli?" berang Tom. Asiyah terperanjat lagi.
"Melakukan tugasku" cicit Asiyah.
"Oh, apa kau pikir dengan begitu kau akan segera mati"
"Aku tak akan membiarkan itu" Tom menghampiri Asiyah dan menatap tajam.
"Ayo ikut dengan ku!" Tom menyeret tangan Asiyah dengan langkah gontai.
"Tu-an.." lirih Asiyah. Tom menghentikan langkahnya lalu menatap Asiyah.
"Maafkan saya, ku mohon jangan-"
BRUG..
Asiyah melotot ketika tubuh Tom luruh di dekapannya.
"Tuan.." lirih Asiyah memegang tubuh Tom.
"Ya Allah bagaimana ini?" guman Asiyah merasa bingung. Beruntung tak lama ada Gio masuk ke dalam dengan dua body guard menghampiri mereka.
"Tuan tolong!"
"Angkat tuan Tom!" seru Gio pada kedua anak buahnya
"Baik tuan" dengan segera mereka membopong tubuh Tom masuk kamar.
"Siapkan air dingin untuk mengompres tuan!" seru Gio pada Asiyah.
"Baik tuan"
Di dalam kamar Tom, Asiyah dengan tangan gemetar mencoba mengompres Tom dengan air dingin. Asiyah mencoba menetralkan perasaan nya, jujur saja dia baru pertama kali sedekat ini dengan lelaki membuat dirinya gugup dan berdebar.
"Kenapa tidak memanggil dokter?" tanya Asiyah pada Gio saat masuk ke dalam.
"Tuan hanya butuh kompres air dingin, agar bisa menetralkan tubuhnya kembali" Balas Gio.
"Saya akan menunggu di depan, jika ada apa-apa tolong panggil saya"lanjut Gio.
"Tapi tuan" sela Asiyah hendak menolak.
"Hanya kamu yang bisa menjaga tuan muda"
"Kau bisa istirahat di sana" kata Gio seraya menunjuk pada sofa panjang milik Tom.