Deva adalah seorang anak yang selalu mendapat perlakuan tidak adil dari kedua orang tuanya. Dia sering dibedakan dibandingkan dengan adik-adiknya. Suatu hari, Deva dijebak oleh teman-temannya di sebuah diskotek dan diberi minuman keras tanpa sepengetahuannya. Akibatnya, Deva menjadi korban pemerkosaan oleh seorang pria yang tidak dikenal, yang ternyata merupakan seorang psikopat kejam. Kejadian itu mengubah hidup Deva secara drastis.
Baskara, pria yang telah melakukan tindakan keji terhadap Deva, seringkali menunjukkan perilaku psikopat karena kesepian dan kurangnya kasih sayang dari kedua orang tuanya. Rasa frustrasi yang dialami Baskara membuatnya melampiaskan kemarahan kepada orang-orang di sekitarnya. Meskipun alasan tersebut tidak dapat membenarkan perbuatan keji Baskara, namun hal tersebut menjadi cara baginya untuk meredakan emosi dan melupakan kesepiannya.
Apakah Baskara akan berubah setelah kejadian tersebut? Yuk simak terus ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aprilia Agista07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
Aku sudah siap jika Baskara masuk dan dia berani menghabisiku di depan warga, karena aku menganggap Baskara adalah laki laki psikopat yang sangat gil-a dan bisa melakukan apa saja.
Brakk
Aku mendengar pintu terbuka dan aku masih bersembunyi di balik selimut.
"Deva! Sebenarnya aku sudah lama mengetahui kamu ada di sini, tapi aku baru memiliki nyali untuk mencarimu" ucap Baskara ketika berhasil membuka pintu.
"Buka selimutmu!" Titah Baskara sambil mendekat ke arahku, aku sama sekali tidak menuruti perintahnya, hanya rasa takut yang sekarang sedang aku rasakan.
"Deva buka! Atau pisau lipatku yang akan menembus lehermu sekarang juga,. Aku tidak takut jika harus meng-hab-isi mu disini di depan banyak warga!" Jantungku terasa berhenti berdetak ketika mendengar ancaman dari Baskara, Baskara mengancamku dengan suara yang sangat kecil dan aku jamin hanya aku yang mendengarnya.
Aku masih tidak mengikuti perintah Baskara, sekarang aku memiliki dua pemikiran, Baskara benar benar berani melakukan hal keji padaku di depan warga, atau semua itu hanya gertakan semata.
"Arrghh!" Aku sedikit memekik ketika aku merasakan lenganku sangat perih, aku juga merasakan seperti ada cairan yang kekuar daei tangan ku.
"Aku tidak hanya menggertak, luka itu akan pindah ke leher mu jika dalam hitungan 3 kamu tidak membuka selimut mu, 1.... 2....!"
"Iya!" Karena aku semakin yakin bahwa Baskara tidak main main, aku memutuskan untuk membuka selimutku, dan akhirnya aku bisa melihat dengan jelas orang yang selama ini aku hindari dan aku takuti, bahkan luka kecil di lenganku sangat tidak berasa karena aku sedang merasakan ketakutan yang sangan mendalam.
Baskara langsung membuka seluruh selimut yang menutupi tubuhku, seketika perut buncitku langsung terlihat olehnya, sedang kan warga masih menyimak Dan memantauku dari jauh, sepertinya ancaman Baskara kepada warga sangatlah ampuh.
"Kamu beneran hamil?" Baskara memberikan pertanyaan b0d-0h.
Bukannya menjawab, justru aku malah menangis sesegukan karena aku merasa hidupku tidak akan lama lagi, selama aku tinggal disini, aku mendengar ada belasan kasus pemb-un-uhan yang belum terpecahkan dengan ciri ciri korban kulit wajahnya terkelup4s, seperti sengaja di pisahkan oleh sang pemb-un-uh, dan aku yakin itu semua kerjaan Baskara bersama teman temannya.
"Ikut aku sekarang!" Jelas aku langsung menggelengkan kepala tidak mau ikut, dia membawaku dari sini dan aku yakin aku akan di hab-is-inya di tengah jalan.
"Tolong! Aku tidak mau ikut, tolong saya!" Ingin rasanya aku berbicara seperti ini secara langsung kepada warga, namun aku takut jika tenggorokanku diputus kan seketika oleh Baskara.
"Cepat! Aku tidak ingin menunggumu lebih lama lagi!" Karena desakan dari Baskara aku berdiri dan mengemasi pakaian ku yang tidak terlalu banyak, saking takutnya, aku berdiri pun dengan lutut yang cukup bergetar.
"Mbak Deva! Mbak yakin mau pergi ninggalin kita? Aku rasa suami mbak bukan laki laki yang baik." Ujar salah satu Warga yang tidak tega melihatku, mendengar ucapan warga, Baskara pun berdiri dan membantuku untuk mengemasi baju.
"Tidak, sebenarnya saya tidak mau ikut dengan suami saya, tapi saya tidak punya pilihan." Jawabku sambil menangis, sedangkan Baskara tidak terganggu sama sekali dengan ucapanku, dia terus memasukan baju bajuku ke dalam tas.
"Mas! Sudahlah biarkan anak dan istrinya hidup tenang di sini. Mbak Deva sangat bahagia tinggak disini, jika memang mas mau bertanggung jawab cukup kirimkan saja uang untuknya, agar Mbak Deva tidak usah capek-capek lagi kerja di konveksi!" Mendengar ucapan dari warga, Baskara langsung terdiam dan menatapku.
"Kurang 4j4r kamu bekerja di sebuah konvensi dalam keadaan sedang mengandung anak ku?" Tanya Baskara sambil melotot, terlihat jelas bahwa Baskara sangat marah.
"Makannya mas, sudah biarkan saja mbak Deva tinggal dulu disini, cukup tanggung jawab saja!" Baskara masih dibujuk oleh beberapa ibu ibu yang terlihat iba padaku.
Sedangkan aku hanya terdiam dengan wajah memelas berharap Baskara berubah pikiran.
"Deva! Aku tidak akan berubah pikiran, jika kamu bersikeras ingin tetap tinggal disini, maka aku akan membuat onar di desa ini dengan mengh-abisi satu persatu orang-orang yang ada disini!"
Dengan terpaksa aku pun mengikuti perintah Baskara untuk pergi dengan nya, aku tidak mau ada warga di sini yang terkena teror pemb-unu-han Baskara gara gara aku, aku tahu ancaman dia tidaklah main main.
"Bu, pak, makasih ya udah baik selama ini pada saya, mau bagaimanapun sebentar lagi saya akan melahirkan dan butuh ditemani oleh suami saya, maka dari itu saya memutuskan untuk ikut dengan suami saja." Aku berpamitan kepada warga, sangat sedih rasanya mengingat mereka semua telah sangat baik padaku.
"iya mbak, hati hati ya kalau misalkan memang suami Kamu kasar lagi, mending balik lagi kesini saja." Aku pun memeluk satu persatu ibu ibu yang ada di sana, lalu setelah itu aku pun pergi dari sana.
Selama 2 jam perjalanan tidak ada satupun diantara kami yang membuka percakapan, kami berdua larut dalam pikiran masing masing.
"Sudah berapa bulan? Itu anak ku kan?" Tanya Baskara, dia bertanya seperti itu dengan nada suara dingin dan menatap lurus ke arah jalan.
"Bukan urusan mu, aku ingin benar-benar bertanya padamu dari mana kamu tahu tempat aku tinggal?" Tanyaku.
"Bukan urusan mu juga." Jawabnya menyebalkan.
"Motorku bagai mana disana?" Tanya ku lagi, aku memikirkan motorku karena itu adalah aset satu satunya milikku.
"Aku akan menyuruh orang untuk mengambil motor mu itu, tenang saja lagian itu motor butut!" Dengan sembarangan nya Baskara menghina motorku, padahal membeli motor itu sangat butuh banyak perjuangan.
Setelah memakan waktu 3 setengah jam, kami melipir terlebih dahulu di sebuah restoran yang sangat mewah, dia tidak bertanya padaku apakah aku lapar atau tidak, dia langsung main berhenti saja.
"Cepat pesan! Kamu belum makan kan dari tadi pagi!" Ucap Baskara menyuruhku untuk memesan makanan.
"Tidak, aku tidak lapar!" Aku menolak nya karena aku memang tidak lapar, pikiranku bercabang bagaimana jika nanti aku sampai Semarang, apakah aku akan tetap dibiarkan hidup atau dih-abi,,-si olehnya.
Tanpa bertanya lagi Baskara memesan dua porsi nasi goreng seafood dan minumannya, setelah memesan dia pun menatap mataku dengan lekat.
"Deva, anak yang ada du dalam perutmu itu adalah anak ku kan? Jawab Deva!" Sekarang aku semakin ketakutan karena Baskara bertanya sambil menatap mataku dengan penuh ancaman, kalau tadi dia bertanya padaku sambil mengendarai mobil, tapi sekarang dia langsung menatapku.
"Bukan, ini anak pacarku, lagian kamu niat banget sampai mencari aku ke Depok!" Jawabku asal, jujur saja aku baru pacaran satu kali seumur hidupku, itupun hanya satu minggu dan waktu aku SMA.
"Jangan bohong kamu, jika dilihat dari ukuran perutmu, aku yakin itu adalah anakku." Baskara terus memaksa agar menyuruhku mengaku.
Namun aku tetap diam membisu, aku masih takut jika aku mengaku pada Baskara bisa bisa aku dih-abi-si olehnya.
" Kamu mau membawaku kemana? Aku tidak ingin dimasukkan kembali ke kos kosan laknat itu, jika kamu membawaku ke sana lebih baik aku m-ati saja!" Sekarang ancaman pada Baskara, aku sangat tidak ingin kembali ke kos kosan jah-anam itu.
Aku cukup sangat trauma mendengar suara rintihan suara menangis dan suara sura para perempuan yang meminta tolong padaku, bahkan aku masih ingat wajah korban Baskara yang sudah dik-ul-iti oleh nya.
"Banyak permintaan,kamu harus nurut apa kata ku, seharusnya kamu itu sudah m-ati karena kamu tidK mendengarkan ucapanku untuk tidak pergi dari kos kosan itu!" Timpal Baskara.
"Aku tidak main main ya dengan ucapanku, aku akan mengh-abi-si diriku sendiri jika kamu pergi Membawaku ke sana, aku. Berhak atas hidupku, hidupku terserah aku;" aku berusaha untuk lebih keras dari Baskara, memangnya dia pikir dia siapa bisa mengatur hidupku.
"Ini silahkan pesanannya." Saat kami berdebat untungnya ada pelayan datang mengantarkan makanan, aku langsung membuang muka ketika melihat makanan tersebut.
"Makan!" Titah Baskara.
Aku diam tidak bergeming, bahkan aku tidak menatap wajah Baskara.
"Aw sakit!" Tiba-tiba saja dagu aku diraih oleh Baskara dan dia memaksa aku untuk membuka mulut, dengan refleks aku pun mengeluarkan air mata karena rahang ku benar benar sakit.
"Apa susahnya makan! Kamu itu harus ingat bahwa ada anak yang harus kamu beri makan di dalam perutmu, makan sekarang atau aku tidak akan segan-segan untuk mer-0bek mulutmu dan memasukan semua nasi goreng ini" ujarnya sambil melotot , bahkan menurutku matanya seperti hampir keluar.
Dengan terpaksanya aku pun memakan nasi goreng ini, aku makan sambil menangis karena aku merasa baru dipertemukan lagi dengan Baskara dan aku sudah sangat tersiksa.
"Ayo kita jalan lagi!" Sedikit demi sedikit akhirnya makananku habis dalam waktu 1 setengah jam, Baskara dengan sabat menungguku makan, dan akhirnya kami pun pergi dari restoran tersebut.
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam aku sangat hafal dia akan membawaku kemana, aku sudah sangat yakin bahwa dia akh membawa ku ke kos kosan jah-anam itu, dengan sigap aku mengamb pis-au lipat yang terletak di dasbor mobil.
"Bas, bukan kamu saja yang tidak main main dengan ancamanmu, aku benar-benar akan mem-0t0ng urat nadiku Jika kamu membawaku ke kos kosan itu, aku tidak main main!" Ucapku sambil aku mengarahkan pis-4u itu ke arah urat nadi ku.
Baskara terlihat sama sekali tidak panik, dia hanya memejamkan matanya dan memutar balik mobil yang ja kendarai.
"Baiklah!" Jawabnya.
Setelah itu aku dibawa ke sebuH hotel bintang 5 yang ada di kota semarang, aku masih bertanya tanya untuk apa aku dibawa kesini? Dulu setiap aku lewat ke hotel ini aku selalu berdoa dalam hati kapan aku bisa tidur disini? Setahuku biaya paling murah untuk menginap di hotel ini sekitaran 2,5 juta.
semangat nulisnya
yakinkan deva bas kalau kamu bisa berubah jadi orng yg lebih baik
jangan sampai sikap mu membuatmu jauh dari deva
di tunggu kelanjutannya thor😊
makasih up nya 🤗
semangat thor ditunggu up.nya