Generasi Awal Klan Pratomo
Kita ke tahun 1900an
Pertemuan GKRM Haryo Pratomo dengan gadis Belanda bernama Carlotta von Hoover sangatlah diluar Nurul. Pasangan beda bangsa dengan kondisi Indonesia masih dijajah Belanda, membuat hubungan keduanya ditentang pihak kerajaan Yogyakarta.
Namun Haryo sangatlah keras kepala. Dia tetap memilih Carlotta sebagai pasangannya. Keduanya diuji saat Haryo diharuskan menikahi seorang gadis ningrat Jawa.
Bagaimana sikap Haryo?
Ini adalah generasi awal klan Pratomo
Jika ada salah sejarah, mohon dimaafkan karena cerita ini fiktif belaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Carlotta Bikin Pusing
Surtini memegang pelipisnya dan rasanya dirinya ingin mencubit pipi gadis Belanda itu saking gemasnya. Sementara yang ingin dia cubit, menatap dengan mata hijau polosnya.
"Lotta, dengar sayang, aku tidak akan melarang kamu pergi dengan dik Haryo ke Den Haag berdua dan bersama tapiiiii... Mbok ya eling ( ingat )! Kalian bukan pasangan suami istri sah ! Aku tidak setuju adikku kumpul kebo meskipun kamu bukan kebo !" omel Surtini membuat Carlotta cekikikan.
"Mbak Tini, aku masih ingat norma kok jadi don't worry..." senyum Carlotta. "Itu kan salah satu doa aku juga supaya bisa berjodoh dengan Mas Haryo..."
"Kamu serius suka adikku?" tanya Surtini sekali lagi guna meyakinkan hatinya.
"Serius mbak..."
Surtini menghela nafas panjang. "Kita memang baru bertemu hari ini tapi aku berharap kita bisa sering bertemu supaya aku juga bisa lebih saling mengenal."
"Bagaimana jika seminggu dua kali, aku kemari mbak... Sambil belajar buat sambal dan masakan kesukaan mas Haryo?" tawar Carlotta.
"Asalkan kedua orang tua kamu mengijinkan, aku tidak masalah..." jawab Surtini sambil tersenyum.
***
Adzan Asar berkumandang di langgar dekat rumah dan Haryo pun beribadah secara jamaah bersama Wicaksono dan Surtini, sementara Carlotta asyik bermain bersama Atmaja. Bahkan gadis itu mengajari batita imut itu beberapa kata dalam bahasa Belanda.
"Atan, je bent een slimme jongen ( kamu anak yang sangat pintar )" puji Carlotta sambil bertepuk tangan jika Atmaja bisa mengucapkan kata-kata sederhana yang dia ajarkan. "Kom op, laten we nog een woord leren ( ayo, kita belajar kata lainnya )."
Surtini yang melihat bagaimana Carlotta telaten mengasuh Atmaja, tersenyum dalam hatinya karena dia bisa melihat bagaimana tulusnya gadis Belanda itu. Tidak ada kepura-puraan, yang ada adalah sikap apa adanya. Meskipun Surtini memeluk agama Islam, tapi sebagai keluarga keraton, tetap ajaran kejawen dia terapkan namun jika berhubungan dengan kesyirikan, dia tetap menolaknya.
"Wat studeer je ( belajar apa )?" tanya Surtini sambil menghampiri Carlotta dan Atmaja yang bermain di atas tikar.
"Aku mengajari panggilan orang tua ke Atan .. Tidak apa-apa kan mbak?" Carlotta menatap Surtini sambil tersenyum.
"Tidak apa. Malah bagus Atan bisa belajar empat bahasa sekaligus, Jawa, Indonesia, Inggris dan Belanda supaya mudeng apa orang ngomong..." jawab Surtini sambil memangku Atmaja.
"Poliglot" ucap Haryo.
"Opo dik?" tanya Surtini.
"Poliglot... Orang yang bisa banyak bahasa. Macam kita ini mbak. Lha wong bahasa Jawa saja ada tingkatannya, Ngoko, kromo, kromo inggil... Itu pun masih dibagi lagi kan?" senyum Haryo.
"Paling gampang ya bahasa Indonesia dan asing, tidak ada tingkatannya..." timpal Wicaksono yang ikut bergabung.
"Tapi sepertinya ada bahasa yang mirip bahasa Jawa dengan tingkatan kamu bicara dengan siapa ..." gumam Carlotta.
"Mungkin bahasa di Asia masih seperti itu karena ada unggah ungguh nya, Carlotta ..." senyum Haryo. "Bukankah Perancis juga sama, ada buat gender feminin dan maskulin? Jerman juga ?"
"Ah iyaaa... Tapi kan bukan tingkatan usia atau sopan santun... " ujar Carlotta. "Tampaknya kalau kita berdua jadi ke Den Haag, harus keliling Eropa supaya kita bisa belajar banyak bahasa..."
"Kalian berdua tidak boleh kumpul kebo !" tegur Surtini galak.
"Lho yang mau kumpul kebo siapa mbak?" balas Haryo polos. "Wong ini aku juga penjajakan. Orang tuanya Carlotta welcome, mbak Tini dan mas Wicak welcome ...Tinggal aku dan Carlotta mantapkan hati tho... Edyan opo aku lungo Karo Carlotta tanpa ada ikatan resmi ! Iso tinggal nama aku Karo Kowe mbak !"
Carlotta menatap bingung. "Kok bisa tinggal nama?"
"Mbakyuku Kuwi jago bela diri lho. Dia ikut belajar pencak silat dari salah seorang guru yang mengajar di Batavia. Mbakyuku sampai menyamar jadi pria demi bisa belajar... Tahu sendiri kan cah wedhok kok malah tarung, ora patut ( tidak pantas )... Kalau aku kurang ajar sama kamu, habis aku dihajarnya .. " kekeh Haryo mengingat dulu kakaknya sampai mengikat dadanya dengan stagen biar tidak ketahuan kalau dia perempuan demi belajar bela diri.
"Owalaahhh. Mbak Tini, kapan aku ajari anggar ya. Aku belajar sejak usia 17 tahun. Di eropa memang sedang marak bermain anggar..." ucap Carlotta. "Soalnya aku tidak ada teman tanding. Teman-teman wanita aku terlalu genit untuk bermain anggar."
Mata Surtini tampak berbinar-binar. "Aku gelem ( mau )! Penasaran !"
Wicaksono hanya memegang pelipisnya. "Wis Wis Wis ... "
***
Note
Sekilas tentang tingkatan dalam bahasa Jawa
Krama (aksara Jawa: ꦏꦿꦩ, pengucapan bahasa Jawa: [krɔmɔ]; juga disebut sebagai subasita dan parikrama) adalah salah satu tingkatan bahasa dalam bahasa Jawa. Bahasa ini menggunakan kata krama. Contoh awalan krama adalah dipun-, sedangkan akhiran krama adalah -(n)ipun dan -(k)aken. Pemakaiannya digunakan untuk berbicara dengan orang yang dihormati, orang yang lebih tua, dan orang yang belum akrab.
Untuk penggunaan zaman sekarang, krama dibagi menjadi dua: krama lugu dan krama alus. Dahulu, krama dibagi menjadi tiga: wredha krama, kramantara, dan mudha krama. Krama adalah bahasa tingkat lanjut dalam bahasa Jawa. Dahulu, di bawah tingkat krama ada madya, sedangkan ngoko ada di tingkat paling bawah. Kini, di bawah krama langsung ngoko.
Sumber Sejarah bahasa Jawa
***
Haryo dan Carlotta pun berpamitan untuk kembali ke Jogja agar tidak terlalu sore tiba disana. Surtini mengembalikan kotak makanan itu dengan mengisinya bakwan goreng buatan dirinya dan Carlotta tadi di dapur plus pisang goreng.
Carlotta merasa takjub melihat pisang raja dan kepok nya gendut-gendut serta manis saat tadi dia cicipi setelah matang. Carlotta tidak menyangka jika itu dari kebun di belakang rumah. Carlotta semakin suka dengan rumah Surtini dan Wicaksono yang tampak asri dan menyenangkan karena semua ada tinggal petik.
"Bagaimana kesan kamu ke mbakyuku?" tanya Haryo ke Carlotta yang tampak berbinar dengan tambahan oleh-oleh pisang dan pepaya hasil kebun di belakang mobil.
"Mbakyumu galak tapi memang wajar sebagai seorang kakak perempuan karena aku juga... Dulu kakak perempuan. Mbakyumu baik kok mas Haryo..." jawab Carlotta dengan pipi memerah.
"Tunggu... Kamu serius mau belajar buat sambal sama mbak Tini?" Haryo menatap bingung ke Carlotta.
"Lho serius ini. Aku bahkan sudah berencana meminta bibit berbagai macam cabe kalau kita ke Den Haag. Kan lumayan tidak bingung kalau mau bikin sambal... Tapi ... Satu yang bikin aku bingung..."
"Apa itu?"
"Kalau aku bawa terasi banyak-banyak, apa tidak bau ya kapal?" gumam Carlotta sambil berpikir.
Haryo hanya melongo mendengar ucapan gadis cantik yang meskipun casing bule tapi sangat doyan sambal. "Aku bingung mau komentar apa, Carlotta sayang... Aku pusing ..."
Carlotta cekikikan melihat wajah manyun Haryo.
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
🌹☕ ❤