Kalista langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Julio, kakak dari sahabatnya yang merupakan seorang CEO muda. Selain memiliki ketampanan dan kerupawanan, Julio juga memiliki karakter yang sangat baik, penyayang dan tidak suka memandang rendah seseorang. Kalista jatuh hati padanya, terutama pada ketampanannya, maka bagaimanapun jalan yang harus ditempuh, Kalista akan mengejar Julio.
Ketampanan dia tidak boleh disia-siakan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candradimuka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Kalista makin cemberut yang membuat dirinya malah makin diledek. Mereka berbasa-basi panjang dan banyak bertanya soal dirinya, sebelum kemudian Julio mengajaknya buat pergi mengambil kue sisa potongan ulang tahun yang mereka leeatkan.
"Emang aku tuh sebocah itu yah, Kak?" omel Kalista sambil tangannya sibuk menyendok kue ulang tahun. "Perasaan aku tuh termasuk yang paling tinggi di sekolah dulu. Terus, aku juga enggak punya muka babyface banget. Kok malah ngira aku anak SMP?"
Julio cuma menahan tawanya dan melihat Kalista menggembungkan pipi terus-menerus.
Ya, itulah alasan dia dikira anak SMP sebab meski dia tinggi dan tidak babyface, aura di sekitarnya kelihatan jelas masih bocah. Perempuan dewasa jelas tidak menggembungkan pipi di keramaian pesta.
Mungkin itulah alasan kenapa Rahadyan overprotektif pada anaknya.
"Yaudah, kalo kamu bukan bocah, kamu mau aku ambilin susu cokelat?"
"Ih, Kak Julio mah!" Kalista merengek. Tapi kemudian senyum. "Boleh, susu cokelat."
Julio menggeleng-gelengkan tak habis pikir. Beranjak pergi mengambilkan Kalista susu cokelat yang katanya sisa untuk tamu anak-anak tadi.
Saat Kalista sendirian, seseorang tiba-tiba mendekatinya, secara sengaja menumpahkan minuman ke pakaian gadis itu.
Jelas, Kalista tercengang.
"Ups." Perempuan itu tersenyum. "Enggak sengaja, sori."
Wajah Kalista mendadak pucat. Dari semua tempat, kenapa ia malah bertemu Astrid di sini? Buat apa dia datang ke acara ulang tahun adik temannya Julio?!
"Lo ngapain di sini?" tanya Kalista pelan, tak memedulikan sejenak masalah bajunya.
"Ngapain?" Astrid mengangkat bahu. "Ya karena ini ulang tahun sepupu gue."
"Apa?!"
"Relax. Jangan ngeliat gue kayak gue sengaja ngintilin lo cuma buat numpahin minuman. Gue bukan psikopat yang jadi anak magang buat godain bosnya."
Kalista seketika melotot. "Lo jelas sengaja numpahin minuman ke gue barusan."
"Udah gue bilang, enggak sengaja," balas Astrid tanpa menyembunyikan kesan bahwa dia sangat sengaja. "Lagian, harusnya lo maafin gue dong? Anggep aja gue bales dendam dikit karena somehow, mendadak Sergio nyonggung batalin pertunangan kita LAGI dan ternyata pas banget sama waktu lo magang di kantor Julio."
Kalista menggeram tapi berusaha keras untuk tidak mengacaukan acara orang. Huft, sabar. Nanti Julio bisa ilfil kalau Kalista mengamuk.
"Urusan Sergio mau putus tuh karena dia gedek sama cewek macem lo," desis Kalista jengkel. "Mending lo sadar diri deh lo maksa-maksa cowok buat nikan sama lo."
Astrid memiringkan wajah. "Says who, huh? Cewek yang kegatelan sama Julio sampe-sampe enggak sadar kalo dia bikin risih."
"Lo tuh—"
"Bakat nyokap tuh emang nurun ke anak, yah? Kebiasaan, terutama." Astrid menyambar gelas di sampingnya, menyiram Kalista dari atas kepalanya.
Tentu saja Kalista melongo kagok.
"Gue tau nyokap lo gundik yang mati karena penyakit kela-min saking seringnya gonta-ganti cowok, tapi denger yah, Murahan, mending lo jauh-jauh dari cowok orang kalo lo enggak mau ngulang masa lalu. Atau lo emang punya cita-cita nerusin hidup nyokap lo??"
Julio yang baru saja kembali terkejut melihat kondisi Kalista. Pria itu langsung mendekat, menyambar lengan Astrid.
"What the hell are you doing?"
Astrid menarik lengannya santai. "Cuma ngasih tau cewek kegatelan biar enggak ngerebut tunangan orang."
*
"Kalista, kamu enggak pa-pa?"
Kalista mengangkat bahu santai. "Udah biasa," ucapnya tak peduli, sambil menyeka tetesan air dari wajahnya. "Kak Julio liat kan itu Medusa gimana? Enggak heran Sergio pengen mutusin dia."
Mulut Julio terbuka dan terkatup berulang kali. Bukan itu yang ia tanyakan. Ia bertanya tentang perasaan Kalista.
Tapi reaksi Kalista membuat Julio tak sanggup bertanya.
"Maaf." Julio buru-buru melepaskan tuksedo-nya, memasangkan itu ke tubuh Kalista. "Aku enggak nyangka kamu sama Astrid sampe segitunya."
Walau Sergio sudah bilang, Julio pikir mereka cuma saling ejek. Lagipula Astrid yang Julio kenal seharusnya bukan perempuan yang menyiram seseorang dengan jus, di ulang tahun sepupunya sendiri.
"Ikut aku." Julio merasa sangat bersalah tidak lebih protektif. Ia sedikit mengendurkan pengawasan karena Kalista terlihat seperti macam yang kalau diganggu akan menggigit.
Tapi itu tidak penting sekarang. Julio membawa Kalista ke lantai atas, minta izin untuk membawanya ke toilet restoran. Rambut dia terlihat lepek dan mengganggu jadi Julio rasa dia pasti tidak nyaman.
"Bersihin dulu yang lengket. Baju kamu juga."
"Kak Julio overreacting, deh." Kalista tertawa sambil membersihkan wajah dan rambutnya. "Biasa aja, serius. Masih lebih mending daripada dia teriak-teriak bilang aku ngerebut Sergio jadi sebenernya ini masih untung."
Julio tercengang. "Kalista, kamu kenapa diem aja?"
"Apanya?"
"Ya kamu kenapa mau disirem gitu aja?"
"Terus aku harus ngapain? Nyirem balik?"
Julio semakin tercengang. "Maksud aku, sekali itu kamu enggak bisa ngindarin tapi numpahin di kepala kamu depan kamu—kamu kenapa diem aja?"
Serius kenapa dia seperti menunggu saja dia disiram? Gelas itu tidak seberat beton yang jika dia tepis maka tangannya bisa patah. Namun pertanyaan Julio, kenapa dia diam saja? Bukan soal menyiram balik tapi kenapa tidak dia tepis?
Kenapa?
"I don't know what do you mean, Kak." Kalista malah mengerjap bingung.
"Aku yang harusnya bilang, Kalista. What do you mean you don't know?"
Kalista sempat terdiam. Lama gadis itu terdiam sambil terus membasuh wajah dan rambutnya pelan-pelan, lalu tiba-tiba Kalista menoleh.
"Aku mesti bales apa?" tanyanya seolah dia benar-benar tak tahu.
"Kamu—"
"Aku emang anak gundik, Kak."
Julio dibuat membisu seketika.
"Mama meninggal karena penyakit, emang. Karena dia keseringan ngela-cur sama orang lain. Dan faktanya," Kalista menelan ludah, "aku emang ngerebut tunangan dia jadi ... aku mesti bales apa?"
Mulut Julio terbuka samar saking tercengangnya. "So you think ... you think you deserve this? Kamu pantes disirem di depan umum, dibilang anak gundik dan blablabla yang dia omongin?"
"Aku juga nyebut dia cewek yang maksa-maksa cowok buat nikah jadi impas, kan?"
Julio menggeleng. "Anak gundik sama cewek obsesif itu berat julukannya beda."
Kalista mendadak mundur dibuatnya. Bagi Kalista, sebutan anak gundik itu biasa saja. Di telinganya itu seperti julukan 'dasar anak berambut panjang' dan sejenisnya. Sesuatu yang memang fakta dan biasa-biasa saja.
Tapi saat Julio bereaksi seperti ini, Kalista mendadak ingat bahwa memang ada cukup banyak orang yang anti terhadap hal itu. Dan Kalista selama ini menjauhi mereka yang risih terhadap julukan anak gundik.
Kalista sangat memahami perasaan mereka. Kalian tidak mau dekat-dekat dengan anak dari wanita selingkuhan banyak suami orang, kan?
"Sori, Kak." Kalista benar-benar merasa bersalah kalau dia merasa Kalista aneh dan menjijikan. "Sori, gue enggak maksud—"
Ketika Kalista mundur seolah-olah dia ketakutan, Julio tersadar bahwa anak ini merasa terancam.
Julio kembali mengingat akan perkataan Sergio tentang 'Kalista adalah korban bullying yang terlihat seperti pelaku'.
Sebelum Kalista mundur semakin jauh ketakutan, Julio menarik gadis itu ke pelukannya, mendekap dia erat-erat.
"Aku marah," bisik Julio padanya. "Aku marah ngeliat kamu justru enggak terganggu sama omongan kayak gitu. Aku bukan marah sama kamu, apalagi nyalahin kamu."
Dia seharusnya tidak diam. Bukan Julio berharap dia balas berteriak dan menjambak rambut Astrid seperti monyet liar, namun dia seharusnya tidak menerima panggilan 'anak gundik' itu terus-menerus.
Dia tidak seharusnya merasa pantas.
*
aaaahhhh sedihnya akuu
knpa harus yg terakhir ini😥😥😪😪
gmna nanti klanjutannya
ganas juga julio kalau dikasurrrr ya
biar uppp😊😃😁😂
plissssss up lagiiii
gmna reaksi sergiooooo😭😭😭😢