Ronald dan Marcel adalah orang kepercayaan Rico Alexander. Masa lalunya yang buruk membuat ke dua pria tampan tersebut menutup hatinya dengan semua wanita.
Selain masa lalunya yang kelam mereka berdua adalah tangan kanan mafia sekaligus tangan kanan CEO. Sangat kejam tanpa membedakan apakah dia laki - laki atau perempuan semua mati mengenaskan.
Hingga mereka dipertemukan masing-masing dengan seorang gadis yang sama - sama mengalami luka batin.
Akankah mereka menikah di mana mereka mempunyai sifat yang bertolak belakang?
Ikuti yuk novelku yang ke 40
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Triatmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakak tidak mungkin marah
"Aku tidak mau tahu, bagaimana caranya kita bisa menikah di Hotel Marcel Internasional kalau tidak pernikahan kita batal." Ucap Sukirno sambil pergi meninggalkan mereka.
"Si*l, gara - gara wanita jal**g itu pernikahan kami teracam batal. Aku harus melobby manager hotel agar kami bisa tetap menikah di Hotel Marcel Internasional." Ucap wanita itu sambil pergi meninggalkan tempat tersebut sambil menahan amarahnya.
"Mereka siapa? Kenapa ke dua wanita itu bisa kenal dengan pemilik Hotel Marcel Internasional? Apa jangan-jangan ke dua wanita itu menjual tubuhnya? Akhhhhhhhh ... Si*l aku belum mencobanya tapi pria itu sudah mencobanya lebih dulu." Umpat mantan kekasih Sandra.
"Tidak apa-apa bekas yang penting aku akan mencobanya sampai aku bosan dan mencari wanita lain yang masih menjaga kehormatannya." Ucap pria tersebut sambil tersenyum menyeringai.
Pria itupun pergi meninggalkan tempat tersebut sedangkan Sandra dan Kasandra bersama ke dua pria tampan tersebut berhenti di parkiran mobil.
"Terima kasih atas bantuannya, walau kami tidak mengenal Tuan-tuan tapi bantuan Tuan sangat berarti buat kami." Ucap Sandra sambil melepaskan pelukan pria tampan tersebut.
"Lain kali jika kita bertemu lagi kami akan membalas kebaikan Tuan-tuan." Sambung Kasandra sambil melepaskan pelukannya.
"Kami banyak uang jadi untuk membalaskan kebaikan kami tidak perlu memberikan kami uang." Jawab Marcel dan Ronald bersamaan.
"Kami tahu kalau Tuan-tuan banyak uang jadi kami hanya bisa memberikan masakan kami karena kebetulan kami bisa memasak." Ucap Kasandra.
"Kalian bisa memasak?" Tanya Marcel tidak percaya.
"Tentu saja bisa, benarkan San?" Tanya Kasandra usil sambil menatap ke arah sahabatnya untuk memberikan kode.
"Tentu saja, kami bisa masak air dan masak telur rebus walau terkadang telurnya sedikit gosong." Jawab Sandra yang tahu kalau sahabatnya usil.
"Cihhhhh... Aku pikir bisa masak ternyata .... " decih Marcel menggantungkan kalimatnya.
"Tidak bisa." Sambung Sandra dan Kasandra bersamaan.
Ronald dan Marcel hanya menatap kesal ke arah Sandra dan Kasandra.
"Pffftttt hahahaha..." Tawa Sandra dan Kasandra bersamaan karena berhasil mengusili Marcel dan Ronald.
"Kenapa kalian tertawa?" Tanya Marcel dengan wajah kesal.
"Tidak ada apa-apa, oh ya kita belum berkenalan. Namaku Sandra dan ini sahabatku Kasandra." Ucap Sandra memperkenalkan dirinya.
"Sebentar, bukankah kita sudah pernah berkenalan?" Tanya Ronald.
"Benarkah? Kapan?" Tanya Sandra dan Kasandra bersamaan sambil berpikir.
"Waktu kalian membantu Nona Rani melawan para penjahat." Jawab Ronald berusaha mengingatkan.
"Cihhhhh... sudah tidak bisa masak di tambah pelupa." Decih Marcel.
"Aish namanya orang lupa." Ucap Sandra sambil memajukan bibirnya.
"Bibir jangan dimajukan, tambah jelek." Ucap Marcel yang entah kenapa sangat suka menggoda Sandra.
Bugh
"Nyebelin banget." Ucap Sandra dengan wajah kesal sambil memukul bahu Marcel.
"Kasihan yang jadi pacarnya." Ucap Marcel sambil membelai bahunya pura-pura sakit.
"Sudah - sudah, maaf kalau kami lupa dengan ke dua Kakak - Kakak yang tampan." Ucap Kasandra yang melihat Sandra ingin bicara lagi.
"Marcel dan ini sahabatku Ronald." Ucap Marcel.
Merekapun saling bersalaman hingga beberapa saat mereka melepaskan tangannya.
"Oh ya, Kasandra kok Karen belum datang ya? Apa kandungannya baik-baik saja?" Tanya Sandra yang tiba-tiba ingat akan sahabatnya.
"Iya, coba aku tanya ke rumah sakit takutnya Karen pingsan kan kandungannya lemah." Ucap Kasandra yang juga kuatir dengan kondisi sahabatnya.
"Kalian sahabatnya Nona Karen?" Tanya Ronald.
"Kok Tuan tahu?" Tanya Kasandra.
"Jangan panggil Tuan, panggil saja Ronald." Pinta Ronald.
"Kalau nama tidak sopan bagaimana kalau kak Ronald?" Tanya Kasandra.
"Terserah, kami di suruh menjemput kalian berdua ke rumah sakit." Jawab Ronald.
"Siapa yang sakit?" Tanya Kasandra dengan wajah bingung.
"Tentu saja Nyonya Rico yang sakit karena kandungannya lemah." Jawab Ronald.
"Nyonya Rico?" Tanya ulang Kasandra dan Sandra bersamaan.
"Nyonya Karen, Tuan Rico adalah ayah dari ke empat anak kembar yang di kandung Nyonya Karen atau Nyonya Rico." Jawab Ronald menjelaskan.
"Apa? Bagaimana bisa bertemu?" Tanya Kasandra terkejut.
"Lebih baik kalian ke rumah sakit bersama kami dan nanti kami ceritakan di dalam mobil." Ucap Ronald.
"Kebetulan kami membawa mobil jadi kami naik mobil kami saja dan mengikuti Kak Ronald dan kak Marcel, bolehkah aku memanggilnya dengan sebutan Kakak?" Tanya Kasandra.
"Silahkan, kalau begitu kita berangkat sekarang." Ucap Marcel.
"Ok." Jawab Kasandra dan Sandra bersamaan.
Mereka pun pergi meninggalkan tempat tersebut menuju ke rumah sakit.
Skip
Kini mereka berada di ruangan di mana Karen berbaring dengan di temani orang tua Rico dan tentu saja calon suaminya yang bernama Rico.
"Karen, bagaimana keadaanmu?" Tanya Kasandra dan Sandra bersamaan dengan wajah kuatir.
"Baik-baik saja." Jawab Karen.
"Kak Ronald dan Kak ..." Ucap Karen menggantungkan kalimatnya sambil menatap ke arah Marcel.
"Marcel." Jawab Marcel yang mengerti arti tatapan Karen.
"Kak Ronald dan kak Marcel terima kasih sudah menjemput dan menolong ke dua sahabat baikku." Ucap Karen dengan nada tulus.
"Sama-sama," jawab Marcel dan Ronald bersamaan.
Ceklek
Tiba-tiba pintu ruang perawatan terbuka oleh perawat dengan lebar kemudian masuk seorang dokter tampan dengan diikuti perawat yang tadi membuka pintu ruang perawatan.
"Dokter Kasandra." Panggil dokter tampan tersebut dengan wajah terkejut karena bisa bertemu dengan sahabat lamanya yang satu kampus dengan dirinya waktu mereka kuliah.
"Dokter Adrian, dokter berkerja di rumah sakit ini?" Tanya dokter Kasandra dengan wajah terkejut.
"Betul sekali aku kerja di sini, kamu kemana aja kok tidak ada kabar beritanya? Aku hubungi ponselmu tidak aktif?" Tanya dokter Aldrian.
"Maaf ponselku hilang dan otomatis semua nomer kontak hilang semua hanya ke dua sahabatku Karen dan Sandra yang masih berhubungan karena kami selalu bersama." Jawab dokter Kasandra menjelaskan.
"Maaf aku tidak melihat kalian, apa kabar Sandra, Kasandra?" Tanya dokter Adrian.
"Tidak apa-apa santai saja, kabar kami baik." Jawab Karen dan Sandra bersamaan.
"Bisakah langsung mengecek kondisi istriku?" Tanya Rico dengan nada cemburu sambil menatap tajam ke arah dokter Adrian.
Rico yang mempunyai tingkat kecemburuan yang tinggi mengaku kalau Karen adalah istrinya agar dokter Adrian tidak menggodanya. Hal itu membuat Karen, Sandra dan Kasandra saling memandang dengan wajah bingung.
Glek
Dokter Adrian menelan saliva nya dengan kasar terlebih bukan hanya Rico yang menatapnya dengan tatapan tajam, Ronald dan Marcel juga menatapnya dengan tatapan tajam.
Dokter Adrian hanya menganggukkan kepalanya kemudian mulai memeriksa keadaan Karen sambil bertanya sejak kapan Karen menikah karena dirinya dan teman-teman kuliahnya yang dulu tidak ada yang tahu.
Setelah beberapa saat dokter tersebut pergi meninggalkan ruang perawatan untuk mengecek pasien lainnya.
"Kamu juga dokter?" Tanya Ronald dengan wajah terkejut pasalnya dirinya tidak menyangka kalau Kasandra adalah seorang dokter.
Pupus sudah harapan untuk mendekati dokter Kasandra karena tentunya dokter Kasandra pasti mencari calon suami yang juga seorang dokter atau penguasaha sedangkan dirinya seorang asisten.
"Iya aku seorang dokter, memangnya kenapa?" Tanya dokter Kasandra balik bertanya.
"Tidak apa-apa." Jawab Ronald.
"Sepertinya kalian sangat lelah dan ingin pulang, bagaimana kalau kak Ronald mengantar Kasandra sedangkan kak Marcel mengantar Sandra?" Tanya Karen yang ingin menjodohkan ke dua sahabatnya.
'Aku tahu kak Marcel dan kak Ronald pasti ingin mengenal lebih dekat dengan ke dua sahabat baik ku. Semoga kalian berjodoh karena aku merasa kak Marcel dan kak Ronald adalah pria baik-baik.' sambung Karen dalam hati.
"Kalau tidak merepotkan kami tidak masalah." Jawab Sandra.
"Betul sekali." Sambung dokter Kasandra.
"Kami tidak merasa direpotkan." Jawab Marcel dan Ronald bersamaan.
"Baiklah, kalau begitu kami pamit dulu." Ucap dokter Kasandra.
"Besok kami akan datang ke rumah sakit." Sambung Sandra.
"Ok, hati-hati." Jawab Karen.
Mereka berempat berpamitan kemudian pergi meninggalkan ruang perawatan dan selang tidak berapa lama ke dua orang tua Rico juga pamit pulang meninggalkan Karen dan Rico.
"Daddy, tidur sama Mommy ya." Pinta Karen dengan manja setelah mereka di tinggalkan berdua.
"Ok." Jawab Rico singkat sambil berbaring di ranjang sedangkan Karen menggeserkan tubuhnya.
"Kamu ada rencana untuk menjodohkan ke dua sahabatku?" Tanya Rico.
"Tentu saja, bolehkah?" Tanya Karen balik bertanya.
"Tentu saja boleh, mereka sudah terlalu lama menjomblo siapa tahu mereka cocok dengan ke dua sahabatmu." Jawab Rico.
Karen hanya tersenyum membuat Rico juga membalas senyuman Karen.
"Peluk." Pinta Karen manja.
Grep
"Calon istriku kok sekarang jadi manja?" Tanya Rico sambil memeluk calon istrinya.
"Manja sama calon suami boleh dong." Jawab Karen sambil tersenyum bahagia.
"Harus manja sama Daddy tidak boleh tidak." Ucap Rico dengan nada posesif.
Karen hanya tersenyum sambil memejamkan matanya dan tidak berapa lama Karen tidur dengan pulas nya. Berbeda dengan Rico yang belum bisa memejamkan matanya.
Cup
"Terima kasih, kita dipertemukan kembali karena nantinya aku bisa melihat kelahiran kalian." Ucap Rico sambil membelai perut istrinya.
"Aku tidak menyangka kalau sebentar lagi aku akan menjadi seorang Daddy." Sambung Rico.
Selesai berbicara Rico memejamkan matanya dan tidak berapa lama dirinya juga tidur dengan pulas sambil memeluk istrinya.
xxxxxxxx
Di tempat yang sama hanya berbeda ruangan, dokter Kasandra, Sandra, Marcel dan Ronald sudah sampai di parkiran mobil.
"Aku ada rencana mau ke supermarket karena bahan untuk memasak besok sudah menipis, kak Ronald bisa mengantarku?" Tanya dokter Kasandra yang ingin sahabatnya bisa lebih dekat dengan Marcel.
"Tentu saja bisa tapi aku tidak membawa mobil." Jawab Ronald.
"Tidak masalah kebetulan aku bawa mobil, kak Ronald bisa mengendarai mobil kan?" Tanya dokter Kasandra.
"Tentu saja bisa." Jawab Ronald.
"Ok, kalau begitu kak Ronald yang menyetir." Ucap dokter Kasandra sambil menyerahkan kunci mobil dan Ronald pun menerima kunci mobil tersebut.
"Kak Marcel, aku minta tolong antar sahabat ku Sandra ya?" Pinta dokter Kasandra.
"Ok." Jawab Marcel singkat.
Ronald membuka pintu belakang pengemudi namun dokter Kasandra membuka pintu mobil samping pengemudi.
"Kenapa membuka pintu belakang pengemudi?" Tanya dokter Kasandra kemudian masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi samping pengemudi kemudian membuka kaca jendela.
"Kakak pikir kamu duduk di belakang pengemudi." Ucap Ronald sambil menutup pintu mobil.
"Kak Ronald bukan sopir, masa aku duduk di belakang." Jawab dokter Kasandra.
Deg
Jantung Ronald berdetak kencang bukan karena jatuh cinta tapi ucapan dokter Kasandra membuat dirinya sangat terkejut. Biasanya jika dirinya di suruh mengantar rekan bisnisnya maka mereka tidak ada yang mau duduk di samping pengemudi.
Kini Ronald duduk di samping pengemudi dan sudah memakai sealt belt begitu pula dengan dokter Kasandra.
"Kak Ronald." Panggil dokter Kasandra.
"Ya." Jawab Ronald sambil mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.
"Kalau aku mengatakan sesuatu Kak Ronald jangan marah ataupun tersinggung ya?" Tanya dokter Kasandra sambil memiringkan tubuhnya ke arah samping agar menatap Ronald.
"Kakak tidak mungkin marah ataupun tersinggung, apa yang ingin kamu katakan?" Tanya Ronald penasaran sambil melirik ke arah dokter Kasandra.
'Kakak sudah terbiasa di hina oleh orang jadi Kakak tidak mungkin marah ataupun tersinggung.' Sambung Ronald dalam hati.