Kirani Anastasia adalah gadis yang bisa di bilang kaya di kota itu, tapi nasib buruk menimpah nya di usianya menginjak 18 tahun. Perusahaan keluarganya di ambang kebangkrutan, hingga membuatnya terpaksa harus menikah dengan seorang CEO perusahaan ternama yang akan menyelamatkan perusahaan keluarganya, yang bernama Marvin Jensen.
Marvin Jensen adalah seorang pria dewasa yang berusia 33 tahun, yang tidak pernah percaya cinta, dia selalu bergonta-ganti teman ranjang setiap saat, dia bahkan tidak pernah menghargai wanita karena di matanya semua wanita itu murahan. Apalagi termasuk Kirani Anastasia yang rela menikah dengannya demi uang, untuk menyelamatkan perusahaan keluarganya.
Jadi bagaimana nasib Kirani Anastasia selanjutnya???....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ita sweet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KALAU JALAN HATI-HATI
Marvin kemudian menghampiri Kirani dan ibu Lelah, sementara Kirani sedikit tegang melihat suaminya menghampirinya.
Setelah sudah berada di depan ibu panti dan Kirani, Marvin kemudian menjabat tangan ibu Laila dan sedikit membukukan badannya tanda hormat.
"Selamat sore Bu Laila" ucap Marvin.
"Sayang ngapain kamu di sini" sambung Marvin sambil beralih melihat istrinya dan mengusap pipinya.
Kirani yang kagum melihat suaminya, yang terlihat sopan di depan orang tua, membuatnya terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.
"Kenalkan ibu Laila, dia istriku" ucap Marvin memperkenalkan Kirani dan merangkul pundaknya.
"Benarkah, kenapa nak Kirani tidak bilang dari tadi" ucap Ibu Laila sedikit terkejut.
"Ayo masuk" sambung ibu Laila sambil berjalan ke depan.
"Kenapa diam saja sayang" bisik Marvin pada Kirani yang tidak bisa berkata apa-apa dan menggandeng pinggang istrinya masuk.
Setelah sampai di dalam, mereka bertiga duduk di kursi yang ada di ruangan itu.
"Nak Kirani kenapa diam saja, kamu harus bangga punya suami seperti pak Marvin ini" ucap Ibu Laila.
"Iya bu, maafkan Kirani tidak mengatakannya dari tadi" balas Kirani sambil tersenyum palsu.
"Mungkin Kirani malu mengakui saya bu, karena usia kami terpaut belasan tahun" sambung Marvin dengan nada sopan.
"Nggak gitu kok bu, Kirani cuma terkejut soalnya Kak Marvin juga mengetahui panti asuhan ini" Elak Kirani mencoba meyakinkan ibu Lelah.
Dan pertama kalinya Kirani memanggil suaminya dengan panggilan kakak, karena tidak mungkin memanggilnya dengan sebutan Om di depan ibu Laila.
"Iya pak Marvin, nak Kirani tidak mungkin malu punya suami yang dermawan seperti anda, nak Kirani juga anak yang baik" ucap Ibu Laila.
Membuat Marvin tersenyum mendengar penjelasan Ibu Laila, kemudian menatap Kirani penuh rasa kagum karena selama ini dia salah menilai Kirani.
Begitu pula sebaliknya Kirani menatap kagum pada suaminya, karena mengetahui sisi lain dari Marvin jansen.
"Pak Marvin tinggal lah makan malam dulu bersama kami, karena sebentar lagi magrib" ucap ibu Laila.
Kirani yang mengetahui suaminya tidak makan sembarang makanan, secepatnya memberi alasan, "Tapi bu, kak Marvin mungkin ada keperluan lain" sahut Kirani.
"Tidak ada kok sayang, malam ini waktu aku kosong dan kita bisa makan malam bersama" balas Marvin.
"Baik lah, ibu kedalam dulu menyiapkan makan malam" ucap Ibu Laila kemudian berjalan masuk.
Setelah makan malam selesai Marvin dan Kirani, meminta izin pada ibu Laila untuk pulang.
"Bu kami pulang dulu yah" ucap Kirani.
"Iya, kalian hati-hati di jalan nak" balas ibu Laila.
"Iya bu Laila" sambung Marvin Kemudian mengandeng tangan Kirani menuju mobil.
Marvin membuka pintu mobil depan untuk Kirani, tapi Kirani diam saja, "Masuk lah, mobil kamu biar sopir aku yang bawa pulang" ucap Marvin.
Kirani langsung naik tampa ekspresi, Marvin kembali menutup pintu mobil dan berjalan ke kursi kemudi.
Di perjalanan pulang, tidak ada yang bicara suasana menjadi canggung, Marvin kemudian menyalakan musik, untuk mencarikan suasana.
Hingga mobil sampai di kediaman Marvin, kedua suami istri itu tidak ada yang bicara, dan saat ini mereka sudah berada di dalam kamar.
Kirani duduk di ranjang dan Marvin melepas jasnya lalu mengambil handuk hendak ke kamar mandi.
"Om ngapain ngikutin gue ke panti asuhan" ucap Kirani tiba-tiba.
Marvin menghentikan langkahnya dan beralih duduk di samping Kirani.
"Kirani sayang, kenapa panggilan kamu sekarang berubah lagi" protes Marvin sambil melepas kancing lengan baju kemejanya.
"Emangnya salah? om kan, memang udah om-om" ejek Kirani.
Marvin kemudian menatap Kirani tampa berkedip, "Kamu bilang apa, aku om-om?" sambil melepas kancing kemejanya.
Kirani langsung membulatkan matanya, karena menyadari apa yang akan di lakukan Marvin selanjutnya.
"Om Marvin memang udah om-om, tapi om masi seger kok, sumpah!" ucap Kirani pelan-pelan agar Marvin tidak jadi marah, sambil mengangkat dua jarinya.
Tapi Marvin tidak bergeming, dia tetap melepas kancing bajunya.
"Terus badan om ini masi kuat" sambung Kirani sambil tersenyum palsu dan memegang lengan Marvin yang berotot.
"Kenapa memegang lengan aku Kirani, kamu ingin mencoba lagi kekuatannya" ucap Marvin lalu mengusap lembut tangan Kirani di lengannya.
Kirani menelan sliver nya kasar, dia menjadi panik, karena awalnya pujiannya untuk memenangkan suaminya, kenyataanya malah sebaliknya Marvin semakin mengintimidasinya.
Marvin yang melihat wajah takut istrinya, tidak bisa menahan tawanya.
"Ha...ha...ha... Sumpah wajah kamu lucu banget saat ini" ucap Marvin lalu berbaring terlentang di kasur sambil memegang perutnya menahan tawanya.
Kirani bernafas lega, lalu melempar Marvin dengan bantal, "Om jahat" ucap Kirani sambil berdiri meninggalkan kamar.
Marvin menangkap bantal yang di lempar Kirani, "Aku tidak akan melakukannya tanpa seizin mu Kirani, aku kan sudah janji sebelumnya" ucap Marvin setelah kepergian Kirani.
Kirani berjalan turun ke bawah dan menuju dapur, di sambut bi Narti.
"Non ada perlu apa, ada yang bisa bibi bantu?" ucap bi Narti.
"Gak kok bi, gua cuma mau minum" balas Kirani.
"Ini non" ucap bi Narti sambil memberikan segelas air. Kirani lalu mengambil gelasnya dan duduk di kursi meja makan.
"Non tau gak sih, tuan Marvin akhir-akhir ini banyak berubah dan tuan juga sering pulang ke rumah utama" ucap bi Narti dan duduk di depan Kirani.
"Apa iya bi?" tanya Kirani untuk memperjelas.
"Sumpah non, tuan biasanya pulang dua tiga kali sebulan" ucap bi Narti untuk meyakinkan majikannya.
"Mungkin dia bosan di luar sana" tebak asal Kirani.
"Ya udah bi, gue mau mandi dulu" sambung Kirani dan berjalan naik.
"Iya non" jawab bi Narti.
"Aku yakin yang merubah tuan Marvin pasti Nona Kirani" gumam bi Narti setelah majikannya pergi.
Kirani kemudian berjalan pelan menuju kamarnya sambil memikirkan perkataan bi Narti.
"Benar juga kata bi Narti, akhir-akhir ini gue gak pernah melihat om Marvin bersama wanita-wanitanya" gumam Kirani sambil melamun dan tidak sadar Marvin berdiri di depannya.
Hingga akhirnya menabrak tubuh kekar suaminya, untung saja Marvin segera menangkap pinggangnya agar tidak terjatuh ke lantai.
"Kalau jalan hati-hati, jalan sambil melamun" ucap Marvin sedikit dingin.
"Kalau niatnya gak mau bantu, ya udah gak usah nolongin" ucap Kirani sambil melepaskan dirinya dari pelukan Marvin. Kemudian Kirani berjalan masuk kamar.
"Dasar wanita, sudah di tolongin masi saja marah" ucap Marvin dan berjalan masuk ke ruang kerjanya.
Marvin sedang duduk di depan meja kerjanya sambil membuka leptopnya dan melihat foto-foto wanita teman kencangnya, yang tentu seksi-seksi dan beberapa di antaranya juga selebriti.
"Sudah lama rasanya, otok-otok ini tidak rileksasi" gumam Marvin lalu mengambil HP dan mencari nomor Ryan.