Ini kisah remaja SMA yang bernama Zo Paksa, putra bungsu dari pasangan Victor dan Sera Paksa. Dia dijodohkan dengan anak sahabat Papanya yang bernama Bintang Armada hanya demi sebuah nilai.
lucu, bukan?
Nah, ini hanya cerita karangan belaka untuk sekedar menghibur di waktu luang. semoga bermanfaaat. penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PBS 23
Zo menempelkan ponsel ditelinga. "Hallo, Pa! Ini sudah kuambil," katanya sambil mengangkat paperbag berisi baju batik. Zo sekarang masih berada didepan butik, nangkring diatas motor merahnya.
Didalam mobil sini, Victor yang tengah mengemudi menghentikan mobil dibahu jalan. Dia menempelkan ponsel ditelinga setelah menerima panggilan dari Zo.
"Zo, kau dimana?"
Didepan butik sini, Zo berdecak. "Masih didepan butik."
"Segeralah pulang, pakai baju batik itu."
"HAH..! Maksudnya? Bukankah ini batik milik Papa? Mengapa aku yang memakainya?" Penasaran menggerogoti perasaan Zo saat ini.
"Jangan membantah. Papa tunggu dirumah!"
Tut!
Panggilan dimatikan.
"Argghhh...!" Zo menggeram kesal sambil menarik ponsel dari telinga, menyimpan ponsel disaku, lalu mulai menjalankan motor menuju rumah.
Dirumah.
Mobil yang Sera kemudi berhenti digarasi dengan baik. Setelahnya Sera meminta Bintang dan Viola segera turun. Menurut saja Bintang, Viola, dan Sera masuk kedalam rumah berbarengan.
Begitu sudah sampai diruang tamu disana terlihat ada beberapa orang juga memakai baju batik. Bintang yang melihat semua itu merasa penasaran, sebenarnya dirumah Tante Sera akan ada acara apa? mengapa semua orang berpakaian batik?
"Kak, ini ada acara apa?" Viola bertanya, berbisik ditelinga Bintang.
"Entahlah, Kakak juga tidak tahu."
"Bintang, kau duduk disana dulu ya," Sera menunjuk pada meja kecil ditengah-tengah ruangan.
Bintang mengerutkan kening, ingin menolak, ingin bertanya jauh lebih detail, namun Bintang tak ingin dianggap tidak sopan karena terlalu banyak bertanya. "Baiklah, Tante," Bintang segera berjalan menuju meja kecil terletak, Bintang duduk disisi meja.
"Viola, kau ikut Tante ya, ayuk!" ajak Sera, dia merangkul bahu kecil Viola penuh kelembutan untuk menyambut beberapa orang yang datang.
Brummm...
Motor merah Zo Paksa tiba digarasi berbarengan dengan mobil milik Papa Victor. Zo turun dari motor setelah mematikan motor. Dia menatap pada pintu utama yang terbuka lebar.
"Ada acara, Pa?" tanya Zo saat Papa sudah turun dari mobil dan berdiri disisinya sambil membenarkan kancing dilengan batik yang Papa kenakan.
"Ada," jawab Victor santai, namun dia baru menyadari jika Zo masih mengenakan hoodie hitam. "Zo, cepat pakai batiknya! Papa tunggu didalam!" perintahnya yang tak ingin dibantah.
Zo berdecak, dia pun masuk kedalam mobil dan mengganti hoodie hitamnya dengan batik lengan panjang. Daripada nanti Papa akan memberinya ultimatum selama seharian penuh. Membosankan sekali!
"Pa! dimana, Zo?" tanya Sera ketika sang suami masuk kedalam rumah sembari tersenyum dan menjabat tangan kepada orang yang ada.
"Diluar, sebentar lagi pasti muncul."
Sera menghela lega. "Sukur lah, semoga rencana kita berhasil ya, Pa,"
"Hm, semoga saja. Dimana Bintang dan Viola?" Victor menatap berkeliling mencari mereka.
"Viola sedang pergi ke toilet, Bintang sudah duduk disana." Sera menuntun suami menuju dimana Bintang sudah duduk dengan kalem. "Cantik kan, Pa?" Sera ingin menunjukan bahwa dia tidak salah memilih batik couple dan riasan tipisnya.
Victor mengangguk. "Ya, tentu saja. Secara Mama mertuanya juga cantik," Victor menggoda, membuat Sera tersenyum malu.
"Papa bisa saja, Papa juga tampan kok," Sera tak ingin kalah.
Victor tersenyum dan mencubit gemas hidung Sera.
"Tuan Victor, apa acaranya sudah bisa dimulai?" tanya salah satu bapak yang bernama Edi, beliau adalah selaku ketua RT dikomplek perumahan ini.
"Bisa, Pak. Silakan dimulai," kata Victor, dia pun meminta Sera untuk memanggil Zo yang belum juga muncul.
Baru saja akan beranjak, Sera sudah mendapati anak bungsunya masuk dengan setelah batik senada dengan rok yang dikenakan oleh Bintang. Tampan. Itu yang terlintas dibenak Sera.
"Zo! Sini," Sera melambai pada Zo dengan bibir yang bersuara lirih. "Kau duduk disebelah Bintang, oke? Patuhi perkataan pak Rt, paham?" perintahnya pada Zo saat Zo sudah berada dihadapannya.
Tak ingin membantah karena Zo masih merasa kesal pada Mama perkara tadi pagi yang diminta untuk menjemput dua gadis pembawa sial itu. Zo pun duduk dengan anteng tanpa bersuara apapun di sisi Bintang.
Bintang? Dia merasa aneh saja dengan acara ini. Mengapa Zo memakai batik yang senada dengan rok miliknya? Lalu mengapa dia duduk di sampingnya? Ada meja kecil, juga bapak-bapak yang tidak Bintang kenal sama sekali duduk di hadapannya bersekat meja kecil tertutup taplak meja.
Sebenarnya ini ada acara apa?
"Saudara Zo Paksa, ini ada tulisan, nanti di baca setelah saya memulai acaranya ya," Pak Edi selaku RT mengulurkan selembar kertas putih di hadapan Zo.
Zo berdecak sebal, namun dia tetap mengangguk dan mengambil kertas tersebut tanpa ada keinginan untuk membacanya lebih dulu. Malas banget!
Karena pak rt sudah duduk diposisi semestinya, semua orang, termasuk Victor, Sera, dan Viola mereka menempatkan diri pada posisi mereka masing-masing.
Dan Zo, dia mengerutkan dahi ketika pak rt meminta berjabat tangan dan menggenggam tangannya.
"Saya nikah dan kawinkan engkau saudari Zo Paksa bin bapak Victor Paksa dengan engkau saudari Bintang Armada binti Almarhum bapak Johan Armada, dengan maskawin senilai tiga milyar dibayar tunai!" kata pak rt lalu meminta Zo untuk membaca tulisan dikertas yang telah diberikan.
"Saya terima nikah dan kawinnya dengan engkau saudari Bintang Armada binti almarhum bapak Johan Armada, dengan maskawin tiga milyar dibayar tunai!"
"SAH..?!"
"SAAAHHH...!"
"HAH!? APA?!" Zo terkejut di dalam hati, dia baru menyadari apa yang baru saja terjadi. Sah? Maksudnya apanya yang sah? I-ini ada apa sebenarnya? Zo benar-benar bingung dengan apa yang baru saja dia lakukan.
Zo meneguk ludah dengan jantung yang berdetak kencang. Zo menoleh, menatap ke samping di mana di sisinya ada Bintang. Wajah Zo memerah ketika melihat Bintang yang menjatuhkan air mata, air mata itu jatuh membasahi punggung tangan Bintang yang bertumpu di atas pangkuan.
Dan yah, Zo baru tahu dan menyadari jika ternyata dia telah dinikahkan dengan Bintang, dan Bintang telah sah menjadi istrinya.
Wajah Zo semakin memerah, marah, jengkel, dan butuh banyak penjelasan. Tangan Zo terkepal erat, meremat kertas yang di beri pak rt untuknya, dan ternyata kertas ini isinya adalah... Argggh! Satu kata yang bersarang dibenak Zo saat ini. Bod0h!
Yah, bod0h! Baru kali ini Zo merasa dirinya benar-benar bod0h. Dia ceroboh karena melakukan suatu hal tanpa bertanya dan meneliti semuanya dengan baik.
"Mama, Papa, mereka adalah tersangka utamanya," Zo membatin dengan perasaan marah luar biasa.
Bintang menghentikan tangis, mengusap air mata dengan beribu kekecewaan. "Puas kau, hah? Kau dan kedua orangtuamu sama saja, sama-sama tidak berperasaan!" maki Bintang dengan berbisik, dia menatap Zo dengan dada naik turun menahan amarah.