Bela yang baru saja putus cinta bertemu dengan lelaki yang membuat dia bisa melupakan mantan kekasihnya.
Dan ternyata lelaki itu adalah Agam. Pria dewasa yang sudah memilik istri. Tak hanya itu, Agam juga adalah sahabat dari papanya.
Apakah Bela bisa bersanding dengan Agam, atau ada laki-laki lain yang bisa mencuri hati Bela???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KuningHijau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan
Suara Ayam memangil,membangunkan siapa saja yang masih nyenyak dalam tidurnya. Matahari bersinar memasuki celah-celah jendela, Udara Dingin yang membuat enggan bangun dari tidur nyenyaknya. Bela semakin erat memeluk tubuh orang disampingnya, merasa hangat bersentuhan kulit dengan kulit.
"Nyaman sekali!" Ucapnya yang sudah bangun tapi enggan membuka matanya.
Agam hanya hanya tersenyum, entah bagaimana reaksi Bela jika dia tahu yang sedang dipeluknya Adalah tubuh telanjang Agam.
Bukannya Agam membangunkan Bela, justru dia mebelai lembut rambut Bela, seolah memintanya untuk tetap tertidur.
Merasa Aneh dengan yang di rasaknnya, Bela terperanjat. Dia kaget ternyata yang di peluknya Bukan Maya, Tapi Agam.
"Agam. apa yang kamu lakukan?" Bela melihat keadaanya yang hanya menggunakan daleman, tanpa atasan. ya bagian atas Bela tidak terhalang apapun.
"Aaaa.... Agam ini salah. Bagaimana ini bisa terjadi." Bela memukul-mukul bahu Agam.
"Bela, aku mohon kamu tenang dulu!" Agam mencoba menghindari pukulan Bela.
"Bagaimana aku bisa tenang Gam, kamu pria beristri, dan aku sudah menjaga ini untuk suami ku kelak, Agam!" Triak dan tangis Bela, Bela sangat kesal dengan kebodohannya yang berakhir tidur dengan pria beristri.
"Bela. kita tidak melakukan apapun!" Teriak Agam, menahan tangan Bela untuk tidak memukulnya lebih banyak lagi.
"Serius, kita tidak melakukannya?" Bela menghentikan pukulannya, lalu menatap mata Agam, melihat apakah ada kebohongan di dalam sana.
"Iya." Agam menganggukan kepalanya.
Hhuuhhh....
"Terimkasih Gam." Bela merasa lega, bahwa tidak terjadi appun diantara mereka, tapi tetap saja tidur dengan pakaian terbuka bersama seorang lelaki, membuatnya tidak percaya dengan dirinya sendiri, kebodohan yang baru saja di alami. Lebih bodohnya lagi Bela sama sekali tidak mengingat kejadian semalam.
Agam memunguti pakaiannya yang berceceran, sebelum keluar kamar, Agam memakai kaosnya terlebih dahulu, dan begitu keluar Agam melihat Maya dan Adit sedang menatap dan tersenyum kearahnya.
"Sepertinya ada perayaan tambahan ni!" ucap maya sambil Tertawa.
Agam merasa malu, menjadi candaan Maya dan Adit. Lalu dia bergegas masuk kekamranya.
Agam tersenyum mengingat kejadian semalam.Bagaimana Bela bisa tertidur saat sedang panas-panasnya menikmati permaianan. Memang kebiasaan mabuk yang sangat buruk. Membuat Agam terpaksa menahan hasratnya yang sudah memuncak.
"Perempuan aneh, untung saja kamu tidur, jika tidak, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan."
Agam bersyukur tidak merusak wanita yang dicintainya. Pasti dia akan membencinya jika sampai kesucian yang di jaga, rusak oleh laki-laki yang sudah beristri.
Agam mengingat ketika dulu menikah dengan Reyna. Rupanya Agam bukan orang pertama Bagi Reyna, Agam pun sudah menduganya. Dan dia pada waktu itu sangat memandang rendah Reyna yang tidak bisa menjaga kehormatannya.
...※※※※...
"Pah, Bela sudah sampai!" ucap Bela memeluk David.
"Kamu kenapa? apa terjadi sesuatu?" David heran yang melihat Bela datang dengan wajah cemberutnya.
"Gak Ada apa-apa pah, Bela hanya lelah!" Ucap Bela sambil berlalu kekamarnya.
Setelah kejadian semalam Bela, menghindari Agam, Dia malu juga marah kepada dirinya sendiri. Mengingat Agam yang sudah tahu luar dalamnya pasti memandang rendah dirinya.
Bela membiarkan Agam pulang sendiri, sesuai dengan janjinya dia akan kembali ke kehidupan masing-masing. Yang berarti dia tidak boleh lagi bertemu dengan Agam, Bela memikirkan bagaimana perasaan istrinya melihat kedekatannya dengan Agam, sampai jika mengetahui bahawa suaminya telah tidur dengan wanita lain, pasti hatinya hancur.
Hhhuuaaahhhhh.....
Bela menjatukan dirinya kekasur empuk di kamarnya. Merasa sangat frustasi dengan kehidupan percintaannya. Digta yang berselingkuh dengan wanita tua, dan Dirinya yang hampir berselingkuh dengan lelaki tua.
...※※※※...
Sudah beberapa minggu ini Bela tidak bertemu Agam, tidak ada satu pesan ataupun panggilan telphon darinya, bahkan Agam sudah tidak mengunjungi klub lagi.
Mungkin ini adalah akhir dari hubunganku dan Agam. Tapi, kenapa aku selalu memikirkanmu, Membayangkan dirimu. Aku tahu ini salah, tapi apakah aku tidak boleh mendaptkannya juga, mendapatkan cintamu. Agam, aku sangat merindukanmu.
Brak....
Mobil Bela menabrak pohon saat menghindari mobil di depannya. Semua orang berkumpul mengtuk-ngetuk kaca mobil dan mencoba membukanya.
Bela mengakat kepalanya yang terbentur setir, darah bercucuran dari kepalanya. Dia mencoba memahami apa yang telah menimpa dirinya. kebingungan saat melihat banyak orang yang menyuruhnya membukakan pintu mobil yang terkunci.
Badannya sangat lemas, mungkin karena darahnya yang terus keluar dari kepalanya, Bela membuka pintu mobilnya dan mencoba Keluar dengan di bantu oleh warga yang datang melihatnya. Tiba-Tiba kepalanya sangat pusing kemudian Bela jatuh tak sadarkan diri.
Agam yang akan pulang dari kantornya melewati banyak kerumunan orang, dia melihat sekilas, sebuah kecelakaan tunggal. Sebuah mobil putih yang menabrak pohon, Agam seperti mengenal mobil sport itu. Akhinya dia memarkirkan mobilnya dan turun melihat siapa yang mengalami kecelakaan itu, Agam sangat cemas, dia berlari mendekati kerumunan, "semoga bukan Bela" Ucapnya dengan perasaan tak menentu.
Agam terpaku sejenak, melihat Bela yang sudah bersimbah darah.
"Bela...!" Teriaknya menerobos kerumunan.
"Apa anda mengenalnya?" Tanya salah satu warga
"Iya pak, tolong bawa kemobil saya!" Pinta Agam panik.
Akhirnya Bela di bawa kedalam mobil Agam. Lalu Agam membawanya ke rumah sakit terdekat.
"Bela, aku mohon bertahanlah. Aku tidak ingin kehilanganmu!" Tak terasa Agampun meneteskan airmatanya.
"Dok... tolong selamatkan dia." Teriak Agam saat sampai di UGD.
"Bapak tenang, dan tunggu saja disini!" Ucap suster yang membawa Bela masuk.
Tidak ada yang bisa Agam lakukan selain menunggu, dan berdoa semoga Bela bisa terselamatkan.
Satu jam telah berlalu, Agam masih menunggu dengan gelisah, berjalan mondar-mandir, duduk lalu berdiri dan duduk kembali. Belum ada satupun dokter atau suster yang memberikan kabarnya.
"Bagaimana kondisi Bela dok?" Agam langsung bertanya saat melihat dokter keluar dari ruangan.
"Bela baik-baik saja, hanya mendapat beberapa jahitan di kepalanya. Dia sedang beristirahat, setelah infusnya habis, maka boleh pulang." Ucap dokter dengan tenang menjelaskan.
"Terimakasih Dok!"
"Syukurlah kamu baik-baik saja." Agam berlari masuk, untuk menmui Bela.
Dia duduk di kursi, samping tempat tidur, Tak tega melihat Bela dalam keadaan lemah dan terluka. Mata Agam kembali berkaca-kaca.
Agam menggengam tangan Bela erat.
"Agam!" Ucap Bela lirih.
Agam meletakan jari di bibirnya mengisyaratkan "Kamu tenang, ada aku disini menemani."
...※※※※...
Infus Bela telah Habis. Bela sudah di perbolehkan pulang, dokter berpesan, Bela harus banyak istirahat, dan jangan lupa kontrol tiga hari kedepan. Agam mengiyakan ucapan dokter dan akan mengantar Bela kembali kerumah sakit pada hari senin.
Agam mendorong kursi roda menuju mobil lalu memapah Bela untuk masuk kedalam mobilnya.
"Alamat kamu di mana?" Agam bertanya alamat Bela untuk mengantarkannya pulang."
"Antarkan aku ke rumah maya saja." Ucap Bela pelan
"Tapi Bel, kamu harus segera istirahat. setidaknya papamu harus tahu kondisi kamu Bela!
"Iya, aku akan memberitahukan papa, tapi tetap, antarkan saja aku ke rumah Maya."
Agam mengalah, tak baik berdebat dengan wanita, apalagi saat ini Bela sedang sakit.
Mereka telah sampai di rumah Maya. Agam memapah kembali Bela masuk kedalam rumah.
"Terimakasih Gam, kamu sudah menjagaku!" Ucap Bela yang terbaring di kasur kamar Maya.
"Kamu istirahat, jangan lupa obatnya di minum, nanti senin, aku antar kamu kontrol!"
Agam membiarkan Bela beristirahat di rumah Maya.
"May, titip Bela!" Ucapnya sebelum pergi meninggalkan pekarangan rumah Maya.
Sepanjang jalan Agam hanya memikirkan Bela, dia sangat ingin menemani Bela. Hatinya gelisah meninggalkan Bela berdua saja dengan Maya.
Sesampainya dirumah, Agam langsung masuk ke ruang kerjanya. Dia menyandarkan diri di kursi, menutup matanya, mengingat kembali betapa syock dirinya melihat wanita yang di cintainya berlumuran darah. Seketika Agam merasa dunianya hancur.
Agam yang tak tenang berada di rumah, mengambil kunci mobilnya, berlari meninggalkan rumah.
"Mas, bukankah kamu baru sampai?" Tanya Reyna yang Berpaspasan dengan Agam di halaman depan.
Agam tidak menjawab pertanyaan istrinya. Dia langsung membawa mobilnya meninggalkan halaman rumahnya.
tok...tok...tok...
"May...maya!" Agam memanggil-manggil Maya.
"Agam, apa ada yang tertinggal?" Tanya Maya
"Aku ingin bertemu Bela!" Dengan wajah paniknya.
"Bela sudah pulang, dijemput papanya!" Jawab Maya tanpa mempersilahkan Agam masuk.
"Sorry May, aku ganggu!" Ucapnya kecewa, Agampun berbalik meninggalkan rumah Maya.
"Gam!" Panggil Maya, saat Agam akan masuk kedalam mobilnya
"Ya" jawab Agam menolehkan kepalanya.
"Jangan mencari Bela lagi! aku sudah tahu semua. Lupakan dia, kembali fokus dengan istrimu." Ucap Maya langsung pada inti pembicaraannya
"Aku tahu, hanya saja Bela sedang terluka!"
"Ini waktu yang tepat, pergilah saat ini, jika tidak kamu akan sulit melepaskan Bela."
"Tapi May..." Agam bersikukuh, dia tidak mungkin meniggalkan Bela dalam keadaan kesakitan.
"Gam, dia seperti ini karena terus memikirkan kamu! Deg, hatinya terasa di tusuk.
"Apa kamu bilang, ini semua karena aku?" ucapnya tertahan.
"Ya.Bela sangat mencintai kamu, jika kamu ingin bersama Bela, Bercerailah. jika itu tidak mungkin maka pergilah. menghilang dari hidup Bela. Maaf Gam, ini demi kebaikan kalian berdua, terutama Bela."
Ucapan Maya terus terngiang di perjalanan pulangnya. Agam mempertimbangkan saran yang Maya berikan, baru saja dia menjauh sebentar dari Bela, kecelakan yang Bela dapat, apa lagi jika dia menghilang selamnya dari hidup Bela, Apakah Bela akan baik-baik saja?