Urban legend bukan sekadar dongeng tidur atau kisah iseng untuk menakuti. Bagi Klub Voli SMA Higashizaka, urban legend adalah tantangan ritual yang harus dicoba, misteri yang harus dibuktikan.
Kazoi Hikori, pemuda kelahiran Jepang yang besar di Jerman. masuk SMA keluarganya memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, namun tak pernah menyangka bergabung dengan klub voli berarti memasuki dunia gelap tentang legenda-legenda Jepang. Mulai dari puisi terkutuk Tomino no jigoku, pemainan Hitori Kakurenbo, menanyakan masa depan di Tsuji ura, bertemu roh Gozu yang mengancam nyawa, hingga Elevator game, satu per satu ritual mereka jalani. Hingga batas nalar mulai tergerus oleh kenyataan yang mengerikan.
Namun, ketika batas antara dunia nyata dan dunia roh mulai kabur, pertanyaannya berubah:
Apakah semua ini hanya permainan? Atau memang ada harga yang harus dibayar?
maka lihat, lakukan dan tamat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkyMoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
daruma san end
Pulang ke rumah Hikori langsung menuju ke kamar mengistirahatkan tubuhnya.
"Hiko-Kun kimi wa nemutte imasu ka?"
"Mada okaasan, dou shita no?" Hikori berteriak menjawab pertanyaan ibunya di dalam kamar.
"Kemari lah, makan malam sudah siap," tanpa banyak bicara Hikori menghampiri ibunya di dapur.
Mereka mulai makan dalam diam tidak ada percakapan ataupun candaan yang keluar dari ibu dan anak satu ini, hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring yang memenuhi keheningan di meja makan.
"Terimakasih atas makananya, okaasan Hikori ke kamar dulu."
"Hiko-kun oyasuminasai," Hikori langsung melangkah menuju kamar, dia berniat langsung tidur tapi sebelumnya dia menyetel alarm jam dua belas malam sesuai yang di perintahkan Yasuhiro.
Tengah malam tiba Hikori bangun dari tidurnya, dia ragu untuk melakukan permainan ini tapi ucapan Yasuhiro yang menganggapnya pecundang terngiang di benaknya.
Hikori pergi ke kamar mandi dia teringat kata-kata Yasuhiro, 'pertama isi bathtub lalu kau duduk didalamnya dengan posisi menghadap ke keran air, setelah itu kau cuci rambutmu sambil menutup mata, ulangi mantra ini, Daruma-san jatuh, Daruma-san jatuh, Daruma-san jatuh,'
Hikori mulai mengisi bathtub nya dengan air, dia memposisikan duduknya seperti yang diintruksikan oleh Yasuhiro.
Dengan perasaan campur aduk Hikori mulai mencuci rambutnya dengan air yang mengalir dari kran, tidak lupa dia menutup matanya sambil membaca mantra, "Daruma-san jatuh, Daruma-san jatuh, Daruma-san jatuh, Daruma-san jatuh," Hikori terus mengulang-ulang mantra tersebut.
Dalam benak Hikori muncul visualisasi perempuan yang terpeleset hingga matanya terbentur kran air, tangan yang Hikori pakai untuk mencuci rambut gemetar ketakutan tapi dia langsung teringat apa yang Yasuhiro sampaikan. 'jika kau melihat ada perempuan yang terpeleset hingga tewas kau jangan membuka mata, Hikori kau harus tetap fokus pada kegiatan keramas, kau harus terus mengucapkan mantra itu sampai kau selesai mencuci rambut, dan aku ingatkan jika kau merasakan air dibelakang mu bergerak jangan pernah melihat kebelakang.'
Hikori selesai dengan keramasnya tapi dia masih tak berani membuka matanya, tiba-tiba Hikori merasakan air dibelakang sedikit bergerak, tubuh dia mulai bergetar ketakutan.
Dengan mata yang masih tertutup Hikori bertanya "kenapa kau jatuh ke dalam bathtub?" Jika bukan Yasuhiro yang memberi tahunya Hikori tak mungkin bertanya seperti ini.
Merasa tidak ada jawaban Hikori keluar kamar mandi dengan mata tertutup Yasuhiro bilang dia bisa membuka mata setelah meninggalkan kamar mandi, Hikori langsung membuka mata setelah keluar dari kamar mandi, tak mau lama-lama dia langsung menuju kamar untuk mengganti baju dan mengistirahatkan tubuhnya.
"Yokatta, sepertinya permainan ini gagal, yosh! aku akan tidur saja," Hikori tidur di kasur single bed nya dia tidak tau kalau permainan sesungguhnya akan dimulai setelah matahari terbit.
Hikori bangun saat pagi telah tiba, dia mandi di kamar mandi atas Hikori masih takut kala mengingat kejadian semalam.
Seperti biasa Hikori sarapan dengan ibunya namun pagi ini Hikori merasakan hawa yang sedikit berbeda, dia selalu merasa ada orang yang mengikutinya dari belakang, beberapa kali dia menoleh untuk memastikan tapi hasilnya nihil, dan tidak mungkin kan ada orang dirumahnya selain dia dan ibunya.
Selesai sarapan dengan rasa heran Hikori berangkat menuju halte bus sekolah.
"Ohayou, Ichi-san" sapa Hikori.
"Bagaimana semalam? kau tak benar-benar melakukannya kan?"
"Ya, aku melakukannya."
"Jangan bergurau kau Hikori!"
"Aku serius, tapi sepertinya gagal aku tak merasakan apapun setelahnya."
"Kau memang tak akan merasakan apa-apa karena sekarang permainannya baru saja dimulai."
"Maksudmu?"
"Jika kau berpikir setelah meninggal kamar mandi permainan telah berakhir maka kau salah besar karena keesokan harinya permainan yang sesungguhnya baru dimulai.
Awalnya kau akan merasa ada seorang wanita yang mengikuti mu dari belakang, daruma-san akan mendekat setiap waktunya, jika kau merasakan ada seseorang mendekati mu tapi kau tidak melihat siapapun dibelakang mu segeralah berteriak TOMARE,"
"Tomare!" Hikori berteriak karena menyadari seseorang mendekat padanya.
"Kau merasakannya?"
"Iya,"
Hikori terus saja merasakan ada seseorang yang mendekati nya dia selalu berteriak untuk mencegahnya mendekat.
Bahkan didalam kelas Hikori sudah berkali-kali berteriak. "Tomare!"
"Dou shita no Hikori?"
"Gomennasai sensei, ano... Saya izin ke toilet," sang guru masih bingung dengan Hikori dia mengangguk mengizinkan Hikori.
Didalam toilet dia terus memikirkan bagaimana menghentikan daruma-san. Dia membasuh mukanya dengan kasar. Lagi-lagi untuk kesekian kalinya Hikori merasakan ada orang di belakangnya.
"Tomare tomare tomare tomare tomare!" dengan Hikori menyebutkan mantra nya, Hikori frustasi dengan sosok yang selalu mendekati nya.
Dia kembali lagi ke kelas dihantui rasa takut Hikori tak bisa berkonsentrasi menyerap ilmu yang diberikan sampai akhirnya bel istirahat berbunyi.
"Ichi-san bagaimana cara menghentikan permainan ini?" seperti biasa mereka selalu makan di atap ditempat favorit mereka.
"Gomen Hiko-kun aku tidak tau bagaimana cara mengakhiri permainan itu, bagaimana kalo kita tanyakan pada Yasuhiro senpai?"
"Dame desu yo!"
"Nande?"
"Dia bilang aku harus memainkannya sampai jam yang sama seperti kemarin,"
"Sou desu ka!" Hikori hanya bisa mengangguk pasrah
"Oh ya Hikori libur musim panas sebentar lagi kau berencana akan berlibur kemana?"
"Hokkaido mungkin?" Hikori mengganggkat bahunya acuh.
Setelah pembicaraan singkat mereka kembali lagi ke kelas, pelajaran telah dimulai tapi sama seperti sebelumnya Hikori terus dihantui wanita itu.
Sampai akhirnya waktu yang ditunggu Hikori tiba dia dengan cepat menanyakan bagaimana cara menghentikan permainan ini.
"Senpai bagaimana ini?"
"Kau ini tidak sabaran sekali," Yasuhiro masih ingin melihat Hikori yang ketakutan menurutnya itu hal yang sangat lucu.
"Cepat lah senpai aku sudah tidak tahan"
"Baiklah baiklah aku akan memberi tau mu."
"Kau coba tangkap hantu yang mengikutimu lalu ucapkan KITTA sambil lakukan gerakan karate seperti ini," Yasuhiro mencontohkan gerakan tangan dari atas ke bawah seperti tengah memotong sesuatu.
Tanpa banyak tanya lagi Hikori segera melakukan perkataan yang Yasuhiro instruksikan.
"KITTA!" Suara lantang Hikori memenuhi lapangan voli, Hikori mempraktikkan apa yang Yasuhiro contohkan dia tersenyum lega permainan ini sudah berakhir.
"Aku lega permainan ini sudah berakhir, aku tak akan pernah lagi memainkan permainan seperti ini," ucap Hikori pada dirinya sendiri.
Mereka kembali berkumpul dengan yang lainnya. Istirahat sudah selesai mereka kembali melanjutkan latihan mereka.
Hikori, Ichi, Suikari, Miyo, Nao, dan Arisu sudah berada di dalam kereta, rumah mereka satu arah jadi mereka memutuskan untuk pulang bersama.
Di dalam kereta Miyo bertanya pada Suikari, "Ai-chan apa kau tau legenda tentang Yuki-onna?"
"Yuki-onna?"
to be continued