Ini adalah lanjutan dari kisah cinta Yudhatama Dewantara dan Yasmin Kusuma Putri di novel Cinta Yudha
Aryana Maira Yudhatama anak ketiga dari kembar bersaudara dari pasangan Yudhatama Dewantara dan Yasmin Kusuma Putri. Aryana terlahir dengan kelainan Jantung bawaan, maka dari itu kedua orang tuanya sangat protektif dengan Aryana. Aryana tumbuh menjadi gadis yang ceria meski ia mempunyai kelainan Jantung. Aryana menyukai kakak kelasnya bernama Ghavin Herlambang tetapi ia hanya memedamnya, ia tahu atas kekurangannya sebagai gadis yang tak sempurna.
Apakah Aryana akan memperjuangkan cintanya pada Ghavin atau menyerah dan memilih hati yang lain?
Penasaran, ikuti terus ceritanya
Budayakan Like, Vote dan Coment yang sopan karena menulis itu juga perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andrea82, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode. 11
Happy Reading
Di kamarnya Aryana langsung menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur, entah kenapa ia bisa berdebat seperti itu dengan kedua orang tuanya, dan kenapa setiap menyingung nama om Fahmi sepertinya ada rasa tak suka yang di tunjukan oleh sang ayah.
"Ah kenapa setiap membahas om Fahmi sepertinya ayah tak suka?", lagian kenapa sih tadi aku bisa bilang minta om Fahmi agar mau menikah denganku," batin Aryana bermonolog.
Pikiran Aryana sungguh kacau hari ini, ia termenung, pikirannya berlibur entah kemana, Aryana tersadar ketika sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunannya.
" Tok-tok, Dek...!, kamu di dalam?" tanya Afwi sambil mengetuk pintu kamar sang adik.
"Masuk aja kak!" teriak Aryana dari dalam kamarnya.
Ceklek, Afwi membuka pintu kamar Aryana, tampaklah penampilan adik kembarnya yang semrawut menunjukkan bahwa ia sedang tak baik-baik saja.
"Dek, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Afwi sambil duduk di tepi ranjang.
"Hiks...hiks..., aku sudah buat ayah marah dengan permintaan konyolku, Kak," ucap Aryana sambil terisak
Aryana lalu menceritakan kejadian sewaktu pengambilan raport dan pembicaraannya dengan ayah bundanya di kantor ayahnya yang berakhir dengan kemarahan sang ayah.
"Ya Allah, Dek kok bisa-bisanya kamu punya ide konyol seperti itu, oke ke Maldives itu aku bisa paham dan tentang persyaratan ayah harus ada kakak yang menemanimu itu adalah keputusan yang bijak bukan karena kakak pingin dapat liburan gratis sebab ayah pun masih sanggup mengajak kita liburan ke Maldives, tapi kamu dan Om Fahmi itu bukan muhrim meski kalian sudah dekat seperti ayah dan anak. Om Fahmi pria normal dan masih lajang jadi apapun bisa terjadi. Sedangkan soal idemu menikah setelah lulus itu, juga ide gilamu ingin mengajak om Fahmi menikah denganmu jika sampai lulus kamu tidak mendapat calon suami, tak hanya ayah bunda yang tak setuju, kakak juga tak setuju, terlalu banyak perbedaan antara kalian," ujar Afwi menasehati adiknya panjang lebar.
Aryana mencerna setiap kata yang di ucapkan kakaknya, kenapa ia begitu bodoh tidak bisa berfikir sejauh itu.
"Kakak, terima kasih, kak Afwi sudah membuka pikiranku," ucap Aryana.
"Sekarang kakak mau tanya dan kakak harap kamu bicara dengan jujur, sebenarnya bagaimana perasaanmu dengan om Fahmi?" tanya Afwi.
"Apa maksud pertanyaan kakak?" jawab Aryana yang malah balik bertanya.
"Dek, aku ini saudara kembarmu dan aku juga seorang laki-laki normal, entah kenapa perasaanku mengatakan om Fahmi tak memandangmu sebagai anaknya melainkan sebagai seorang wanita, kamu pasti tau maksud kakak," jawab Afwi.
"Entahlah kak aku tidak tahu, aku selalu nyaman jika bersama om Fahmi, aku merasa sangat bahagia jika om Fahmi menelpon atau vc aku," ucap Aryana.
"Apa hatimu berdebar saat bicara dengan om Fahmi?" tanya Afwi.
"Tidak, aku hanya merasa bahagia dan nyaman jika bersama om Fahmi," jawab Aryana jujur.
"Baiklah aku mengerti, nanti kamu minta maaf sama ayah atas sikapmu, ayah memang selalu tegas pada kita tapi percayalah ayah sangat menyayangi anak-anaknya terutama kamu Dek," ucap Afwi sambil membelai kepalan adiknya lalu ia meninggalkan kamar Aryana.
Setelah kakaknya Afwi meninggalkan kamarnya Aryana kembali merenung memikirkan ucapan kakaknya. Sebenarnya perasaannya dengan om Fahmi nya seperti apa ia sendiri bingung. Otak Aryana mulai berputar menelaah apa yang kakaknya katakan dengan apa yang selama ini terjadi antara ia dan om Fahmi.
"Kalau di pikir apa yang dikatakan kak Fahmi ada benarnya juga, sampai saat ini om Fahmi belum juga menikah padahal usianya hampir sama dengan ayah. Soal tingkat kemapanan jangan ditanya, hartanya bisa buat hidup tujuh turunan, tampan tak perlu diragukan, jika dinilai om Fahmi nyaris sempurna, dengan semua hal yang dimiliki om Fahmi bisa mendapatkan wanita yang manapun tapi kenapa sekarang masih melajang, huh kenap aku tak berfikir sampai ke situ ya," gumam Aryana dalam hati.
Sedang galau memikirkan om Fahmi nya tiba-tiba ponselnya berbunyi, ada nama om Fahmi di sana namun kali ini panggilan telpon bukan panggilan vc.
"Huh, panjang umur si om, baru aja di omongin sudah telpon," gerutu Aryana dalan hati.
Akhirnya Aryana menggeser tombol hijau di layar ponselnya.
Aryana
"Assalamualaikum Om."
Om Fahmi
"Waalaikumsalam, Sayang."
Aryana
"Ada apa Om meneleponku?"
Om Fahmi
"Gimana nilaiku bagus tidak?"
Aryana
"Alhamdulillah, nilaiku bagus, aku rangking satu."
Om Fahmi
"Wah selamat ya cantiknya om dapat rangking satu, berarti om siap-siap miskin nih karena mau dirampok."
Aryana
"Om bisa aja, aku nggak jadi ngrampok Om Fahmi, aku juga nggak jadi minta ke Maldives."
Om Fahmi
"Lho, kenapa Sayang?, mau pilih destinasi liburan yang lain?"
Aryana
"Nggak Om, aku juga nggak akan pilih yang lain, aku nggak akan minta hadiah dari Om lagi, aku nggak mau merepotkan Om Fahmi.
Om Fahmi
"Kok Ana ngomongnya gitu sih, Om malah senang kalau kamu mau minta sesuatu dari Om, apa ayah bunda mu yang melarang terima sesuatu dari Om?"
Aryana
"Nggak, Om, ayah bunda nggak pernah melarang, ini murni keinginanku sendiri, mulai sekarang aku nggak akan minta apapun dari Om, bukan karena orang tuaku juga kaya, tapi aku bukan siapa-siapanya Om Fahmi, aku nggak berhak menerima pemberian Om, maaf ya Om aku tutup telponnya, jaga diri Om baik-baik dan cepat cari istri biar ada yang ngurus dan menghabiskan uang Om, Asslamualaikum."
Tut tut
Sambungan telepon terputus, di negeri sebrang Fahmi kaget dan heran kenapa tiba-tiba Aryana memutus sambungan telponnya secara sepihak dan mengatakan banyak hal yang membuatnya heran.
"Aryana sayang ada apa denganmu?, kata-katamu barusan mengisyaratkan bahwa seolah kamu nggak akan mau lagi ketemu dengan om, apa salah om, Ana, sepertinya ada yang tidak beres, aku harus cari tahu kenapa gadisku tiba-tiba berubah seolah inggin menjauh dariku, tak akan ku biarkan itu terjadi, aku harus cari tahu," gumam Fahmi dalam hati.
Sedangkan di Indonesia, setelah memutuskan sambungan telpon secara sepihak dengan Fahmi, ia menangis, ada rasa sakit di hatinya ketika harus mengatakan semua itu
"Maafin Ana Om, Ana harus melakukan ini, Ana ingin om bisa fokus dengan masa depan om, sebenarnya aku sayang banget sama om, tujuh belas tahun lebih om menemani aku, membantu aku, menjadi sahabatku dalam suka dan duka. Aku ingin om bahagia, aku takut jika apa yang dikatakan kak Afwi benar, maka dari itu aku akan menjauhi om, meski rasanya sakit banget, hiks...hiks...," ucap Aryana dalam hati sambil terisak, dadanya benar-benar merasa sesak dengan apa yang ia putuskan hari ini.
Waktu pun terus berjalan, malam menjelang, sesuai apa yang dikatakan kakaknya, setelah acara makan malam, Aryana memberanikan diri menemui sang ayah yang berada di ruang kerjanya.
"Tok tok, aku boleh masuk,Yah?" tanya Aryana.
"Masuklah, Nak!" perintah ayah.
Ceklek
"Apa ayah sibuk?" tanya Aryana.
"Tidak juga, papa hanya mengecek email yang dikirim om Ridho," jawab Yudha.
"Ayah!" panggil Aryana.
"Iya, ada apa?" tanya Yudha dengan sikap biasa saja seolah tak terjadi apapun tadi siang.
Tiba-tiba Aryana memeluk Yudha, ada bersalah di hatinya telah membuat Yudha ternyuh, putrinya yang manis telah kembali tidak seperti siang tadi.
"Ada apa hemm?" tanya Yudha lembut.
"Maafkan Ana, Yah, tak seharusnya Ana membantah kata-kata ayah dan mengatakan hal konyol itu," ucap Aryana menyesal.
"Ayah sudah memaafkan Ana, ayah juga minta maaf jika selama ini ayah belum bisa jadi ayah yang baik untukmu dan untuk kedua kakakmu, juga adikmu, tapi percayalah ayah menyayangi kalian lebih dari nyawa ayah sendiri," ucap Yudha sambil membelai kepala putrinya sangat lembut.
"Terima kasih ayah, Ana sayang Ayah, dan ayah jangan minta maaf, selama ini ayah sudah menjadi ayah yang sangat baik untuk ku, untuk kak Afwa, kak Afwi dan juga Azka," ucap Aryana ketika sudah mengurai pelukannya dan memandang lekat wajah sang ayah yang tegas dan tenang, juga sorot mata yang teduh dibalik sikap garangnya ketika di kedinasan militer.
"Kapan kamu berangkat ke Maldives?" tanya ayahnya.
"Ana nggak jadi ke Maldives," jawab Aryana yang membuat Yudha mengernyit bingung pasalnya tadi siang Aryana sangat menggebu pingin ke sana bersama Fahmi, dokter kece kesayangan putrinya.
"Lho kenapa?, apa karena syarat yang ayah ajukan.
"Tidak ayah, tiba-tiba saja mood ku ingin kesana hilang, lagi pula minggu ini kak Afwa pulang dari Magelang, masa aku malah mau pergi ke Maldives," ucap Aryana memberi alasan meski alasan yang ia lontarkan memang benar namun bukan itu penyebab utama ambyarnya keinginan Aryana untuk pergi berlibur ke Maldives setelah penerimaan rapot.
________________________________________
Kira-kira apa yang akan dilakukan om Fahmi ya?
Please Like, Vote, Coment, Rate 5 star and Favorit.
Thank You
Bersambung...
lanjut kk author..
azka dengan seorang janda.... janda berkelas yakan.