Ini kisah cinta Sinaga, pria beristri yang jatuh cinta pada wanita yang mengandung anaknya. Mereka bukan kekasih, bukan musuh. Mereka hanya orang asing yang terjebak oleh keadaan. Karena satu malam, Moza hamil. Bagaimana Moza menjalani hidupnya? Apa Naga tahu, bahwa wanita asing itu mengandung benih yang tak sengaja ia tanam.
Follow akun Instagram Sept
Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Brokenheart
Moza menelan ludah dengan berat, seperti ada biji salak yang tersangkut di dalam tenggorakan wanita tersebut. Tidak mungkin ia berkata terus terang pada pria di depannya, alasan ia menghilang dari Madam Antony. Moza kabur karena ketahuan hamil oleh Madam, dan wanita itu ingin membunuh janin yang ada di dalam perutnya.
Janin yang merupakan benih dari pria yang berdiri di depannya tanpa baju atasan tersebut, ketika Moza diam dan nampak memikirkan jawaban atas pertanyaan Naga, pria tersebut kembali memakai pakaiannya.
“Katakan! Mengapa kau kabur dan mereka mencariku?” Naga kembali lagi bertanya setelah memakai baju lengkap kembali. Ditatapnya Moza, kemudian ganti dengan gadis kecil yang memeluk pinggang ibunya.
Naga terasa amat terganggu dengan tatapan Sendy, anak kecil itu tersu saja menatapnya. Membuat Naga merasa terusik.
“Anakkmu?” petanyaan pertama belum terjawab. Naga melontarkan pertanyaan yang berikutnya.
Moza mengangguk pelan, kemudian menyembunyikan tubuh Sendy di belakangnya.
“Aku sempat bertemu dengannya beberapa kali, tidak ku sangka, kita bertemu lagi. Siapa namamu?” Naga berjongkok, ia ingin tahu lebih dalam tentang anak itu. Semakin ia merasa terusik semakin ia penasaran.
“Jangan ganggu dia!” salak Moza, ia tak ingin rahasianya selama ini yang sudah tersimpan rapi terbongkar sia-sia.
Naga lantas berdiri tegap kembali, Moza yang berbicara dengan nada tinggu justru membuatnya tertarik.
“Aku masih sangat penasaran, Moza ... sampai sekarang! Mengapa wanita itu menghajarku habis-habisan, bahkan membakar mobilku.” Naga berhenti sejenak, menghela napas dalam-dalam.
“Siapa anak ini?” Naga menarik lengan Sendy yang semula disembunyikan di balik tubuh wanita tersebut.
Deg
Jantung Moza seperti berhenti berdetak saat itu juga, ia sangat terkejut karena kini Naga memegang putrinya.Menatap putrinya lekat-lekat. Naga seolah mencari sesuatu pada diri Sendy.
“Jangan ganggu dia!” Moza menarik kembali Sendy, memeluk gadis kecil itu dengan erat.
“Ketakutanmu sunggu berlebihan, Moza! Aku hanya ingin melihatnya. Tidakkah ada yang aneh pada gadis kecil ini?” Naga memegang dagu Sendy, sehingga anak itu mendongak ke arahya.
“Tidak ada yang aneh! Dia putriku!” Mereka berdua saling menarik Sendy. Anak kecil itu sejak tadi ditarik ke sana ke sini oleh dua orang dewasa itu, yang tak lain adalah ayah dan ibunya sendiri.
“DIA MIRIP DENGANKU!”
“Bukan! Sendy bukan anakmu!” teriak Moza yang semakin panik, perasaannya berkecamuk. Moza tak mau pria itu mengambil putrinya. Ia harus bersikeras mengatakan bahwa Sendy bukan anak pria tersebut.
“Siapa yang mengatakan dia anakku? Aku hanya berkata dia mirip denganku!” Tiba-tiba Naga memikirkan hal yang selama ini tak pernah terbesit di dalam kepalanya. Jangan-jangan anak itu memang benar adalah anaknya? Itulah mengapa ia dihajar habis-habisan.
Naga memegangi kepalanya, mengusap wajahnya dengan berat. “Dia anakku?” tanya Naga seolah tak percaya. Dilihatnya lagi dengan instens, mata itu, hidung, alis bahkan bibir. Semua memang mirip dengannya.
“Katakan Moza! Anak siapa ini?” Teriak Naga dengan kencang, membuat dua orang wanita beda usia di depannya terhenyak. Mereka kaget campur takut, sorot mata pria itu begitu tajam seolah mengancam.
“Mamaaaa!” tangis Sendy langsung pecah. Bentakan pria asing di depannya membuat anak kecil itu takut, sepertinya harus minum obat sawan.
Moza yang tubuhnya sudah gemetar karena hampir ketahuan, mencoba meraih tubuh Sendy. Mengendong anak itu kemudian menenangkannya.
“Ada Mama, jangan takut ... ada Mama!” Moza menepuk punggung putrinya, mencoba membuat Sendy menjadi lebih tenang.
Sedangkan Naga, pria itu menatap dua wanita di depannya. Ia memijit kepalanya yang terasa pusing, bagaimana bila anak itu benar putrinya?
Saat Sendy sudah tenang dalam gendongan sang Mama, Naga kembali memberondong pertanyaan.
“Akan lebih udah, bila kamu katakan yang sejujurnya. Anak siapa ini?”
“Anakku!” Moza kini sudah bisa mengendalikan tubuhnya. Ia mengumpulkan kekuatan yang tersisa untuk bersikap kuat dan tenang, agar pria itu tak curiga.
“Aku tahu dia anakmu, tapi siapa ayahnya?”
“Itu tidak penting siapa ayah anak ini!” cetus Moza dengan lantang.
“Sangat penting bagiku, karena dia mirip denganku!”
“Di dunia ini ada banyak orang yang mirip!” kelit Moza. Meski Naga mendesak, ia harus bisa menghidar.
“Lakukan tes DNA!”
“Jangan gila!” Mata Moza melotot menatap pria di depannya.
“Kenapa? Kau terlihat takut sekali?” Dari sini Naga tambah curiga.
“Aku tida takut! Aku hanya menjaga perasaan suamiku!” terang Moza, entah kebohongan apalagi yang ia katakan demi selamat dari desakan Naga.
“Oh ... kau sudah menikah.” Naga terlihat sedikit putus asa.
“Benar! Jadi tolong lepaskan kami!”
“Akan aku lepas kalian, tapi ... suruh dia menjemputmu.”
“Ish!” Moza mendesi kesal di dalam hati. Siapa yang akan ia minta tolong untuk menjemputnya agar pria di depannya percaya?
“Baiklah, suamiku akan segera ke sini!” ucap Moza kemudian.
Moza pun mengambil ponselnya, ia mencari nomor yang bisa dihubungi. “Dokter Arka!” batinnya. Begitu mendapat ide siapa yang akan jadi suami palsunya, Moza langsung menghubungi Dokter Arka. Pria yang selama ini menolong Moza.
“Sayang ... tolong jemput kami, sekarang kami berada di Gardenia Sanrio Park ... tadi pagi Sendy mau ke sini. Tolong jemput sekarang ya!” ucap Moza pada dokter Arka.
Di sebuah rumah sakit, di kota kecil itu. Arka mengerutkan dahi. “Sayang?” sejak kapan Moza memanggilnya sayang? Pikirnya.
“Apa yang terjadi?” tanya dokter tersebut.
“Tidak ada, Sendy hanya ingin dijemput, katanya tidak mau naik taksi!” kelit Moza, sementara itu. Sepasang mata menatapnya tak suka ketika ia bicara di telpon.
Tidak tahu mengapa, Naga jadi geram setelah tahu Moza sudah menikah. Dan anak itu, sepertinya memang bukan putrinya.
“Apa kamu dalam bahaya, Moza?” tanya Dokter Arka.
“Iya! Aku tunga ya!”
“Jangan cemas, aku datang!” Dokter Arka langsung melepas jubah putih kebesarannya itu, ketika perawat berkata masih ada pasien yang mengantri. Arka meminta untuk mengcancel semua dulu. Ia ada urusan penting.
Pria itu bergegas ke parkiran, masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. Ia harus segera sampai, karena Moza sudah mengirim sandi bahwa wanita itu sedang dalam bahaya.
Masih di arena rumah kaca, di depan pintu masuk pun masih ada beberapa penjaga.
“Suamiku akan segera datang!” ucap Moza sembari memasukkan ponselnya ke dalam tas.
Wajah Naga yang dingin itu langsung mengeras, apa ia sedang patah hati? Bersambung.