Zona Khusus Dewasa
Adriel (28), sosok CEO yang dikenal dingin dan kejam. Dia tidak bisa melupakan mendiang istrinya bernama Drasha yang meninggal 10 tahun silam.
Ruby Rose (25), seorang wanita cantik yang bekerja sebagai jurnalis di media swasta ternama untuk menutupi identitas aslinya sebagai assassin.
Keduanya tidak sengaja bertemu saat Adriel ingin merayakan ulang tahun Drasha di sebuah sky lounge hotel.
Adriel terkejut melihat sosok Ruby Rose sangat mirip dengan Drasha. Wajah, aura bahkan iris honey amber khas mendiang istrinya ada pada wanita itu.
Ruby Rose tak kalah terkejut karena dia pertama kali merasakan debaran asing di dadanya saat berada di dekat Adriel.
Bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 ACICD - Honeymoon Berdarah
Keesokan harinya, Drasha dan Adriel melakukan aktivitas lain untuk menikmati bulan madu mereka. Tetapi, Drasha agak berbeda dari biasanya.
"Kenapa, sayang?" tanya Adriel menghampiri istrinya setelah bermain pickleball di atas lapangan khusus yang terapung di samping superyacth mereka.
"Nggak papa, sayang," jawab Drasha, memaksakan senyum.
"No... jelas ada sesuatu," Adriel menangkup pipi istrinya, "kamu janji bakalan cerita apa aja sama aku, sayang."
Drasha tidak mau mengacaukan honeymoon mereka. Dia akan cerita pada Adriel di penerbangan mereka ke Jerman untuk kuliah nantinya.
"Aku cuma kurang enak badan, sayang." Drasha mengangkat tangannya menyentuh jemari kokoh Adriel.
"Are you sure?"
"Umm…"
"Kalau gitu kita istirahat dulu yah, sayang." Adriel kemudian menggendong istrinya dengan lembut.
"Minta dokter Anita ke kamar utama segera," titah Adriel pada seorang kru.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam harinya, laut tampak tenang, tapi permukaannya memantulkan warna-warni kembang api di langit. Begitu indah sampai Drasha beranjak perlahan dari sofa di dek belakang superyacth IMPERIUM SHARIEL.
Angin mengibaskan rambut panjang Drasha dan warna-warna kembang api menari di bola matanya.
Di momen yang sama, cahaya api unggun kecil menerpa wajah Adriel yang justru terpana menatap istrinya. Keindahan kembang api di atas sana tidak mampu membuatnya teralihkan oleh kecantikan Drasha.
Adriel menyusul dengan langkah pelan dan berhenti di belakang Drasha yang sudah berdiri di pinggir dek. Lantas lengan Adriel terangkat, melingkar di pinggang ramping istrinya.
Siluet mereka diterangi oleh lampu pemanas vertikal yang berjejer di tepi kapal.
"I know you like fireworks," bisik Adriel di telinga Drasha.
"Umm… aku nggak suka liat langit malam apalagi saat bulan purnama, tapi melihat kembang api bikin aku merasa kalau langit malam nggak seburuk itu," kata Drasha mengelus sisi gelas sampanye yang ada di tangannya.
"Makasih, sayang," sambung Drasha, mengulas senyum di bibirnya yang dipoles lipbalm pink.
Tak lama, Adriel pelan-pelan memutar tubuh Drasha hingga mereka berhadapan. Dia kemudian mengangkat tangan menyentuh pundak Drasha.
Tatapan mereka terpaku satu sama lain.
Kemudian, Adriel menunduk, mendekatkan wajah dan meraup bibir istrinya. Lantas Drasha memejamkan mata menerima kehangatan di bibirnya itu.
Pasangan pengantin baru itu akhirnya saling memagut bibir dengan lembut di bawah letupan kembang api yang mewarnai langit.
Setelah itu, Adriel melepaskan ciuman sesaat dan mengusap pipi Drasha lembut dengan kedua ibu jarinya.
"Aku punya sesuatu buat kamu, sayang."
"Another gift?" tanya Drasha.
"Hm." Adriel mengangkat sudut bibirnya tipis, "wait here." Dia berbalik, lalu menghampiri Valery asisten Drasha yang baru saja muncul dari dalam.
Sementara itu, Drasha memperhatikan Adriel yang begitu excited.
Tapi, tiba-tiba –
Tssskkkk!
Di antara suara kembang api dan cahaya gemerlapan di langit, sebuah peluru halus menembus tepat di sisi kanan dada Drasha.
Dia sempat terdiam sepersekian detik, lalu mengedip-ngedip sembari merah mulai merembes keluar.
Dia ingin memanggil Adriel tapi tak sempat. Tubuhnya lebih dulu terhuyung ke belakang, membentur pagar pembatas dan jatuh ke laut.
Byurr!
"NONA!" Valery berteriak ketika melihat pecahan gelas di lantai. Adriel menoleh cepat dan berlari sekencang mungkin ke tepi pagar dek.
Mata cowok itu membelalak tajam.
Tanpa pikir panjang Adriel melompat ke dalam laut.
Di sisi lain, Valery berlari panik untuk menginformasikan pada kru.
Beberapa saat kemudian, Adriel berhasil menemukan Drasha. Hatinya hancur, air laut seperti jarum yang menusuk kulitnya, tapi Adriel sekuat tenaga berenang ke atas dengan satu tangan mendekap Drasha erat.
Begitu sampai di dek, Adriel mengangkat tubuh Drasha ke atas. Dia tidak peduli hampir kehabisan napas sampai terengah-engah. Pakaian mereka basah kuyup dan kembang api di atas sana masih meledak.
"Drasha… sayang… bangun… kamu dengerin aku, kan, sayang?"
Adriel menepuk-nepuk pipi istrinya dengan pelan lalu berubah panik. Pipi Drasha lembut tapi tidak hangat seperti biasanya.
Dan nadi Adriel seperti meledak ketika melihat peluru yang tertanam di sisi dada Drasha. Adriel dengan cepat menutup luka itu sampai darah mengalir di sela jarinya.
"DRASHA!"
"SAYANG!"
Adriel menunduk untuk memberikan napas buatan berkali-kali pada istrinya dengan bibir yang gemetaran.
"No… sayang… no… please... stay with me..." napas Adriel tercekat-cekat. Air matanya mengalir, menyatu dengan sisa air laut yang menetes dari rambut basahnya.
Seorang dokter kemudian memeriksa denyut nadi Drasha dan meminta agar segera dibawa ke medical suite.
Segera Adriel mengangkat istrinya. Dia kemudian menatap liar ke arah kegelapan laut yang diwarnai kembang api sejenak.
"CARI ORANG YANG MENEMBAK ISTRI SAYA!" teriaknya pada tim keamanan sebelum melangkah masuk.
Dan, Adriel tidak pernah menyangka momen honeymoon bersama Drasha istrinya tercinta berubah jadi mimpi terburuk di sepanjang hidupnya.
Drasha memang masih bisa diselamatkan, tapi istrinya itu dinyatakan koma. Dan, sekitar sepuluh hari berikutnya, Drasha meninggal di rumah sakit tempatnya dirawat.
Adriel hancur sehancur-hancurnya. Bahkan dia menerima saja amarah papa mertuanya yang menjadi-jadi karena dia dinilai melanggar janji untuk melindungi Drasha.
Semua terasa hampa.
Adriel tidak berhenti menangis bahkan setelah melihat Drasha dimakamkan.
Dia berkali-kali ingin mengakhiri hidupnya sendiri dengan berbagai cara, sampai mendaftarkan diri untuk menjalani prosedur eutanasia di Swiss.
Beruntung, kakak sepupunya yang bernama Kayrell selalu menggagalkan rencana Adriel.
BUGH!
Kayrel memberi pukulan telak di pipi Adriel sampai cowok itu terhuyung lemah tak berdaya.
"Kamu nggak sebodoh ini Adriel!"
Adriel menatap kosong. "Aku nggak bisa hidup tanpa Drasha… nggak bisa…"
Kayrell mengguncang bahu Adriel. "Sadar!"
"KAMU MASIH PUNYA AKU, OM LUCIAN, PUNYA KAKEK! KAMU TEGA NINGGALIN KITA SEMUA, HAH!?" rahang Kayrell mengeras.
"Aku nggak sanggup hidup, Kay…"
BUGH!
Satu pukulan mendarat lagi di pipi Adriel.
"FINE! KALAU KAMU MEMANG MAU MATI SILAKAN! TAPI BIARIN ORANG YANG NEMBAK DRASHA ITU BERKELIARAN!"
"…"
Mata Adriel yang basah terpaku. Tatapannya kemudian menajam seperti jarum es yang siap menusuk. Ya, dia sampai lupa kalau orang yang menembak istrinya belum ditemukan.
Akhirnya, Adriel memutuskan untuk mencari tahu dan akan merampas nyawa orang itu dengan tangannya sendiri.
Beberapa hari berikutnya, di depan makam Drasha, Adriel berdiri sambil mengusap cincin istrinya yang sudah dijadikan kalung. Cincin pernikahannya sendiri masih melingkar di jari manis Adriel.
"Sekarang aku ngerti rasanya jadi kamu, Drasha."
"Nggak peduli berapa lama, aku bakalan cari orang yang nembak kamu sampai ketemu. Setelah itu, aku akan nyusul kamu, sayang…"
Di momen yang sama tapi di belahan bumi lain, di sebuah tempat rahasia yang hanya diketahui oleh sekelompok orang, seorang wanita modis berdiri di depan dinding kaca tebal. Kedua tangannya menggenggam gagang payung hitam yang tak biasa.
Dia mencondongkan tubuh sedikit dengan bibir merah yang melengkung, menyeringai pelan.
Di balik kaca itu, seorang gadis terbaring di ranjang medis logam, tubuhnya tertutup selimut putih hingga dada. Kepala gadis itu dipenuhi alat-alat elektrode, kabel dan modul logam kecil yang berdenyut pelan.
Suara mesin berdetak ritmis.
Tik… tik… tik…
Kemudian…
Mata gadis itu bergetar dan terbuka secara perlahan-lahan.