NovelToon NovelToon
IKATAN PERJODOHAN

IKATAN PERJODOHAN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ivan witami

Arjuna dikenal sebagai sosok yang dingin dan datar, hampir seperti seseorang yang alergi terhadap wanita. la jarang tersenyum, jarang berbicara, dan selalu menjaga jarak dengan gadis-gadis di sekitarnya. Namun, saat bertemu dengan Anna, gadis periang yang penuh canda tawa, sikap Arjuna berubah secara drastis.

Kehangatan dan keceriaan Anna seolah mencairkan es dalam hatinya yang selama ini tertutup rapat. Tak disangka, di balik pertemuan mereka yang tampak kebetulan itu, ternyata kedua orangtua mereka telah mengatur perjodohan sejak lama. Perjalanan mereka pun dimulai, dipenuhi oleh kejutan, tawa, dan konflik yang menguji ikatan yang baru saja mulai tumbuh itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ivan witami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Senyum Itu Kembali

Juna tanpa kata menarik tangan Anna dan membawanya ke ruangannya, itu membuat semua orang melongo dan ketakutan.Anna hanya bisa memohon minta maaf pada Juna tetapi Juna terus menariknya.

“Pak, bagaimana ini. Anna termasuk kandidat kuat,” ucap staf yang membawa mereka ke lantai atas.

“Kalau sudah berurusan dengan putraku, sudah sulit. Aku pun tidak bisa membantahnya, terserah Juna saja. Oh iya, Aldo kamu urus yang lainnya,” titah pak Hamdan.

“Baik, Pak,” jawab Aldo, lalu Pak Hamdan pun melangkah ke ruangannya sendiri.

Di ruangan Juna, Anna menunduk tidak berani menatap tatapan dingin Juna yang duduk di meja kerjanya. Padahal Juna tersenyum dalam hati melihat tingkah konyol Anna.

“Pak, maaf. Saya tidak tahu kalau Bapak pimpinan juga disini? Maafkan saya,” lirih Anna.

Juna bangkit dari duduknya mengitari Anna.“Siapa nama kamu?” tanya Juna sedikit nada bicaranya menghangat.

“Anna, Pak. Tadi kan udah di kasih tahu di mobil.”

“Ok..,” jawab Juna melihat wajah takut Anna. Tetapi dimata Juna, Ana terlihat lucu dan menggemaskan.

Terdengar ketukan pintu ruangan Juna. ketukan itu mengagetkan Anna. Juna menoleh ke pintu yang terbuka, tampak seorang wanita paruh baya masuk dengan setumpuk berkas di tangannya.

“Ibu Sinta,bagaimana pelamar kerja yang lain, sudah bersama Aldo?” tanya Juna datar namun tegas.

Wanita itu mengangguk, “Iya, Pak. Sudah sama Aldo, dan beberapa poin yang perlu bapak periksa ulang mengenai kandidat yang lain setelah pak Aldo mewawancarai mereka. Tapi sebelum itu, saya ingin memastikan apakah keputusan bapak sudah final mengenai kandidat yang dibawa ke ruang ini?”

Juna menatap Anna sejenak, lalu mengangguk pelan. “Ya, saya ingin bicara langsung dengan Anna tentang sesuatu.”

Anna merasakan detak jantungnya semakin cepat. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan Juna. Dia hanya bisa berharap permohonannya sebelumnya diterima.

Wanita itu mengangguk, keluar ruangan dengan langkah tenang. Begitu pintu tertutup, Juna kembali menghadap Anna yang masih berdiri gugup.

“Anna,” Juna memulai, suaranya lebih lembut.

“Apa kamu tahu kenapa aku membawamu kesini?”

“Pasti soal kecoa tadi kan, Pak? Saya minta maaf. Saya memang takut sekali dengan kecoa.”

Juna tersenyum tipis melihat wajah imut Anna, “Salah satunya memang soal kecoa.”

Anna semakin ketakutan.“Lalu apa lagi,Pak?”

“Tidak ada.”

Anna mengusap peluh di dahi, mencoba mengatur nafas.“Jadi, Bapak membawa saya kemari untuk apa?”

Juna tersenyum tipis berdiri didepan Anna. Juna mengangkat dagu Anna.“Aku mau nagih janji traktiran kamu, kalau kamu diterima kerja, kamu mau mentraktirku, kan?”

“Hah? Bagaimana aku traktir Bapak, sedangkan aku belum tentu diterima. Lagian kalau diterima, aku gak bisa langsung traktir. Aku aja dikejar-kejar debt collector,” jawab Anna yang tiba-tiba merubah panggil ‘saya’ menjadi ‘aku’ suaranya yang tadinya lantang menjadi lirih dan terkesan lucu dimata Juna.

“Aku gak mau tahu. Terserah kamu pakai cara apa nanti waktu traktir aku, pakai ciuman juga boleh, kayak tadi,” bisik Juna sontak mendapat cubitan Anna di perutnya.

“Ouh, ouh, ouh… sakit,” desis Juna.

“Mangkanya jangan ngelunjak, mentang-mentang bos, jadi seenaknya.”

“Ya sudah, aku gak menerima karyawan kayak kamu yang suka menyiksa aku,” ucap Juna masih meringis karena Anna masih mencubitnya.

Pak Hamdan dan Aldo tercengang heran melihat Juna yang terkenal dingin menjadi hangat bersama Anna dan mereka mengira Anna dan Juna sudah saling kenal lama.

“Ahem!” pak Hamdan berdehem lalu masuk dan Aldo menutup pintunya.

Pak Hamdan berjalan menghampiri Juna yang ekspresinya kembali ke setelan pabrik, dingin, datar dan tidak enak dilihat.

“Kalian sudah saling kenal?” tanya pak Hamdan.

“Eum… tidak, Pak. Hanya kebetulan tadi pagi tidak sengaja bertemu dijalan dan Pak Juna menolong saya dari orang jahat,” jawab Anna sopan dan takut melihat pak Hamdan.

“Ouh, saya pikir kalian pacaran.” Pak Hamdan tertawa. Sedangkan Anna dan tersenyum tidak enak hati pada Juna yang ekspresi wajahnya masih datar.

“Oh iya, selamat ya. Kamu diterima di bagian desain. Saya dan Aldo sudah melihat hasil karya desain kamu. Bagus-bagus, selamat bergabung di perusahaan Adirasa fashion Grup,” ucap pak Hamdan sambil mengulurkan tangannya.

Dengan ragu Anna menyambut tangan pak Hamdan. “Serius, Pak?” Anna masih tidak percaya.

“Iya,” jawab Pak Hamdan.

“Terima kasih, Pak. Terima kasih banyak. Kapan saya mulai kerja, Pak?”

“Hari ini, kamu langsung bisa bekerja. Aldo tolong arahkan Anna ke ruangannya. Tapi sebelum itu ke ruangan HRD dulu, untuk konfirmasi identitasnya,” ucap Pak Hamdan.

“Baik, Pak. Mari, Non,” ajak Aldo.

Dengan bahagia Anna mengikuti langkah Aldo, tetapi saat hendak menutup pintu, Anna sekilas melihat Juna dan tersenyum tanda terima kasih.

Namun, Juna hanya melihatnya dengan tatapan elangnya dan seperti biasa tanpa ekspresi seperti mayat hidup.

Tetapi tak lama, kepala Anna muncul lalu menjulurkan lidahnya ke arah Juna.“Wekkk!” Anna kemudian menutup pintu rapat-rapat dan berjalan mengikuti langkah Aldo.

Juna hanya tersenyum tipis melihat Anna dari balik kaca besar ruangan. Senyum itu tidak sengaja dilihat pak Hamdan, namun pak Hamdan pura-pura tidak melihatnya.

“Syukurlah ada yang bisa membuat putraku tersenyum lagi,” ucapnya dalam hati.

Pak Hamdan menepuk pundak putranya.“Kamu ketemu Anna dimana?” tanya pak Hamdan hati-hati.

Juna hanya diam dan sekilas melihat orang tuanya, Juna merasa tidak perlu menjelaskan sesuatu yang sudah dijelaskan diawal oleh Anna.

Juna duduk di kursinya tanpa menghiraukan pak Hamdan. Merasa tidak dihiraukan pak Hamdan menghela nafas panjang lalu meninggalkan ruangan putranya.

Juna duduk di kursi kerjanya berwarna hitam yang sudah sangat akrab. Pandangannya terpaku pada layar komputer yang menampilkan spreadsheet dan email yang harus segera dibalas, tapi pikirannya melayang ke senyum Anna, bahkan saat Anna menjulurkan lidah terlontar jernih di benaknya. Anna, gadis itu, dengan kepolosannya, berhasil menembus benteng keras hatinya yang selama ini tertutup rapat.

Tak lama kemudian, sebuah ketukan pintu terdengar. Aldo masuk membawa berkas-berkas.“Kamu baik-baik saja, Jun?” tanya Aldo menyebut dengan sebutan nama saja saat berdua. Aldo menyadari ada sesuatu yang berbeda pada ekspresi Juna.

Juna menggeleng kecil. dan menghela nafasnya, menatap dingin Aldo. Aldo mengangguk memahami.

Tiba-tiba, dari balik pintu, suara pelan namun menggoda di telinga Juna.“Permisi,” suara Anna terdengar ceria dan lucu.

Anna muncul dengan kepala sedikit menengok sambil tersenyum manis, “Aku baru saja selesai urusan di kantor HRD. Terus disuruh datang ke ruangan ini. Jadi, kapan aku mulai kerja?”

Juna menghela napas panjang, “Sekarang, sebaiknya kamu mulai saja di sini, supaya aku bisa ‘mengawasi’ kamu dengan benar.”

“Bukannya aku dapat ruangan sendiri ya?” tanya Anna penuh selidik dengan ekspresi humornya.

“Anak magang sepertimu harus mendapat pengawasan langsung dariku,” ucap Juna datar.

Anna tertawa kecil, lalu masuk dan menaruh tasnya di sudut. Ia mengamati ruangan Juna yang rapi namun terasa dingin. Berbeda dengan sikap Anna yang ceria dan terbuka, ruangan ini dipenuhi ketegangan dan aura misterius.

Aldo tersenyum melihat tingkah Anna, sepertinya Anna bisa diandalkan untuk mencairkan batu es yang ada didalam hati Juna.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!