I Ketut Arjuna Wiwaha — atau Arjun, begitu orang-orang memanggilnya — pernah jatuh dalam perasaan yang salah. Cinta terlarang yang membuatnya kehilangan arah, membuat jiwanya hancur dalam diam.
Namun, saat ia hampir menyerah pada takdir, hadir seorang gadis bernama Saniscara, yang datang bukan hanya membawa senyum, tapi juga warna yang perlahan memperbaiki luka-lukanya.
Tapi apakah Saniscara benar-benar gadis yang tepat untuknya?
Atau justru Arjun yang harus belajar bahwa tidak semua yang indah bisa dimiliki?
Dia yang sempurna untuk diriku yang biasa.
— I Ketut Arjuna Wiwaha
Kisah cinta pemuda-pemudi Bali yang biasa terjadi di masyarakat.
Yuk mampir dulu kesini kalau mau tau tentang para pemuda-pemudi yang mengalami cinta terlarang, bukan soal perbedaan ekonomi tapi perbedaan kasta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Cinta terlarang Juna dan Dinda
🕉️🕉️🕉️
Juna memperhatikan punggung pria ini dan ketika berbalik dan ternyata ia adalah kakaknya sendiri.
"Apa? Datang-datang muka lu jelek Jun. sana cuci muka, biar glowing mukanya ya." ucap kakak tertuanya pada cowok itu yang hanya diam seribu bahasa tak percaya dengan apa yang ia temukan sekarang.
"Bli Yan ?" Juna bertanya-tanya dalam hatinya apa pria yang melukis tadi adalah kakaknya yaitu Bli Yan?
Kakaknya berlalu dari dapur begitu saja di ikuti oleh dua anjing kesayangannya sebut saja pengikut kakaknya.
Junapun pergi ke kamarnya dan besok harus bertanya kepada Wisnu perihal guru tersebut, apalagi Juna terkenal pastilah banyak orang yang tau tentang sanggar lukis, kecuali dirinya yang baru tau kalau kakaknya yang menjadi salah satu seniman di sana.
............
Ponsel Arjuna berdering dan membuatnya bangun dari tidur siangnya. Cowok itu yang meraba-raba tempat tidurnya dan menekan salah satu tombol, entah itu merah atau hijau karena Juna ngawur kalau bangun tidur.
"Halo, Jun ci dije ?"(kamu dimana?) tanya seorang cowok di sebrang sana yang entah siapa, Juna diam matanya masih terpejam menikmati mimpi indahnya itu.
"Ci? Dije?" (Kamu? Dimana?) tanya balik Juna yang entah apa yang ia pikirkan sekarang malah balik bertanya.
"Ii? CI DIJE ?" (Kamu dimana?) sang penelepon malah nge-gas, karena Juna baru nyadar kalau ia benar sedang memegang handphonenya itu dan bangun dari tempat tidur.
"Cang?" (Aku?) tanya lagi Juna yang masih mengumpulkan nyawanya untuk menghadapi kenyataan hari ini belum berakhir.
"Ci dije ?"( Kamu dimana?) tanya sekali lagi orang tersebut, Juna hanya tertawa mendengar pertanyaan dari temannya ternyata.
"Cang di Jumah."(aku di Rumah) jawabnya singkat sambil merebahkan dirinya ke kasur seakan ingin melanjutkan mimpi indahnya entah siapa yang ada di mimpinya.
..............
"Sabar Gung, kan Juna emang gitu." ucap Indra yang menepuk bahunya Gung san.
"Iya, kebiasaan emang dia mending kita kerumahnya ajah deh." ajak Gungsan pada Indra yang setuju. Tapi hujan menghalangi mereka untuk ke rumah Juna.
"Hujan Gung, mager."
Hujannya deras, dan mereka juga tak membawa jas hujan. Dan Gungsan mempunyai ide untuk menghentikan hujannya.
"Berhentiin hujannya!" ucap Gungsan pada Indra yang bingung pada temannya.
"Gue?" Gungsan menganggukan kepalanya setuju, dan Indra berpikir sejenak dan setuju untuk memberhentikan hujannya ini.
"Lo bisa kagak berentiin hujannya?" tanya Gungsan pada Indra yang hanya mengangguk. Indra memejamkan matanya sambil komat-kamit dan bertepuk tangan tiga kali.
Prok prok prok
Tiba-tiba hujannya berhenti seketika saat Indra bertepuk tangan. Gungsan kaget dengan apa yang dilakukan oleh temannya itu.
"Dra, berhasil." ucap Gungsan yang menepuk pundak Indra yang sadar lalu tertawa.
"Udah?"
Gungsan mengambil motornya di parkiran salah satu warung tongkrongan mereka.
"Gung belum, masih gerimis." panggil Indra pada cowok itu yang menghampirinya.
"Iya emang sih. Tapi ini kita ke rumah Juna ajah sekarang." Gungsan melajukan motornya ke rumah Juna sekarang.
"Juna, itu di cari sama temennya." ucap kakaknya yang memanggil adik itu yang malas untuk bangun, Wayan menariknya dan memaksakan untuk bertemu dengan temannya. Juna segera keluar dari kamarnya.
"Hah, ngapain kalian ke sini?" tanya Juna bingung melihat kedua temannya datang kerumahnya.
"Gue cuma mau memastikan ajah, lo baik-baik aja dikelas itu." ucap Gungsan
"Emang ada apa dengan kelas itu ?" tanya Juna heran dengan wajah bantalnya.
"Astaga Jun, lo baru bangun ya?" tanya Indra pada Juna yang hanya mengangguk sambil tertawa. Teman-temannya hanya merenggut kesal.
"Kelas itu isinya bad boy sama bad girl." jelas Gungsan pada Juna.
"Sube keto?" (Setelah itu) tanya Juna lagi pada Gungsan yang hanya menepuk jidatnya itu.
"Awas gen ci dadi play boy." (Awas aja kamu jadi playboy." jelas Indra yang menambahkan, Juna hanya diam dan menatap kedua temannya itu.
"Cang sing takut dadi play boy."(aku gak takut jadi play boy) ucap Juna pada kedua temannya itu. Yang menatapnya tajam, sudah biasa bagi Juna namun ia memang tidak terpengaruh dengan apa-apa sebelumnya. Termasuk play boy Juna tidak akan pernah jadi play boy.
"Udah sana pulang!? gue mimpi indah pelukan sama Jiso Black pink, kalian datang ambyar tuh." usir Juna pada kedua temannya yang kesal.
"Inget Jun, Lo masih punya Dinda tuh." ucap Indra pada Juna yang tetap saja menggiring mereka keluar gerbang rumahnya.
"Masa bodo sama Jiso black pink, kucing jalanan aja kagak mau sama Lo Jun," jelas Gungsan yang menaiki motornya dengan Indra di belakangnya hanya tertawa mendengar celotehan mereka.
Juna menatap kepergian kedua temannya itu yang melaju dengan motornya dan kembali ke kamarnya lagi. Ingin sekali ia tidur lagi dan melanjutkan mimpi indahnya.
"Jun," panggil kakaknya pada Juna yang menatapnya tajam, Juna bingung melihat tingkah kakaknya yang tiba-tiba muncul dari kamarnya.
"Engken, Bli Yan?"(kenapa Bli Yan) tanya Juna pada kakaknya itu yang menariknya ke kamarnya dan menunjukkan sesuatu di sana.
...............
Pagi yang cerah Juna seperti biasanya ke sekolah dengan Dinda. Gadis yang sama berprestasi di bidang seni itu adalah pacar seorang Arjuna dan sudah lama sekali mereka menjalin hubungan ini namun sayangnya cinta mereka itu terlarang.
"Jun, besok kita jalan yuk." ajak Dinda pada Juna yang menoleh ke arah gadis manis itu yang sekarang memasang wajah bahagianya.
"Besok ya?" tanya Juna dan membuka kalender di handphonenya ternyata hari jadi mereka yang pertama. Juna tersenyum pada Dinda yang selama ini sudah bersamanya.
"Aku jamin deh, kita pasti jalan bareng." ucapnya lagi pada Juna, yang menganggukkan kepalanya setuju.
"Kalau enggak kita undur ajah ya, jangan maksain juga." ucap Juna pada Dinda yang mengubah ekspresi wajahnya.
Arjuna tidak tega, jika tidak mengikuti kemauan dari Dinda dan berusaha untuk membuat hatinya berwarna lagi.
"Udahlah Dinda, nanti aku pikirin lagi ya." jelas Juna pada Dinda yang setuju, merekapun berpisah di tangga karena beda kelas.
................
Arjuna masuk ke dalam kelasnya dan melihat gadis kasar yang ~waktu itu Juna berusaha menghindar darinya. Caranya ia harus mencari seseorang yang pas untuk membuatnya menghindar.
Juna melihat gadis berkacamata dengan buku di pelukannya yang keluar dari perpustakaan. Juna punya ide dengan menunggunya di depan kelasnya dan mendekati gadis itu.
"Eh, gue boleh minta tolong gak?" tanya Juna pada gadis itu bingung dengan pertanyaan Juna. Manik mata yang dimiliki cowok itu membuatnya terpesona, namun pikirannya di tepisnya jauh-jauh.
"Minta tolong apa?" tanya gadis itu pada Juna, tanpa pikir panjang cowok itu merangkul bahu gadis yang dijuluki kutu buku.
"Lo ngapain?" Gadis itu menepis tangan Juna menahannya, dan membuatnya tidak bisa berkutik lagi.
"Tolong jauhin gue sama cewek genit itu Nis dan dengan cara ini gue bisa jauh dari cewek itu." bisik Juna padanya, Sanis yang hanya mengangguk mungkin ia setuju dengan pernyataan Juna.
"Cewek genit? Maksudnya Sella?" tanya Sanis pada Juna yang menganggukkan kepalanya setuju. Sanis mengerti dengan cara seperti ini mungkin ia bisa di jauhi namun, Sanis mempunyai firasat buruk tentang Sella.
Juna dan Sanis masuk ke kelas mereka dengan posisi Juna yang merangkul bahu Sanis. Semua yang ada di dalam kelas itu terlihat kaget dengan kedatangan mereka.
"Sella" Panggil seseorang pada gadis yang beranjak dari tempat duduknya menghampiri Juna dan Sanis.
Dengan wajah yang marah gadis itu mendorong Sanis ke lantai. Sanis tersungkur dan Juna dengan cepat menolongnya tanpa mengatakan apapun pada Sella.
"Sell, Lo ngapain sih ?" seorang gadis yang berani menghadapi Sella dengan mendorong bahunya itu membuatnya semakin murka.
"Dia sudah berani deketin Arjun!?" Marah Sella yang menatap tajam ke arah Sanis, beberapa teman Sella menariknya untuk duduk karena ada guru di depan pintu mendengar suara ribut.
"Urusan kita belum selesai ya." Sella menunjuk ke arah Sanis.
Juna membantu Sanis ke tempat duduknya itu, namun di tepis olehnya. Cowok itu merasa bersalah karena telah membuatnya masuk ke dalam masalahnya.
.............
"Wis, gue harus gimana? Sanis masuk kedalam masalah gue, yang terkenal di sekolah ini?" tanya Juna pada Wisnu yang menepuk pundak Juna.
"Gue rasa lo harus minta maaf sama Sanis." jawab Wisnu pada Juna yang menatapnya tajam.
"Wis, dia itu terkenal dan banyak yang mau sama dia dan lo minta dia sama Sanis lalu pacarnya di kemanain?"
"Kan cuma temenan sama Sanis nanti." jawab Wisnu seadanya, Juna mengangguk setuju pada pendapat temannya.
"Tinggalin Dinda!?" ucap seseorang yang sudah ada di belakangnya, cowok itu adalah saingan Arjuna di SMA Garuda Kencana.
"Lo lagi ?" Arjuna bangun dari tempat duduknya dan menghampiri cowok itu, dengan amarahnya yang memuncak saat ini.
"Iya, Juna. Lo harus tinggalin dia, karena Dinda cuma milik gue, karena hubungan lo dan Dinda gak akan di restui." jelas cowok itu yang meninggalkan kantin dan membuat hatinya kembali rapuh ketika mengingat hal itu.
Tepat waktu Dinda dan Gungsan datang ke kantin.
"Juna, jangan dengerin dia." Dinda menarik tangan Arjuna untuk pergi dari kantin.
"Hmm Dinda, aku mau sendiri dulu ya." ucap Arjuna yang melepaskan genggamannya dengan Dinda dan berlalu pergi begitu saja.
Arjuna melihat Sanis hanya diam saja tanpa ada bicara dengannya setelah kejadian tadi pagi.
"Hm, Sanis untuk yang tadi gue minta maaf karena gue, lo ada masalah sama Sella," Sanis menatap wajah Juna yang tulus dan matanya yang tulus itu mengungkapkan rasa bersalahnya karena karena kejadian tadi. Sanis mengalihkan pandangannya ke arah lain, sebelum ada sesuatu aneh yang ada di pikirannya.
"Iya, gue maafin." jawabnya lalu beranjak dari tempat duduknya. Namun Kris menghampirinya dan mengajaknya untuk pulang bersama.
"Nis, kita pulang bareng ya." Ajak Kris pada Sanis yang memperhatikan sekitar kelasnya yang ada dua gadis yang duduk di belakang kelas.
"Gak Kris, makasih gue pulang sendiri saja." tolaknya pada Kris yang menatap Sanis keluar kelas.
...........
Matahari mulai menyembunyikan sinarnya, sepulang sekolah tadi ia membeli bunga kesukaan Dinda. Juna sangat suka merangkai bunga karena kakak perempuannya yang dulunya pernah mengajarinya dan usaha menjual bunga.
"Om Swastiastu." Seseorang datang kerumahnya dengan mengucapkan salam, Arjuna beranjak dari tempatnya dan pergi ke depan gerbang rumahnya.
"Om Swastiastu," jawabnya pada wanita paruh baya dan mempersilahkannya untuk masuk.
"Silahkan duduk ibuk, ada apa nggih ?" tanya Juna sopan pada wanita itu.
Tanpa mendengarkan tawaran dari Arjuna, wanita itu tanpa basa-basi langsung menyambarnya dengan pertanyaan tak terduga.
"Arjun, apa Dayunda masih menjalin hubungan dengan kmu?" Tanya wanita paruh baya itu dengan wajah yang judes. Arjuna bingung dengan kedatangan ibu Dinda kerumahnya dan pertanyaan darinya, tapi setaunya keluarga Dinda tidak ada yang tau mereka memiliki hubungan sebagai sepasang kekasih.
"Iya ibuk, saya masih menjalin hubungan dengan Dayunda." jawab Juna tegas yang membuat wanita itu menangis di depannya. Arjuna semakin tertusuk banyak duri di dalam hatinya dengan hubungan itu cinta terlarang yang membuatnya sulit.
"Ibu, sudah bilang sama kamu Arjuna. Kalau ayah dari Dayunda tidak mengijinkan kalian untuk menjalin hubungan." Marah ibu Dinda dengan kedua tangannya di pinggang.
"Karena Dayunda sudah di jodohkan dengan yang sederajat dan mempunyai kasta yang sama dengannya. Jadi ibu mohon untuk Arjuna putuskan hubungan kalian berdua!?" Lanjutnya dan menegaskan pada Arjuna yang menelan kata-kata itu dengan mentah.
Ibu Dinda pamit kepada Arjuna yang berusaha tidak mengubah ekspresi wajahnya.
Besok adalah anniversary hubungan mereka yang ke 2 tahun, bagaimana caranya untuk membuat hati Dinda senang, kalau ia tau hal ini gadisnya akan merasa sedih?
Juna berusaha menghubungi Dinda namun nihil tak sekalipun ia mengangkat telepon darinya.
Apa yang harus Arjuna lakukan? Dinda tersakiti dan dirinya sangat tersakiti dari dulu hingga sekarang.
Bersambung ...........