NovelToon NovelToon
"Blade Of Ashenlight"

"Blade Of Ashenlight"

Status: sedang berlangsung
Genre:Dunia Lain
Popularitas:410
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di tanah Averland, sebuah kerajaan tua yang digerogoti perang saudara, legenda kuno tentang Blade of Ashenlight kembali mengguncang dunia. Pedang itu diyakini ditempa dari api bintang dan hanya bisa diangkat oleh mereka yang berani menanggung beban kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan Di Lorong Kota

Malam di Arvendral selalu punya dua wajah. Di atas, istana berdiri dengan menara emas yang berkilau, dipenuhi cahaya lentera bangsawan, penuh tawa pesta, dan suara musik yang tidak pernah berhenti. Tapi di bawah, lorong-lorong sempit berbau kotoran dan besi berkarat, tempat rakyat jelata bergelut dengan lapar, dingin, dan ketakutan.

Edrick Hale lahir di bawah, dan ia tahu wajah malam yang benar-benar jujur bukan yang bercahaya, melainkan yang bersembunyi di balik kegelapan.

---

Setelah pertarungan singkat di tepi sungai hitam, ia dan Selene berjalan menembus jalan berbatu yang nyaris kosong. Ashenlight disarungkan kembali, tapi pedang itu masih berdenyut pelan di punggungnya, seakan tidak mau benar-benar tidur.

“Bayangan itu,” kata Edrick, memecah diam, “apa yang mereka inginkan?”

Selene menoleh sekilas, wajahnya disinari cahaya obor jalan. “Bukan apa yang mereka inginkan, tapi siapa. Kau. Pedang itu tidak pernah bebas. Selalu ada sesuatu yang mencarinya, sejak ia ditempa.”

“Seolah aku punya pilihan,” desis Edrick.

Selene menatapnya lama, lalu menghela napas. “Tidak ada yang benar-benar punya pilihan di kota ini. Bahkan bangsawan pun tidak. Mereka terikat oleh ambisi mereka sendiri.”

---

Lorong yang mereka lewati berakhir di sebuah dataran rendah, tempat lampu-lampu minyak menggantung seadanya. Pasar malam masih ramai dengan penjual rempah, kain usang, dan minuman murahan. Tapi di balik hiruk pikuk itu, Edrick merasakan tatapan.

Ia berhenti, tangannya refleks ke gagang pedang.

Dari bayangan salah satu tenda, seorang pria bertudung muncul. Tingginya menjulang, bahunya lebar, dan dari cara ia bergerak, Edrick tahu ia bukan rakyat biasa.

“Anak Hale,” suara pria itu berat, nyaris bergemuruh. “Kau akhirnya mengangkat pedang itu.”

Edrick menegakkan tubuh. “Siapa kau?”

Pria itu menurunkan tudungnya. Rambutnya hitam panjang, wajahnya penuh bekas luka, dan matanya tajam seperti serigala. Ia memperkenalkan diri dengan nada singkat.

“Darius Crowe. Mantan ksatria kerajaan.”

---

Selene tampak kaget. “Crowe? Nama itu sudah dihapus dari catatan istana bertahun-tahun lalu. Mereka bilang kau mati di perbatasan.”

Darius tersenyum tipis, pahit. “Mati? Mungkin. Tapi kadang, lebih aman dianggap mati daripada hidup. Setidaknya itu membuatmu tak lagi jadi ancaman.”

Ia melangkah mendekat pada Edrick, sorot matanya menusuk. “Aku melihatmu menebas bayangan. Itu bukan hal kecil. Ashenlight memilihmu. Tapi dengarkan baik-baik: pedang itu bukan sekadar pusaka. Itu beban. Dan kerajaan akan mengirim seluruh kekuatannya untuk merebutnya darimu.”

Edrick mengepalkan tangan. “Biar mereka coba. Aku sudah kehilangan segalanya. Apa lagi yang bisa mereka ambil?”

Darius menatapnya lama, lalu menggeleng pelan. “Keberanian tanpa arah hanyalah bunuh diri. Kalau kau benar-benar ingin bertahan, kau butuh sekutu. Dan sekutu pertamamu berdiri tepat di hadapanmu.”

---

Selene menatap keduanya, lalu menghela napas berat. “Sekutu, atau jebakan baru?”

Darius hanya menoleh dengan senyum tipis. “Itu pilihan kalian. Tapi percayalah—aku tahu lebih banyak tentang pedang itu daripada siapapun di istana.”

---

Malam itu, di tengah pasar yang setengah sepi, Edrick membuat keputusan: menerima Darius ke dalam lingkaran kecilnya. Sebuah langkah yang kelak akan menuntunnya ke persimpangan lebih berbahaya daripada yang bisa ia bayangkan.

---

Namun mereka bertiga tidak menyadari, di atap kayu yang rapuh, mata lain sedang mengamati.

Seorang pelayan muda, kurus, dengan pakaian usang yang dulu dipakai istana. Gadis itu—Lyra—pernah menjadi pembawa air di ruang pertemuan bangsawan, sebelum diusir tanpa alasan. Ia menyaksikan semua yang terjadi, dari munculnya Ashenlight hingga percakapan dengan Darius.

Dan ia tahu, dengan informasi itu, ia bisa memilih dua jalan: menjual rahasia itu pada bangsawan dengan harga tinggi… atau mengikuti cahaya yang baru saja menyala di malam Arvendral.

---

Ketika mereka meninggalkan pasar, kabut tipis turun dari langit. Jalanan menjadi lebih sepi, suara tawa lenyap, digantikan gonggongan anjing liar.

Edrick menoleh pada Selene. “Kau bilang semua orang di kota ini terikat oleh sesuatu. Kalau begitu, kau sendiri terikat apa?”

Selene terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab dengan suara datar. “Aku terikat oleh dosa. Dan setiap kali aku menolong orang lain, itu hanya caraku mencoba melunasi hutang yang tak akan pernah lunas.”

Edrick menatapnya, ingin bertanya lebih jauh, tapi Darius menepuk bahunya. “Jangan terlalu dalam, anak Hale. Semua orang di kota ini punya rahasia. Termasuk kau.”

---

Malam semakin larut, tapi tidur jauh dari mereka.

Ashenlight berdenyut di punggung Edrick, seolah menolak diam. Bayangan terus mengikuti dari jauh, bisikan terus merayap di telinganya, dan untuk pertama kalinya, ia merasa dirinya bukan lagi hanya seorang pemuda yatim. Ia adalah pusat pusaran—pusaran yang bisa menelan seluruh Arvendral.

Dan jauh di menara emas istana, para bangsawan duduk di meja panjang, menerima laporan terbaru dari mata-mata mereka.

“Anak Hale telah mengangkat pedang.”

Suasana hening. Gelas anggur berhenti di udara.

Lady Corvane, bangsawan tua yang matanya tajam seperti burung hering, tersenyum dingin.

“Kalau begitu, malam yang kita tunggu akhirnya tiba. Siapkan perang, tapi jangan arahkan pada bayangan. Arahkan pada pewaris yang terbelah itu.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!