NovelToon NovelToon
"Blade Of Ashenlight"

"Blade Of Ashenlight"

Status: tamat
Genre:Dunia Lain / Tamat
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di tanah Averland, sebuah kerajaan tua yang digerogoti perang saudara, legenda kuno tentang Blade of Ashenlight kembali mengguncang dunia. Pedang itu diyakini ditempa dari api bintang dan hanya bisa diangkat oleh mereka yang berani menanggung beban kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~Bayangan Di Balik Api~

Benteng Calborne ternyata tidak sebesar yang dibayangkan Edrick. Hanya dikelilingi dinding batu sederhana dengan menara pendek di keempat sudutnya. Prajurit di dalamnya tidak lebih dari seratus orang, sebagian besar bekas tentara kerajaan yang memilih lari daripada tunduk pada Garrick.

Malam itu, setelah mereka beristirahat sebentar, Selene Ward memanggil Edrick, Mira, dan Darius ke ruang pertemuan.

Di atas meja kayu besar, Selene membentangkan peta Averland. Ada tanda-tanda merah menandai wilayah kekuasaan Garrick, dan tanda biru untuk wilayah yang masih bebas.

“Kau harus lihat sendiri,” kata Selene, menunjuk peta. “Dua pertiga Averland sudah jatuh ke tangan Garrick. Hanya beberapa benteng kecil yang masih melawan. Calborne salah satunya. Sisanya? Hanya menunggu waktu.”

Mira menunduk, wajahnya tegang. “Kalau begitu, kita tidak punya banyak pilihan. Kita harus kumpulkan sekutu sebelum dia menghabisi semua yang tersisa.”

Darius menambahkan, “Dan sekarang kita punya sesuatu yang bisa menyatukan mereka. Pedang Ashenlight. Itu lebih kuat daripada seribu pasukan kalau digunakan dengan benar.”

Edrick memandang pedang yang bersandar di kursi sampingnya. Cahaya birunya redup, seolah mendengar percakapan mereka.

“Aku bahkan belum tahu cara menggunakannya,” ujar Edrick. “Aku hanya menebas, dan pedang ini… entah bagaimana melindungiku.”

Selene menatapnya tajam. “Itu karena pedang bukan hanya senjata. Ashenlight adalah ujian. Kau akan belajar perlahan. Tapi untuk saat ini, kita harus bergerak cepat. Garrick pasti sudah tahu siapa yang membawa pedang itu. Dia tidak akan tinggal diam.”

Seolah menjawab kata-katanya, teriakan prajurit terdengar dari luar aula.

“Api! Mereka menyerang!”

Semua orang berdiri. Selene langsung meraih busurnya, Darius menghunus pedang, Edrick menyambar Ashenlight.

Mereka berlari keluar aula. Dari menara benteng, terlihat hutan di sekitar Calborne menyala merah. Api menyebar cepat, menyelimuti pepohonan.

“Ini taktik Garrick,” desis Darius. “Bakar hutan, paksa kita keluar.”

Anak panah berapi melesat dari balik pepohonan, menghantam dinding batu. Suara kuda dan teriakan prajurit bergema dari segala arah.

Selene berteriak lantang, “Semua prajurit ke posisi! Jangan biarkan mereka mendobrak gerbang!”

Benteng segera sibuk. Prajurit memegang tombak dan busur, naik ke atas dinding.

Edrick berdiri di halaman, pedang bercahaya di tangannya. Mira mendekat dengan wajah khawatir. “Edrick, kita baru saja tiba, dan sekarang mereka sudah di sini. Apa yang akan kau lakukan?”

Edrick menatap api yang makin mendekat. “Aku akan melakukan satu-satunya hal yang bisa kulakukan. Berjuang.”

 

Pintu gerbang benteng bergetar hebat ketika palu perang menghantamnya dari luar. Suara kayu retak terdengar berulang kali. Di atas dinding, para pemanah Calborne menembakkan panah bertubi-tubi, sebagian jatuh ke api hutan, sebagian menghantam perisai musuh.

“Gerbang tidak akan tahan lama!” teriak salah satu prajurit.

Selene berdiri di atas menara, melepaskan anak panah dengan tenang. “Tahan posisi! Jangan biarkan mereka masuk sebelum aku memberi perintah!”

Edrick menggenggam Ashenlight. Cahaya biru pedang itu semakin terang, seolah menuntutnya maju. Mira menahan lengannya.

“Edrick, jangan gegabah! Kau tidak tahu berapa banyak mereka di luar sana!”

“Aku juga tidak bisa hanya berdiri diam,” balas Edrick. “Kalau gerbang jebol, semua orang di sini mati.”

Pintu gerbang akhirnya runtuh dengan dentuman keras. Dari balik asap dan api, pasukan Garrick masuk, bersenjata pedang, tombak, dan perisai. Jumlah mereka jauh lebih banyak daripada prajurit Calborne.

Darius menghunus pedangnya dan berdiri di samping Edrick. “Ini saatnya kau buktikan pedang itu tidak memilih orang yang salah.”

Pasukan musuh menyerbu. Benteng Calborne berubah jadi medan pertempuran sengit.

Edrick maju pertama. Pedang Ashenlight berkilau, menebas musuh terdekat. Zirah baja terbelah seperti kertas. Cahaya pedang menyambar tiga prajurit sekaligus, membuat mereka terlempar.

Prajurit Calborne bersorak, semangat mereka terangkat.

“Lindungi pembawa pedang!” teriak Selene dari atas menara.

Mira tetap di belakang, membantu prajurit yang terluka dengan perban cepat. Tangannya gemetar, tapi pikirannya tetap fokus.

Sementara itu, Edrick mulai merasakan sesuatu yang aneh. Setiap kali ia menebas, pedang itu seolah bergerak sendiri, membimbing tangannya. Ia tidak sekadar mengayun, ia seolah mengikuti arus tenaga yang mengalir dari pedang.

Namun tenaga itu juga membuat tubuhnya berat. Setelah beberapa tebasan, dadanya sesak. Ia merasa seperti terbakar dari dalam.

“Edrick! Fokus!” teriak Darius, menebas prajurit yang hampir menghantam Edrick dari samping.

Edrick mengangguk, lalu kembali menebas. Satu demi satu musuh jatuh. Tapi pasukan Garrick terus masuk tanpa henti.

Garrick sendiri belum tampak. Hanya para perwiranya yang memimpin serangan. Salah satunya, pria tinggi dengan helm bertanduk, maju menantang Edrick.

“Aku Rothgar, tangan kanan Lord Garrick! Serahkan pedang itu, bocah!”

Ia menyerbu dengan kapak besar. Benturan pertama membuat tanah bergetar. Ashenlight menahan, percikan cahaya menyilaukan semua orang di sekitar.

Pertarungan mereka jadi pusat perhatian. Semua pasukan berhenti sejenak, menonton.

Rothgar terus menyerang, kapaknya menghantam dengan kekuatan brutal. Edrick terdesak, tangannya bergetar. Tapi setiap kali ia hampir jatuh, pedang Ashenlight bercahaya lebih terang, menyalurkan tenaga tambahan.

Akhirnya, Edrick mengayun ke atas. Bilah bercahaya itu menembus dada Rothgar, membuatnya jatuh berlutut.

“Tidak… mungkin…” Rothgar terbatuk darah, lalu ambruk ke tanah.

Sorak prajurit Calborne menggema. Musuh yang melihat komandannya tumbang mulai ragu.

Tapi suara trompet dari kejauhan menggema. Pertanda pasukan Garrick belum habis.

Mira berlari menghampiri Edrick. “Kau baik-baik saja?”

Edrick terengah, keringat membasahi wajahnya. “Aku… bisa bertarung… tapi pedang ini… hampir menghabisiku.”

Darius menepuk pundaknya. “Kau melakukannya dengan baik. Tapi ingat, ini baru permulaan. Garrick pasti akan datang sendiri setelah ini.”

 

Pasukan Garrick mundur untuk sementara setelah Rothgar tumbang. Api di sekitar benteng masih berkobar, menerangi malam. Prajurit Calborne sibuk memadamkan kobaran api dengan ember air dan pasir, sementara yang lain mengangkat tubuh kawan yang gugur.

Edrick duduk di dekat dinding, pedang Ashenlight bersandar di tanah. Cahaya birunya perlahan meredup. Nafasnya berat, seolah paru-parunya terbakar. Mira sibuk merawat luka di lengannya dengan perban kain.

“Kau tidak bisa terus seperti ini,” kata Mira tegas. “Kalau setiap kali bertarung pedang itu hampir menghabisimu, cepat atau lambat kau akan mati.”

Edrick menunduk. “Aku tidak punya pilihan. Tanpa pedang ini, aku tidak mungkin bertahan.”

Darius ikut duduk di dekat mereka. Wajahnya serius, penuh bekas debu dan darah. “Pedang itu tidak hanya senjata, Edrick. Itu beban. Semakin kau memakainya, semakin berat tuntutannya. Tapi Averland butuh orang yang berani menanggungnya.”

Edrick mendongak menatap Darius. “Kau bicara seolah tahu lebih banyak tentang pedang ini. Apa yang sebenarnya kau tahu?”

Darius terdiam sejenak, lalu berkata pelan, “Aku dulu bagian dari pasukan kerajaan yang menjaga legenda pedang itu. Raja percaya Ashenlight hanya boleh digunakan saat Averland berada di ambang kehancuran. Dan sekarang, saat itulah.”

Selene mendekat, membawa selembar kain peta kecil. Ia meletakkannya di tanah. “Garrick tidak akan berhenti. Kekalahan malam ini hanya menunda serangannya. Dia akan datang dengan pasukan lebih besar. Kita harus bergerak sebelum benteng ini jatuh.”

“Ke mana?” tanya Mira.

Selene menunjuk bagian utara peta. “Ada kota bernama Highridge. Masih ada dewan bangsawan kecil yang belum tunduk pada Garrick. Kalau kita bisa membawa pedang ke sana, mungkin mereka mau bersatu melawan.”

Edrick menatap peta, lalu pedang di sampingnya. “Kau ingin aku jadi semacam simbol?”

Selene mengangguk. “Lebih dari itu. Kau harus jadi pemimpin. Orang tidak akan mengikuti Darius atau aku, tapi mereka akan mengikuti orang yang dipilih Ashenlight.”

Edrick terdiam. Ia tidak pernah berpikir jadi pemimpin. Ia hanya ingin balas dendam pada Garrick. Tapi sekarang semua orang menatapnya, seolah masa depan Averland tergantung padanya.

Mira memegang bahunya. “Kau tidak sendiri. Aku akan ikut. Kita sudah kehilangan rumah, tapi mungkin kita bisa menyelamatkan yang lain.”

Edrick menarik napas panjang. “Baik. Kita pergi ke Highridge. Kalau pedang ini bisa jadi alasan orang bersatu, aku akan menggunakannya.”

Darius tersenyum tipis. “Itu jawaban yang kutunggu.”

Malam itu, setelah pertempuran mereda, benteng Calborne beristirahat. Prajurit tidur seadanya, api unggun redup, dan hanya sedikit penjaga di menara.

Edrick tidak bisa tidur. Ia menatap Ashenlight yang bersinar samar di sampingnya. Suara dalam kepalanya berbisik lirih, entah nyata atau hanya halusinasinya:

"Kebenaran adalah beban. Maukah kau memikulnya?"

Edrick menggenggam gagang pedang itu. “Kalau itu satu-satunya jalan untuk menghancurkan Garrick… aku tidak akan mundur.”

Di luar dinding, jauh di balik hutan yang masih berasap, Garrick berdiri menatap benteng kecil itu dari atas kuda hitamnya. Wajahnya muram, penuh amarah.

“Jadi bocah itu benar-benar bisa mengangkat pedangnya…” gumamnya.

Seorang perwira mendekat. “Perintahmu, Tuan?”

Garrick mengepalkan tinju. “Kumpulkan semua pasukan. Benteng itu boleh jatuh besok, lusa, atau bulan depan. Tapi aku ingin bocah itu dibawa padaku hidup-hidup. Ashenlight akan jadi milikku, apapun caranya.”

1
Siti Khalimah
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!