NovelToon NovelToon
Gadis Yang Kalian Singkirkan

Gadis Yang Kalian Singkirkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Cewek Gendut
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: nita kinanti

Niat hati hanya ingin membalas perbuatan sepupunya yang jahat, tetapi Arin justru menemukan kenyataan yang mengejutkan. Ternyata kemalangan yang menimpanya adalah sebuah kesengajaan yang sudah direncanakan oleh keluarga terdekatnya. Mereka tega menyingkirkan gadis itu demi merebut harta warisan orang tuanya.

Bagaimana Arin merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nita kinanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Datanglah ke Pesta!

Arin hanya diam selama perjalanan pulang. Kata-kata para pembantu tadi begitu membekas di hati Arin. Mereka dulu bekerja untuk keluarga Arin. Tetapi, setelah Arin miskin, mereka seperti sangat membenci Arin.

"Tidak usah kamu dengarkan omongan mereka tadi!" kata Darsih penuh sesal. Seandainya tadi dia menuruti kata-kata Arin untuk segera pergi tentu Arin tidak perlu mendengar semua hinaan tadi.

Darsih dulunya adalah pembantu di rumah Arin. Dia memutuskan untuk berhenti bekerja di keluarga Laksmana saat Arin di usir dari rumahnya.

Memang waktu itu Pandu, adik dari almarhum papa Arin, memberi Arin sebuah rumah. Dia sengaja membeli rumah itu untuk ditinggali Arin. Meskipun sangat sederhana, Arin sangat bersyukur atas pemberian Om nya itu.

Tapi Arin masih terlalu kecil untuk tinggal sendirian. Darsih yang mengetahui hal itu tidak tega lalu memutuskan untuk menemani Arin tinggal di rumah itu hingga kemudian mengangkatnya menjadi anak lalu mereka tinggal bersama.

Arin sendiri tidak begitu mengerti bagaimana keluarganya bisa tiba-tiba menjadi miskin. Waktu itu dirinya baru berusia sepuluh tahun. Yang dia ingat adalah Angga Laksamana, papanya mengalami kecelakaan yang menyebabkan koma. Setelah satu bulan tidak sadar, Angga dinyatakan meninggal dunia.

Beberapa hari setelah kematian Angga, Pandu Laksamana, adik Angga memberitahu kalau perusahaan yang dimiliki Angga mengalami kebangkrutan. Semua aset peninggalan Angga disita untuk melunasi hutang.

Lusi, mama Arin terkejut mendengar hal itu. Dia terkena serangan jantung lalu meninggal beberapa hari kemudian. Setelah itu hidup Arin berubah seratus delapan puluh derajat. Arin yang tadinya Nona muda berubah menjadi yatim piatu dan tidak punya apa-apa.

"Tetapi yang mereka katakan memang benar. Selama ini aku hanya beban bagi ibu. Aku memang hanya bisa merepotkan ibu," lirih Arin, menundukkan kepala untuk menyembunyikan rasa bersalahnya.

"Siapa bilang? Ibu merasa sangat beruntung karena kamu mau menganggap aku sebagai ibumu." Tatapan mata Darsih yang begitu tulus seakan ikut meyakinkan jika dia mengatakan yang sebenarnya.

"Maafkan aku, Bu. Seharusnya aku tidak melanjutkan kuliah di luar kota. Seharusnya aku tahu diri dan memikirkan kondisi keuangan ibu. Ibu pasti sangat kesusahan karena aku." Jasa Darsih kepada Arin benar-benar tidak terhitung. Perempuan itu rela berkorban demi dirinya padahal mereka tidak ada hubungan keluarga. Entah bagaimana nasib Arin jika tidak ada Darsih.

Memang biaya sekolah Arin ditanggung oleh Pandu hingga dia lulus SMA. Tetapi Darsih yang merawat dan membesarkan Arin juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Apalagi pekerjaan Darsih yang hanya buruh serabutan, tentu kehadiran Arin membuat hidupnya semakin berat. Tapi Darsih ikhlas melakukannya. Dia menyayangi Arin seperti anaknya sendiri karena memang sudah mengenal Arin sejak dia masih bayi.

"Kamu bicara apa? Menguliahkanmu di luar kota adalah keinginan ibu. Kasus itu telah menghancurkan hidupmu. Kamu tidak punya masa depan di kota ini, Rin. Kamu tahu itu!" balas Darsih dengan suara tegas.

"Kenapa ibu mau datang ke rumah itu?!" Tidak mau mengingat kasus memalukan itu, Arin pun mengalihkan pembicaraan.

"Ibu bekerja, Rin. Mereka ada pesta dan kekurangan orang di bagian dapur, jadi ibu diminta untuk bantu-bantu. Bukankah ibu sudah memberitahu kamu lewat pesan, kemarin?"

"Setiap bulan aku mengirim uang untuk Ibu? Apa uang yang aku kirimkan tidak cukup? Apa perlu aku tambah lagi? Lagipula ibu seharusnya tidak boleh bekerja terlalu berat. Ingat hipertensi ibu," tutur Arin mengingat ibunya menderita hipertensi yang sudah menahun.

Perempuan itu tersenyum penuh kasih. "Ibu sehat-sehat saja, Rin. Uang yang kamu kirim juga sudah lebih dari cukup, malah kebanyakan. Tapi ini bukan soal jumlah. Ibu sudah terbiasa bekerja. Rasanya badan ibu sakit-sakit kalau ibu hanya berdiam diri di rumah," kilah Darsih.

Bukan uang tujuan utamanya bekerja di rumah keluarga Laksmana. Ada sesuatu yang tidak bisa dia beritahukan kepada Arin karena memang belum saatnya.

"Tapi aku khawatir. Perasaanku tidak tenang. Karena itulah aku segera pulang untuk memastikan," tutur Arin mengingat bagaimana buruknya sifat Tania dan mamanya.

Padahal bukan sekali ini Darsih bekerja di rumah keluarga Laksmana hanya saja Arin tidak mengetahuinya.

Arin hanya pulang beberapa kali selama delapan tahun kepergiannya. Itu pun hanya untuk mengunjungi Darsih, tidak dengan keluarga besarnya yang lain.

"Kamu tadi bertemu Om dan tantemu?" tanya Darsih. Arin hanya menggelengkan kepala.

"Sudah bertahun-tahun kamu pergi. Dari kamu lulus SMA sampai sekarang kamu sudah memimpin sebuah perusahaan. Apakah belum cukup?" tanya Darsih lagi.

Saat ini Arin memimpin sebuah perusahaan di kota X. Tuan Aji Saka, pemilik perusahaan yang Arin pegang, memiliki beberapa perusahaan yang tersebar di kota-kota besar di negara ini dan Arin dipercaya untuk mengelola salah satunya.

"Ibu sudah bilang padamu kalau minggu depan pesta pertunangan Tania. Undangan untukmu sudah dititipkan kepada ibu. Datanglah!"

"Buat apa?" tanya Arin tak bersemangat.

"Buat mengingatkan orang-orang kalau kamu masih ada. Kamu anak Angga Laksmana. Pemilik sah... " Darsih tidak melanjutkan kalimatnya.

"Pemilik sah apa? Rumah itu, maksud ibu?" tanya Arin. Darsih hanya mengangguk mengiyakan, takut kelepasan bicara.

"Tidak, Bu. Rumah itu sudah menjadi milik Om Pandu. Dia menebusnya dari bank setelah rumah itu dinyatakan disita." Setidaknya, seperti itulah yang Arin dengar.

"Aku tidak mau mengusik Om Pandu. Tante Fatma dan Tania memang jahat. Tetapi Om Pandu tidak. Dia sudah cukup baik dengan membiaya sekolahku selama ini."

"Dia memiliki delapan pembantu yang tinggal di rumahnya, tetapi tidak bisa memberikan satu kamar saja untuk keponakannya?" cibir Darsih.

"Apa ibu lupa jika dia memberiku sebuah rumah? Dia memberikannya setelah aku diusir. Aku yakin tante Fatma tidak tahu jika rumah yang kita tinggali adalah pemberian Om Pandu," bela Arin.

Arin tahu arah pembicaraan Darsih. Sampai saat ini Arin tidak tahu kenapa ibu angkatnya itu tidak begitu menyukai Omnya. Padahal menurut Arin, Pandu sangatlah baik, berbeda dari istri dan anaknya. Seringkali Arin harus meyakinkan ibunya kalau Pandu tidaklah jahat.

"Om Pandu tidak jahat, Ibu," ulang Arin. "Dia hanya takut kepada Tante Fatma. Om Pandu mau saja menerimaku tapi dia tidak bisa karena menjaga perasaan istrinya."

"Terserah kamu, Rin." Darsih mengalah untuk menutup perdebatan tentang Pandu.

"Yang jelas ibu ingin kamu datang ke pesta itu. Tania sudah menghancurkan hidupmu. Dia hidup bahagia sementara kamu terus berkutat dengan luka. Ibu tidak terima. Ibu ingin kamu membalasnya!" kata Darsih berapi-api. Arin yang menjadi korban kejahatan Tania tetapi Darsih terlihat lebih menyimpan dendam kepadanya.

"Datanglah ke pesta itu. Setidaknya, lakukanlah sesuatu yang akan dia ingat seumur hidupnya seperti kamu mengingat perbuatannya kepadamu!"

1
Makhfuz Zaelanì
ini lanjut ga sih thor🤔
Randa kencana
Ceritanya Sangat menarik
Soraya
heran knp bukan pandu yang merawat Arin pdhl dia pamannya Arin kok malah mbok Darsih yang merawat Arin
Soraya
good Airin
Soraya
penasaran lanjut thor
Soraya
mampir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!