Gisva dan Pandu adalah pasangan kekasih yang saling mencintai. Seiring berjalannya waktu, hubungan keduanya semakin merenggang setelah kehadiran seseorang dari masa lalu.
Hingga saatnya Pandu menyadari siapa yang benar-benar dia cintai, tapi semua itu telah terlambat, Gisva telah menikah dengan pria lain.
**
“Gisva maaf, aku harus ke rumah sakit sekarang juga, Kalila kecelakaan.”
Pandu hendak berbalik badan, tapi tangannya ditahan Gisva. “Tunggu mas.”
“Apalagi Gis, aku harus ke rumah sakit sekarang juga, Kalila kritis.”
“Hiks.. Hiks… Mas kamu tega, kamu mempermalukan aku mas di depan banyak orang.” Gisva menatap sekeliling yang tengah pada penasaran.
“GISVA! sudah aku bilang aku buru-buru. Hari pertunangan kita bisa diulang dihari lain.” Pandu melepaskan tangannya sekaligus membuat Gisva terhuyung dan terjatuh.
“Mass…” Panggil Gisva dengan suara bergetar.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka berdua? baca di bab selanjutnya! 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athariz271, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum kasih kabar
“Tunangan? Kamu udah tunangan?”
“Hahah, biasa aja kali.” Alin terkekeh.
“Hehe, aku kaget aja. Terus kalian LDR dong?” Tanyanya memastikan.
“Iya. Awalnya perjodohan keluarga, tapi…” Alin senyum-senyum sendiri dengan wajah yang memerah, membuat Gisva langsung terkekeh mengerti.
“Tapi kamu menyukainya?” Goda Gisva.
“Udah ah, lupain! Maaf ya, malah cerita kemana-mana.” ucap Alin malu-malu.
“Gapapa kok, aku seneng punya teman baru.” Gisva berucap santai.
Tak lama pelayan datang menyajikan pesanan mereka. Aroma seafood yang menggugah selera langsung memenuhi indra penciuman.
"Wah, kelihatannya enak banget!" seru Gisva dengan mata berbinar.
"Iya. Ayo makan!"
Keduanya mulai menyantap hidangan yang telah dipesan. Mereka makan dengan lahap sambil terus berbincang-bincang.
Hingga Gisva berpamitan ke toilet lebih dulu. Alin mengangguk dan melanjutkan makannya, sambil menunggu Gisva kembali.
Di dalam toilet, Gisva membasuh wajahnya. Ia menatap dirinya di cermin. "Kenapa Mas Naresh belum kasih kabar juga?" batin Gisva dengan perasaan khawatir.
Sebuah perasaan tak nyaman merayapi hatinya, lebih dari sekadar rindu. Tapi ada firasat aneh yang membuatnya gelisah. Ia mencoba menenangkan diri, menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.
Gisva meraih ponselnya lagi, membuka daftar kontak, dan menatap nama Naresh. Jari-jarinya ragu untuk menekan tombol panggil. Ia takut mengganggu perjalanan suaminya, apalagi Naresh pergi untuk membereskan suatu masalah.
"Mas, kamu di mana sih?" gumam Gisva lirih, matanya mulai berkaca-kaca. Ia merasa sangat sendirian saat ini.
Menghela napas panjang, Gisva mencoba mengusir pikiran-pikiran negatif. "Nggak, aku gak boleh mikir yang aneh-aneh. Mungkin Mas Naresh lagi sibuk banget." ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri, meskipun hatinya tetap bergemuruh.
Setelah beberapa saat Gisva memutuskan untuk kembali, ia tak ingin Alin menunggunya terlalu lama. Gisva membasuh wajahnya sekali laii, menghapus air mata yang sempat menetes tadi, lalu merapikan penampilannya.
Dengan langkah yang sedikit berat, Gisva keluar dari toilet. Ia melihat Alin sedang asyik mengobrol dengan ponsel.
“Maaf ya, lama.” Gisva kembali duduk.
“Eh Gis, iya gapapa kok.” Alin memberi Gisva kode untuk menyelesaikan obrolannya, sepertinya gadis itu sedang menelpon seseorang.
“Hallo Alina, kamu dimana?” Terdengar suara cukup kencang dari sebrang sana.
Degh..
Seperti ada sesuatu yang membuat Gisva merasa familiar dengan suara itu. Jantungnya berdegup kencang, seolah mengenali nada dan intonasi itu.
Namun, ia segera menepis pikiran itu. Mungkin hanya kebetulan, atau mungkin ia terlalu merindukan Naresh hingga suara siapapun terdengar mirip. Ia tidak ingin membuat asumsi yang tidak-tidak, apalagi menanyakannya langsung pada Alin. Itu akan sangat canggung dan tidak sopan.
“Nggak lah. Mana mungkin mereka saling mengenal.” Pikir Gisva, apalagi mengingat Alin yang tinggal diluar negeri.
Gisva memilih untuk diam dan melanjutkan makannya, berusaha fokus pada rasa seafood yang lezat. Ia mencoba mengabaikan percakapan Alin di telepon, meskipun suara itu terus berdengung di kepalanya.
"Maaf ya, Gis. Jadi keganggu." kata Alin kembali menyuapkan makananya.
"Nggak apa-apa kok, santai aja." jawab Gisva.
"Itu tadi tunangan aku. Dia nanyain lagi di mana." jelas Alin.
Gisva hanya mengangguk, tidak ingin bertanya lebih lanjut. Ia tidak ingin mencampuri urusan pribadi Alin, apalagi mereka baru saja saling mengenal.
"Oh ya Gis, kamu mau ke mana habis ini?" tanya Alin.
"Aku mau langsung pulang aja. Udah capek juga." jawab Gisva.
"Ya udah deh. Kapan-kapan kita ketemu lagi ya." kata Alin. “Sekalian minta nomor kamu ya,” Alin menyodorkan ponselnya pada Gisva.
"Iya, kapan-kapan kita atur lagi ya." Gisva menerima ponsel Alin dan mengetikan nomor miliknya.
Keduanya menyelesaikan makan siang mereka dan beranjak dari restoran.
“Kapan-kapan ajak suami kamu, kita double date.” Alin melambaikan tangan sembari menjauh.
“Oke…”
Bersambung…
Happy reading, jangan lupa bintang 5 nya. 🥰🥰🥰