NovelToon NovelToon
LUCKY BABY- WANITA KARIR BERTRANSMIGRASI MENJADI BAYI

LUCKY BABY- WANITA KARIR BERTRANSMIGRASI MENJADI BAYI

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Anak Genius / Budidaya dan Peningkatan / Transmigrasi
Popularitas:25.6k
Nilai: 5
Nama Author: julieta

Clarissa, yang terikat oleh sistem terpaksa harus menjalani dua kehidupan lagi agar dia bisa mati dengan tenang.
Setelah dalam kehidupan sebelumnya, suskses sebagai wanita karir yang dicintai oleh keluarga dan semua orang, kini dia terlempar ke jama di era 80 an yang terlahir sebagai bayi dari keluarga buruh tani miskin yang tinggal di desa Sukorejo.
Misi kali ini adalah mengentaskan keluarganya dari kemiskinan dan menjadi wanita suskse seperti sebelumnya.
Mampukah Clarissa yang kini bernama Lestari,seorang bayi dengan otak dan pemikiran wanita dewasa,yang sudah pernah jatuh bangun dalam menjalankan usahanya mampu menyelesaikan misinya?
Kehidupan di era 80 an tidaklah mudah, keterbatasan alat dan juga masih tingginya praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) membuat hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Lestari yang dalam kehidupan sebelumnya banyak ditunjang oleh kemajuan teknolgi dan percepatan informasi.
Penasaran...
ikuti terus kisa Lestari dalam cerita ini!
HAPPY READING...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SUARA HATI TERDENGAR

Sebelum matahari benar-benar tenggelam, kedua anak Supardi, Gito dan Aan datang dari sawah, disusul oleh si bungsu Narto yang tubuhnya penuh dengan lumpur setelah main bersama teman-temannya dipematang sawah sambil menunggui kedua kakaknya bekerja.

“Mandi dan bersihkan badan kalian, baru bisa masuk!”, Supardi sudah menghadang ketiganya di depan pintu sambil berkacak pinggang, membuat ketiganya pun hanya bisa mendengus kesal berjalan ke belakang menuju sumur untuk mandi.

Dimasa ini, beberapa rumah sudah memiliki sumur dan memiliki bilik dari kayu sebagai tempat untuk mandi. Tapi kebanyakan anak lelaki mandi langsung di tepi sumur dan kamar mandi hanya dipergunakan oleh orang dewasa saja.

“Bapak benar-benar pelit! Masa mau masuk dan melihat adik saja harus mandi dulu!”, gerutu Narto, sambil mengerucutkan bibirnya karena kesal.

“Adik itu masih bayi. Kalau kamu masuk kerumah dalam keadaan kotor, kasian adik kalau sampai kena kuman dan sakit”, ucap Aan, anak kedua dengan bijaksana. Menuturkan apa yang pernah diajarkan oleh gurunya disekolah.

Ya, Aan dan Gito sudah bersekolah. Aan kelas 3 SD sementara Gito sang kakak sudah berada dikelas 6 SD.

Mereka membantu pekerjaan ayah mereka disawah selepas pulang sekolah sehingga bisa mendapatkan uang untuk meringakan beban kebutuhan keluarga tapi tak meninggalkan kewajiban mereka sebagai pelajar.

Sementara adiknya, Narto yang berumur enam tahun, tahun depan baru akan masuk SD.

Di era tahun 80 an, bagi keluarga miskin, banyak anak yang tak bisa masuk TK karena minimnya dana sehingga mereka akan langsung memasukkan sang anak ke SD setelah usianya menginjak tujuh tahun.

Begitu badan tiga bersaudara ini telah bersih dan berganti pakaian, ketiganya pun masuk kedalam kamar kedua orang tuanya yang hanya ditutupi oleh selambu.

“Ibu, apakah adikku sudah bangun?”, tanya Narto bersemangat.

“Adikmu masih tidur. Apa kamu mau lihat?”, tanya Srikandi kearah bocah lelaki berusia enam tahun itu.

Narto sangat bersemangat dan segera maju untuk melihat adik perempuannya. “Cantik sekali. Pipinya juga sangat lembut”, ucapnya sambil telunjuknya menoel-noel pipi sang adik.

“Adik sangat cantik, siapa namanya bu?”, tanya Aan sama bersemangatnya dengan Narto yang kini telah mengelus pipi lembut dan cubby adik perempuannya yang baru lahir.

“Namanya Lestari. Kalian bisa memanggilnya Tari”, jawab Sri sambil tersenyum hangat.

Suasana berisik membuat bayi perempuan tersebut terusik dan terbangun. “Ck, belisik sekali. Sangat mengganggu!”, gerutunya tak senang.

Deg,

Semua orang dalam ruangan terdiam mendengar suara seorang gadis kecil dengan akses cadel yang tampaknya sedang memarahi mereka.

Bahkan Supardi yang baru masuk setelah selesai menyeduh jamu habis melahirkan yang dibuat mak Supat hanya bisa terdiam membeku di pintu kamar, sambil mengarahkan kedua bola matanya, menyusuri seluruh isi kamar.

“Mas, siapa tadi yang memarahi kita?”, tanya Narto berbisik kepada Aan dengan ekpresi ketakutan.

Tak ada respon dari Aan, Nartopun menggoyang-goyangkan lengan sang kakak. “Mas! Mas tadi dengar kan suara itu”,ucapnya lagi.

Aan yang ditanya pun hanya bisa mengangguk tanpa bersuara karena dia sendiri juga masih terkejut.

Bayi perempuan yang terbaring dalam buntalan selimut diatas ranjang, sudah sadar sepenuhnya. “Apa ini kelualgaku?”, ucapnya sambil mengamati satu persatu orang yang ada dalam ruangan.

Selama tidur, dialam bawah sadarnya dia memasuki ruang dimensinya dan mendaptkan banyak informasi penting mengenai kehidupan masyarakat di era tahunn 80 an, terutama mengenai struktur keluarga dan kondisi mereka yang dijelaskan dengan begitu rinci sehingga diapun bisa mempelajarinya dengan seksama.

Saat ini, dia terlahir sebagai bayi di era tahun 80 an didalam keluarga miskin yang berada di desa Sukorejo, salah satu desa di kaki gunung yang mayoritas penduduknya hidup sebagai petani.

Karena keluarga mereka sangat miskin dan tak memiliki lahan maka ayah, ibu dan kedua kakaknya yang sudah cukup umur bekerja sebagai buruh tani untuk membantu perekonomian keluarganya.

Menyadari jika tampaknya yang tadi berbicara adalah bayi yang ada disamping Srikandi, semua orang pun memusatkan perhatian kepada Tari.

Tari tak tahu jika suara hatinya bisa didengar oleh keluarganya, masih sibuk mengabsen satu persatu orang yang ada dalam kamar.

“Yang sangat cantik ini pasti ibuku”, ucapnya sambil menatap Srikandi dengan lembut.

“Dan yang tampan sambil memegang gelas itu pasti ayahku”, ujarnya lagi, membuat Supardi yang baru melangkah masuk kembali membeku ditempat mendengar suara yang mengenalinya.

Sebelum Supardi dan yang lainnya kembali bereaksi, suara lembut dan halus itu kembali terdengar.

“Yang menatapku tajam ini pasti ketiga kakak lelakiku”, ujarnya lagi.

Melihat pakaian yang dikenakan oleh anggota keluarga barunya yang penuh dengan tambalan dan lusuh, hati Tari merasa sangat sakit.

Ia ingin secepatnya tumbuh besar agar bisa membantu perekonomian keluarganya dengan pengalaman dan kecerdasan yang dimilikinya, untuk mengentaskan keluarganya dari kemiskinan dan menyelesaikan tugas yang system berikan kepadanya.

Bayi perempuan itu menatap ketiga saudaranya dengan seksama dengan perasaan campur aduk karena kondisi tubuh ketiganya yang kurus dengan kulit sedikit coklat akibat sering terpapar sinar matahari.

Setelah memandang mereka dengan intens, barulah dia sadar jika kemampuan membaca pikiran seseorang bisa dia terapkan dengan cara menatap seseorang dengan seksama.

Melihat kakak ketiganya terlihat ketakutan dan terus berguman ada hantu dalam hatinya, sementara dua kakak lelakinya yang lainnya tampak tengah membaca doa-doa yang dia tak tahu artinya dalam hati, membuat sang bayi mengkerutkan kening sangat dalam.

“Aku bukan hantu! Aku manusia! Aku adik kalian!”, bayi perempuan itu kembali menggerutu sambil memonyongkan bibirnya, membuat Srikandi yang sedari menatapnya dan melihat banyaknya ekpresi yang diperlihatkan oleh bayinya merasa gemas.

“Tari kenapa? Apa ada yang tak nyaman sayang?”, ucap Srikandi sambil mengusap kening sang putri dengan lembut, hingga kerutan yang sempat tercetak mengendur.

Dengan isyarat mata, Srikandi mengkode suaminya untuk membawa ketiga anaknya keluar untuk berbicara.

Srikandi tahu jika putrinya ini sangat istimewa, selain memiliki weton yang sangat bagus dan penuh dengan berkah, dari mak Supat dia tahu jika sewaktu hendak melahirakan ada cahaya terang yang masuk kedalam perutnya.

Hal itu pertanda bagus dan juga buruk. Bagus karena putri yang baru dilahirkannya tampaknya sangat diberkati. Buruk jika sampai ada yang tahu dan berusaha mencelakainya sehingga tadi dia sempat mendiskusikan hal ini dengan sang suami yang ternyata juga telah diberitahu oleh mak Supat sebelum pulang, sewaktu ketiga anaknya belum kembali.

Diluar, diruang keluarga yang hanya ada tiga kursi yang reyot, Supardi mendudukkan ketiga anaknya dan coba berbicara dengan mereka.

“Yang kalian dengar tadi adalah suara hati adik kalian. Yang perlu kalian tahu, adik kalian itu terlahir dengan penuh berkah sehingga sangat istimewa. Bapak harap, kabar ini tak sampai tersebar keluar agar tak menimbulkan masalah untuk adik kalian dan keluarga kita”, ucap Supardi menjelaskan.

Ketiganya menganggukkan kepala jika mereka paham akan apa yang bapaknya ucapkan

“Kami janji tak akan memberitahukan hal ini kepada siapapun”, ujar Gito bijak.

“Ya, kami akan melindungi adik dan tak akan membiarkan orang lain menyakitinya”, ucap Aan menimpali.

“Aku juga berjanji kepada bapak, tak ada satupun kata yang keluar dari mulutku mengenai hal ini”, ucap Narto sambil melakukan gerakan seolah menutup mulutnya dengan resleting, kebiasaan baru yang dilakukannya bersama teman-temannya jika mereka memiliki rahasia yang tak ingin diketahui orang lain.

Supardi merasa lega, ketiga anaknya sangat pintar sehingga bisa menempatkan diri dalam situasi apapun.

Sementara itu didalam kamar, Srikandi beberapa kali tersenyum tipis mendengar celotehan putrinya dalam hati.

Dia sama sekali tak menyangka akan memiliki putri yang sangat cerewet seperti ini padahal dia, suami dan ketiga anaknya merupakan orang yang pendiam.

“Tak apalah Tari cerewet. Dengan begini, rumah tak akan menjadi sepi lagi nantinya”, guman Srikandi dalam hati.

Sementara Tari yang sedari tadi terus mengoceh sendiri dalam hati sambil mencoba untuk menggerakkan tangan dan kakinya, merasa sangat kelelahan sehingga dia tertidur setelah disusui oleh sang ibu.

Begitu tubuh Tari tertidur, jiwanya segera memasuki ruang dimensi yang sistem tinggalkan. Disini Tari bisa bebas bergerak, meski tubuhnya masih kecil tapi dia tak seperti bayi di dunia nyata yang tak bisa melakukan apapun seorang diri.

“Ya, hanya didalam sini aku bisa bebas bergerak dan bisa melatih kekuatan serta kecerdasanku”, gerutunya sambil berlarian kesana kemari mempraktekkan ilmu beladiri yang dimilikinya yang masih seperti kehidupan sebelumnya.

Meski tubuhnya sekarang masih kecil, setidaknya dia bukan bayi yang tak bisa berbuat apapun dan bertekad dalam hati agar dia bisa membuat keluarganya mengalami perubahan yang besar dalam hidupnya, terutama dalam hal pendapatan sehingga keluarganya bisa hidup dengan layak.

1
Lala Kusumah
🤣🤣🤣🤣🤣 Mak Solikah puyeng
Yizhan
kalau bisa double up
Yizhan
lanjut
Anita Rahayu
3 eps dong thor mantap
Mimi Johan
Lanjut n semangat
Ida Kurniasari
semangat thor
Andira Rahmawati
kurangggg thorrr up lagi dongggg..😍😍💪💪
Sribundanya Gifran
lanjut thor
diara
lanjut baca
Lala Kusumah
rasain Lo Lela 😡😡😡😡
Lyvia
semangat thor, suwun upnya
FAISHAL GAMING
luarbiasa
Mimi Johan
Lanjut Thor n semangat
Pakde
lanjut thor
Ida Kurniasari
up lagi thorrr
Mimi Johan
Semangat Thor
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut
Aydin Syam
yah Thor masa habis Thor..bnyakin upnya Thor masa kaya hubungan sih di gantung melulu kan ngak enak thor
Lala Kusumah
lagi seru serunya eh habis, lanjuuuuuuuuut Thor 🙏🙏🙏
Wahyuningsih
yah abiz thor, d gantung kita gaes kayak jemuran 😅😅😅 pling pinter ni author bikin orang penasaran 😁😁 d tnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma upnya thor sellu jga keshtn n tetp semangaaaaaaat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!