Cintaku Yang Tak Berharga

Ruang makan keluarga hadi begitu hening tak ada yang berinteraksi sama sekali. Hanya terdengar dentingan garpu dan sendok menemani acara makan malam mereka.

Dara melirik suami dan putranya yang makan dengan tenang tak bersuara. Jadi dara berinisiatif mencairkan suasana dengan membuka suara mengajak anaknya ngobrol.

"nak, bagaimana hari ini sekolahnya? Apa menyenangkan?"tanya dara pada davin.

Sedangkan davin tak berminat menjawab pertanyaan ibunya.

"davin mama tanya sama kamu sayang?"ucap dara karena tak ada respon dari anaknya.

"aku sudah selesai."davin tak mengindahkan ucapan mamanya dan meninggalkan meja makan menyisakan dara yang begitu sedih menatap kepergian anaknya.

"hmm..."hadi menghela nafas melihat kejadian itu, ia begitu lelah bekerja dan harus disuguhkan pemandangan anak dan istrinya yang tak akur membuatnya kesal dan muak dengan keluarganya.

Hadi bangun dari duduknya dan meninggalkan dara sendirian dimeja makan.

Dara menitikan air mata melihat anak dan suaminya begitu acuh dan dingin padanya. "aku pantas mendapatkannya, karena selama ini aku menjadi ibu yang buruk dan istri yang egois untuk mereka."gumam dara menyalahkan dirinya sendiri atas sikap anak dan suaminya.

"nyonya ada nyonya alina didepan ingin bertemu dengan nyonya."mbok asih mendekati dara yang masih terdiam sendirian dimeja makan.

"mama.. malam-malam begini?"dara tersadar dari kesedihannya dan kaget mendengar ibu mertuanya datang malam-malam seperti ini.

"ma.. apa kabar?" sapa dara kepada ibu mertuanya.

"baik sayang, kamu apa kabar?"sambut alina memeluk menantu kesayangannya.

"baik ma, tumben mama datang malam-malam begini, ada apa ma?"tanya dara yang kini mereka duduk bersisian.

"tak ada, mama hanya rindu padamu dan davin yang sudah lama tak main ke rumah."jawab alina.

"maaf ma, jika belakangan ini aku jarang ke rumah mama, davin dan mas hadi juga sedang sibuk dengan sekolah dan pekerjaannya jadi kami belum sempat datang ke rumah mama."balas dara.

"tak apa sayang, tak usah terlalu dipikirkan. Mama mengerti kesibukan kalian."ucap alina.

"tapi mama tenang saja rencananya minggu ini, kami akan menginap dirumah mama dan kami juga sudah janjian dengan jihan dan liam. Dan mereka juga setuju karena anak-anak sudah mulai liburan sekolah." jelas dara.

"benarkah seperti itu? Syukurlah akhirnya mama tidak begitu kesepian jika ada anak-anak."ucap alina.

Dara yang mengerti sifat ibu mertuanya pun menanyakan sekali lagi tentang tujuannya ibu mertuanya itu sampai harus datang malam-malam seperti ini.

"ma, ada apa? Aku yakin masih ada yang masih belum mama katakan, kan?"pancing dara.

"hmm.. kau begitu mengerti mama, jangan khawatir ini bukan masalah besar." balas alina.

"ada apa ma? Beritahu aku."desak dara.

"ini masalah jihan, ia tetap tak mendengar saran mama tentang penampilannya."akhirnya alina membuka masalahnya pada dara.

"tapi bukan kah itu sudah biasa? mungkin memang jihan nyamannya seperti itu. dan selama ini tak ada masalah dengan itu semua."bela dara pada temannya sekaligus adik iparnya.

"hmm.. ya mungkin selama ini tak ada masalah, atau mungkin kita tidak tau kan bagaimana rumah tangga mereka yang sebenarnya selama ini."ucapan alina ada benarnya juga tapi kenapa tiba-tiba ibu mertuanya itu kembali mengungkit masalah ini.

"apa ada yang mama khawatir tentang rumah tangga mereka? Atau mama sebenarnya tau apa yang terjadi pada rumah tangga mereka?"tanya dara.

"vina telah kembali."ucap alina

Satu kata dari alina sudah membuat dara paham kenapa mertuanya itu sangat khawatir hingga menekan jihan sampai seperti ini. Karena rahasia umum jika perasaan vina terhadap liam bukan hanya perasaan sebagai sepupu melainkan perasaan cinta.

Mereka semua sudah tau itu tapi memilih diam dan mengabaikan karena tak mau terlalu ikut campur urusan rumah tangga liam.

Tapi menilik dari seberapa beraninya vina mendekati liam yang berakhir pulang dalam keadaan mabuk dan tawaran menyingkirkan jihan dari keluarga prayoga.

Dara paham betul bagaimana rumitnya masalah ini bagi ibu mertuanya.

"iya aku sudah tau vina telah kembali. dan belum lama ini dia datang menemuiku, menawarkan kerjasama untuk menyingkirkan jihan dari keluarga prayoga dan membantunya menjadi istri liam.

Mendengar tawaran gilanya itu, aku yakin betul dia memang tak berubah. justru ku rasa ia makin terobsesi untuk menjadi istri liam.

Karena kesal mendengar omong kosongnya itu, aku langsung mengusirnya dan mengatakan aku tak ingin dilibatkan dalam masalahnya dengan jihan." ucap dara dengan santai tapi dari nada bicaranya alina paham betul jika menantunya itu benar-benar kesal berhadapan dengan vina.

"keputusanmu sudah benar dengan mengusirnya dan tidak terlibat dalam masalah mereka."sahut alina membenarkan tindakan menantunya itu.

"dan mama harap kedepannya tak lagi berhubungan dengan vina." ucap alina.

"sulit ma, karena bagaimanapun ia masih keluarga kita dan yang paling disayangkan dia mendapat dukungan penuh dari nenek."ucapan dara benar dan alina makin kesal mengingat itu.

"ya setidaknya kita batasi saja berinteraksi dengannya, mama tak ingin karena masalah ini akan berimbas pada kesehatan nenek."ucap alina.

"aku harap semuanya berjalan dengan seharusnya."sahut dara mencoba berpikir positif tentang masalah vina ini.

Tapi ia menyangsikan masalah ini akan selesai semudah ini. Karena dari yang dara tau vina itu bukanlah tipe wanita yang mudah menyerah ditambah dengan sikapnya yang egois dan dukungan dari nenek, ini semua tidak akan mudah.

"mudah-mudahan saja vina itu sedikit punya otak, kalau tidak masalah ini akan berlarut-larut dan akan mengakibatkan banyaknya hal yang dikorbankan."batin dara.

"dan aku berharap masalah jihan dan vina ini tak berimbas pada mas hadi dan hubungan kami."sambung dara memikirkan nasib rumah tangganya juga akan turut terseret jika hadi tau dan turut ikut campur dalam masalah jihan dan vina ini.

"ma, boleh aku minta satu hal?"ucap dara pada mertuanya.

"apa?"alina menatap menantunya dan menemukan kekhawatiran dari wajah dara.

"aku minta mama tak memberitahu semua ini pada mas hadi."ucap dara memberanikan diri meminta itu pada mertuanya, karena dara sangat khawatir dengan rumah tangga.

"kau tenang saja mama tidak akan melibatkan kalian terutama hadi dalam masalah ini. tenangkan dirimu dan percayakan semuanya pada mama, kau hanya perlu fokus pada apa yang kau lakukan sekarang."ucap alina menangkan menantunya.

Alina tau perasaan hadi terhadap jihan walaupun anak sulungnya itu menyembunyikannya begitu rapat.

Dan perubahan dara yang ingin memperbaiki rumah tangganya, itu semua tak lepas dari pengawasan alina.

Sebagai ibu alina memang menginginkan yang terbaik untuk anak dan menantunya. dan mencoba menjadi penengah bagi permasalahan yang anak dan menantunya hadapi.

Maka ia akan melakukan apapun untuk kebaikan rumah tangga anak-anaknya agar selalu bahagia.

"terima kasih, ma" dara memeluk ibu mertuanya merasa lega karena ibu mertuanya itu selalu mendukungnya.

"sama-sama sayang. teruskan usahamu meluluhkan hati suami dan anakmu. Mama selalu mendo'akan yang terbaik untuk keluarga kalian." ucap alina membalas pelukan menantunya dan mengelus punggungnya halus.

"aamiin, selalu do'akan aku ya ma agar dapat melakukannya."

"iya sayang."

Tanpa mereka ketahui pembicaraan mereka diketahui oleh hadi.

"kau egois ra, kau masih memikirkan dirimu sendiri diatas masalah dan penderitaan temanmu sendiri. yang telah begitu baik padamu dengan menerima dan merawat putra kita seperti anaknya sendiri.

Tapi aku tidak bisa hanya diam melihat semua ini terjadi padanya. Aku akan melakukan sesuatu, suka atau tidak suka aku akan tetap melakukannya."ucap hadi yang telah kembali keruangannya setelah mendengar pembicaraan dara dan mamanya yang membahas jihan.

.

.

.

.

.

Tbc