Novel ini kelanjutan dari Cinta di atas menara ( pencuri hati pria lumpuh)
Arabella adalah seorang gadis muda yang terpaksa menikahi seorang pria yang sangat membenci wanita.
Di matanya semua wanita adalah sumber penderitaan.
Tapi seiring berjalannya waktu pemikiran itupun berubah,dan semua sudah terlambat.
Perlakuan kasar dan tidak manusiawi yang Bella terima selama ini telah mengubah hatinya yang tak lagi menginginkan cinta dari suaminya. Bella pun memilih pergi meninggalkannya. Nah apa yang akan terjadi selanjutnya?
Dan siapakah Arabella? adakah hubungannya dengan Devan dan Andara? Bagaimana kisah selanjutnya..?
Yuk simak di karya terbaruku.
Jangan lupa like, subscribe dan komentar yang baik baik ya 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2
" Baiklah aku bersedia menyerahkan putriku untuk melunasi semua hutangku" Ucap Bertrand dengan suara berat, wajahnya tertunduk seakan menahan sebuah tekanan batin yang cukup berat.
Bella yang duduk di ruang sebelah dan dapat mendengar semuanya dengan jelas, air matanya mengalir begitu saja, hatinya hancur, perih kecewa, begitu tahu papanya menyetujui pinangan tuan Raga untuk dijodohkan dengan putranya.
Raga tersenyum tipis " Aku dengar putrimu sangat cantik tuan Bertrand, saya berharap dia bisa meluluhkan hati putraku"
Deg
Ada rasa sakit dan bayangan kekerasan tergambar jelas di dalam benaknya" Astaga, semoga saja nasip buruk tidak menimpa putriku, maafkan papa nak, papa tidak punya pilihan lain" Batin Bertrand.
Raga mengangkat tubuhnya dan berdiri tegak sambil membenarkan Jaz mahalnya, tangannya ia julurkan ke depan '' Baiklah tuan Bertrand, 5 milliar sudah berhasil saya transfer, lamaran juga sudah di terima, sekarang saya permisi pulang untuk kembali ke kantor "
Bertrand menyambut uluran tangan Raga dengan sebuah jabat tangan, hatinya sungguh sakit, tapi perjanjian sudah disepakati dan tidak bisa dibatalkan lagi. Demi melunasi hutang perusahaan dan membangunnya kembali, dia harus merelakan putrinya.
Raga melangkah keluar dari rumah kecil yang beberapa bulan ini menjadi tempat tinggal keluarga kecil Bertrand setelah perusahaannya terlilit banyak hutang dan nyaris gulung tikar.
Tiba tiba sebuah suara membuat Raga berhenti melangkah dan bayangan masa lalu kembali berputar di pikirannya.
" Arabella, tolong mama nak, mama mau masak buat kamu tapi mama tidak bisa keluar rumah jadi kamu yang belanja ya"
Suara itu mengingatkan Raga pada seseorang yang sangat dicintainya namun tidak pernah bisa dimilikinya. Raga terdiam sejenak dan menoleh pada sebuah ruangan dengan jendela kaca terbuka namun terhalang sebuah tirai.
Nampak duduk di kursi roda seorang wanita yang tidak asing baginya namun wajahnya tidak terlihat dengan jelas karena angin sore itu cukup kencang membuat tirai menghalangi pandangannya.
" Ada apa tuan Raga?" Suara Bertrand dari arah belakang mengagetkan Raga.
" Oh tidak tuan Bertrand, tidak ada apa apa , wanita itu?" Raga menatap ke arah wanita dengan kursi roda yang berada di ruang sebelah.
Bertrand tersenyum tipis" Oh dia istri saya tuan, sudah sejak lama dia lumpuh "
Raga ikut tersenyum tipis " O begitu, baiklah tuan Bertrand saya permisi dulu. Sampai ketemu dua hari lagi di hotel xxx , nanti saya yang menyiapkan semuanya. Anda tinggal datang saja bersama putri anda "
Bertrand pun mengangguk, Raga pun pergi meninggalkan tempat itu.
...🧡🧡🧡...
" Kamu bersedia menikah atau mengakui kamu kalah Saga Mahendra" Singkat namun pedas dan sangat dalam.Raga berdiri tegak di sudut ruangan dengan kedua tangan dilipat di dadanya.
Saga tak menjawab apa apa, nampak raut wajahnya yang merah menahan amarah, rahangnya mengeras.
" Sekali lagi papa bertanya? Kamu mau menuruti kemauan papa untuk segera menikah atau kamu mengaku kalah dan takut jatuh cinta pada seorang wanita " Raga berjalan pelan mendekati Saga yang masih berdiri mematung.
" Cukup pa! Saga muak dengan semua aturan papa, lebih baik Saga tinggalkan rumah ini dan kembali ke luar negeri!" Suara Saga yang terdengar berat memecah keheningan di antara mereka kemudian melangkah pergi namun suara Raga menghentikan langkahnya.
"Satu langkah kamu meninggalkan rumah ini, maka aku bekukan semua aset kamu dan kamu mengakui kekalahanmu, papa sudah tidak perduli lagi dengan hidup papa, papa akan bakar tempat ini dan kita hancur bersama sama" Ucap Raga yang terdengar jelas tidak main main.
Saga memutar tubuhnya dan menatap ke arah Raga yang terlihat mengerikan, matanya merah dan rahangnya mengeras. Tatapannya tak kalah tajam darinya, keduanya sama sama dikuasai ego yang tak terelakkan.
Saga menghela nafas panjang, angin malam menyapu halus namun sangat terasa tajam bagaikan pedang.
" Pa, ini mau papa?" Ucap Saga memecah keheningan.
Raga menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar
" Papa sudah tidak bisa lagi merasakan hidup yang sesungguhnya, rasanya tidak ada gunanya lagi papa berada di sini, papa akan pergi"
" Baiklah pa, Saga ikuti kemauan papa, tapi pernikahan tidak akan pernah mengubah apapun" Saga pun melangkah pergi setelah menyelesaikan ucapannya.
Raga tersenyum tipis karena usahanya telah berhasil.
Raga kembali ke tempat duduknya dan mulai membuka sebotol minuman beralkohol yang selalu menemani kesehariannya di dalam kesepian dan kerinduannya pada sosok wanita yang selama ini tidak pernah hilang dari ingatannya.
" Mas Raga, aku mencintaimu mas malam ini kita habiskan malam bersama" Ucap wanita itu kemudian mendaratkan ciumannya di bibir Raga.
Dengan sangat bahagia Raga pun menyambutnya dan mereka saling berpagutan, melumat dan menikmati malam yang dingin ini dengan penuh kehangatan.
" Sayang malam ini kamu milikku" Bisik Raga yang sudah dikuasai kabut gairah yang sangat pekat dan tidak bisa lagi dihentikan.
Wanita itu pun memberikan balasan, dengan satu tarikan saja bajunya sudah terlepas, dan terpampanglah sebuah pemandangan yang terindah di dalam hidupnya.
" Mas sangat mencintaimu sayang" Ucap Raga kemudian mulai menjamah tubuh wanita itu dan mencumbuinya dengan lembut . Keduanya sama sama menikmati indahnya cinta dan mencapai puncak kenikmatan bersama sama.
Lenguhan demi lenguhan mereka keluarkan hingga nafas panjang dan berat yang mereka tahan dapat terlepas bersamaan dengan semburan kebahagiaan.
" Mas Raga, aku bahagia, aku mencintaimu mas"
" Mas juga sayang, sangat mencintaimu "
" Tapi maaf mas, aku tidak bisa terus bersamamu aku harus pergi "
" Tapi sayang ,aku tidak bisa hidup tanpamu, hidupku terasa mati tanpa dirimu sayang "
" Tidak mas, aku harus pergi "
" Tunggu ,jangan pergi ''
"Andara!"
" Hahhh Andara? Paman, paman Raga bangunlah paman , ini sudah pagi paman?" Najwa menggoyang goyangkan lengan pamannya yang masih memejamkan matanya di sofa dengan gelas dan beberapa botol minuman beralkohol yang sudah kosong.
" Pasti paman semalam mabuk berat, kebiasaan yang sangat tidak baik. Tapi dia memanggil manggil nama Andara, siapa dia? Selama aku tinggal di sini aku tidak pernah tahu ada kerabat atau temannya paman yang bernama Andara" Gumamnya sendiri.
Najwa sudah siap untuk berangkat ke kampus, tapi membiarkan pamannya berada di sofa sendirian sangatlah tidak baik apalagi dalam keadaan mabuk berat, kalau sampai terjadi sesuatu padanya pasti akan merasa sangat bersalah karena bagaimanapun Raga adalah orang yang membesarkannya hingga saat ini.
" Aduh apa aku hubungi kak Saga ya agar ke sini dan menjaga paman, tapi kakak sepupuku yang arogan itu pasti tidak mau dan justru memarahiku, Najwa kamu tidak perlu mengurusi laki laki itu, pergi saja urusi saja urusanmu sendiri! Hah bagaimana ya" Gumamnya sendiri.
Akhirnya setelah menunggu beberapa saat dua ART yang bekerja di rumah Mahendra pun tiba dan itu sangat membuat hati Najwa lega " Mbak, titip paman ya ? Jaga dia aku mau ke kampus dulu, sebentar lagi kak Saga juga pasti datang"
" Iya non, non tenang saja kami pasti awasi tuan besar sambil kami bekerja" Jawab kedua Art itu.