Seorang gadis yang duduk di bangku SMA yang mempunyai kepribadian yang ceria dan selalu tersenyum.
seketika semuanya berubah ketika dia di jodohkan oleh orang tuanya dengan CEO yang sangat kejam dan tak tau belas kasih.
Semua keceriaan nya dan senyum nya berubah menjadi tangisan.
hiks hiks kak jangan pukul aca"
aca terisak CEO yang telah menjadi suaminya , memukul nya tanpa belas kasihan.
apakah aca sanggup menghadapi CEO yang kejam , dingin dan tak berperasaan dan yang telah menjadi suami sah nya itu dengan belah kasihan .
Dan apakah aca bisa mengubah sifat dingin dan kejam suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21.PERHATIANN KECIL ALDO
CEO kejam suamiku - 21
PERHATIANN KECIL ALDO
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Assalamualaikum semuanya ✨
Sebelum baca jangan lupa like dan komen ya dukungan kalian buat aku semangat nulis cerita 😚😋
Rintik hujan mulai jatuh perlahan ketika mobil mereka menyusuri jalanan kota. Aca bersandar di kursi, mengusap jendela yang mulai berkabut, memandangi jalan yang kini mulai basah dan gemerlap oleh pantulan lampu-lampu jalan.
Aldo menggenggam setir lebih erat saat mobil terasa sedikit oleng.
"Eh?" gumamnya.
Aldo merasakan gejala yang tak bisa diabaikan ban mobil terasa goyah. Ia menepi perlahan dan berhenti di depan sebuah gerai Al*amart, Benar saja satu ban mobilnya bocor.
"Kayaknya bannya bocor" ujar Aldo sambil menatap kaca spion.
Aca ikut menoleh ke luar "Pas banget depan Al*amart Untung masih bisa berhenti berteduh di sini"
Aldo menoleh pada Aca "Kamu turun dulu ya Berteduh di situ, saya mau telepon supir buat jemput kita"
Aca pun mengangguk dan turun. Ia berdiri di bawah atap Al*amart sambil memeluk tubuh sendiri, merasa udara mulai dingin. Sementara itu, Aldo sibuk menelepon orang suruhannya untuk mengurus mobil dan menjemput mereka.
Setelah selesai menelepon Aldo menghampiri Aca dan berkata "saya mau beli minuman hangat dulu kamu mau ikut?"
Aca menggeleng "Nggak kk Aca tunggu di sini aja"
Aldo pun masuk ke Al*amart. Sementara itu, Aca menatap hujan yang semakin deras. Air mengalir di sepanjang jalan, menciptakan irama yang tenang sekaligus menyentuh.
Namun ketenangan itu terusik saat ia melihat seorang bocah laki-laki kecil berlari menembus hujan, tampaknya ingin berteduh di tempat yang sama. Sayangnya bocah itu tersandung dan jatuh tepat di depan gerai.
Aca langsung berlari ke arahnya tanpa pikir panjang. Ia menembus hujan, mendekati anak kecil itu yang sedang menahan tangis.
"Adek nggak apa-apa?" tanya Aca dengan nada panik tapi lembut.
Anak itu mengangguk pelan sambil meringis. Lututnya terlihat berdarah karena jatuh di aspal.
Aca segera membopong anak kecil itu dan membawanya ke depan Al*amart. Pakaian Aca kini basah kuyup, rambutnya lepek, dan tubuhnya mulai menggigil Tapi ia tak peduli.
Ia mendudukkan si bocah di kursi kecil dekat kasir dan memeriksa lukanya dengan hati-hati.
Tak lama Aldo keluar dari dalam toko, membawa dua cup minuman hangat. Ia berhenti sejenak saat melihat Aca dalam keadaan kuyup dan wajahnya yang pucat. Matanya menatap tajam, sedikit marah.
"Aca" suara Aldo terdengar berat. "Kamu kenapa bisa basah begitu?"
Aca menoleh pelan sambil mengusap rambutnya. "Tadi Aca lihat anak ini jatuh kk Aca nggak tega liat dia sendirian, kehujanan, dan luka"
Aldo mendesah panjang Ia tak bisa memarahi Aca, Ia tahu Aca selalu berhati lembut. Ia menatap bocah kecil itu lalu berkata "Tunggu sini saya beli ambilin obat dan hansaplast."
Aldo pun kembali masuk ke dalam toko, Tak lama ia keluar membawa perban kecil, kapas alkohol, dan plester. Ia menyerahkannya ke Aca yang langsung membersihkan luka anak itu dengan lembut dan sabar.
Setelah selesai, anak itu mengucapkan terima kasih pelan sebelum dijemput oleh seseorang yang ternyata ibunya.
Hujan belum reda ketika mobil jemputan yang Aldo panggil akhirnya tiba Aca mulai menggigil. Tubuhnya gemetar karena terlalu lama terkena air hujan.
Aldo langsung merangkulnya "Ayo, kita masuk"
Di dalam mobil Aca bersandar di dada Aldo, tubuhnya gemetar hebat. Aldo pun segera memeluknya, menyelimuti tubuh mungil Aca dengan pelukannya yang hangat.
"Kamu ini selalu mikirin orang lain, tapi lupa jaga diri sendiri" gumam Aldo sambil mengusap rambut Aca yang basah.
Aca hanya tersenyum lemah "Aca nggak bisa diem aja kk lihat anak kecil yang terluka"
Aldo hanya menghela napas dan mempererat pelukannya.
Sesampainya di rumah, hujan masih terus turun. Aldo membawa Aca masuk ke dalam rumah dengan cepat. Ia menyuruh Aca langsung mandi air hangat.
Setelah mandi dan mengganti bajunya dengan piyama hangat, Aca langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Selimut tebal menyelimuti tubuh mungilnya, namun tetap saja ia masih merasa menggigil. Tubuhnya terasa lelah, kepala mulai terasa berat, dan dingin seperti merayap dari kulit hingga ke tulang.
Sementara itu di dapur Aldo masih sibuk menyeduh teh jahe hangat. Ia menuangkannya ke dalam cangkir keramik lalu membawanya perlahan ke kamar.
Begitu membuka pintu, pandangannya langsung tertuju pada Aca yang terbaring meringkuk di balik selimut, wajahnya pucat dan tubuhnya tampak masih menggigil.
Aldo mendekat, meletakkan cangkir di nakas, lalu duduk di tepi ranjang. Tangannya terulur, membelai lembut rambut Aca yang masih sedikit lembap.
"Aca" ucapnya pelan. "Kamu masih merasa kedinginan ya?"
Aca hanya mengangguk pelan tanpa membuka mata.
Aldo menggeser selimut dan membantu Aca duduk "Ayo minum ini dulu, biar badan kamu anget"
Dengan perlahan Aldo menyuapi Aca beberapa tegukan teh jahe. Wajahnya tetap khawatir melihat wajah Aca yang terlihat semakin pucat. Setelah itu Aca kembali berbaring, dan tak lama ia pun tertidur pulas karena lelah.
Aldo pun mematikan lampu utama, hanya menyisakan lampu tidur yang redup. Ia merebahkan tubuhnya perlahan di sebelah Aca, awalnya hanya diam sambil menatap langit-langit. Tapi entah dorongan dari mana, malam itu ia memberanikan diri untuk mendekat, lalu memeluk Aca dengan lembut dari belakang. Ia bisa merasakan betapa dinginnya tubuh Aca.
Tengah malam, Aldo terbangun karena merasa gerakan kecil di sampingnya. Ia membuka mata, dan langsung terduduk ketika melihat Aca menggigil hebat, napasnya tak teratur.
"Aca?" panggilnya panik. Ia menempelkan punggung tangannya ke dahi Acha "Astag—demam!"
Tanpa membuang waktu, Aldo keluar kamar dan kembali membawa semangkuk air hangat dan handuk kecil. Ia duduk di sisi ranjang dan mulai mengompres dahi Aca dengan lembut.
Namun saat hendak mengganti kompresnya, tangan Aca yang lemah tiba-tiba menangkap pergelangan tangannya.
"Kk jangan jauh-jauh" ucapnya lirih. "Aca kedinginan Aca mau peluk"
Aldo menatap Acha dengan rasa iba yang mendalam. Ia meletakkan kembali handuk ke pelipis Aca, lalu perlahan merebahkan tubuhnya, memeluk Aca dengan kedua lengannya erat-erat. Ia bisa merasakan panas tubuh Aca yang tinggi, tapi juga bisa merasakan betapa Aca merasa tenang dalam pelukannya.
Tangannya mengusap punggung Aca perlahan, seirama dengan detak jantungnya yang mulai tenang "saya di sini gak ke mana-mana, tidur lah"
Tak lama terdengar dengkuran halus dari mulut Aca yang mungil Aldo pun juga tertidur.
Tak lama terdengar dengkuran halus dari mulut Aca yang mungil Aldo pun juga tertidur
Malam itu, mereka tidur dalam pelukan, saling memberi hangat, saling menguatkan tanpa banyak kata.
Pagi pun tiba. Cahaya matahari menyelinap pelan melalui celah tirai kamar. Aldo terbangun lebih dulu. Ia segera memeriksa suhu tubuh Aca namun wajahnya kembali diliputi kekhawatiran.
Aca masih demam Tubuhnya masih panas, meski sedikit lebih baik dari semalam.
Aldo segera bangkit dan bersiap untuk membawa Aca ke dokter. ia peduli hari ini ia ada rapat penting di perusahaannya, yang terpenting adalah kesehatan istrinya yang paling utama.
Isi dong Kata-kata dari kalian untuk hari ini ges😋
> Please vote, follow, dan komen ya...
Soalnya autor udah mulai ngomong sendiri depan monitor, nanya:
“Apakah mereka suka? Kenapa nggak ada komen?” 😩💔
Ayo selamatkan autor dari overthinking berkepanjangan 😆🧠