NovelToon NovelToon
Glass Wing

Glass Wing

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Cinta Terlarang / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita / Saudara palsu / Dark Romance
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Vidiana

—a dark romance—
“Kau tak bisa menyentuh sayap dari kaca… Kau hanya bisa mengaguminya—hingga ia retak.”

Dia adalah putri yang ditakdirkan menjadi pelindung. Dibesarkan di balik dinding istana, dengan kecantikan yang diwarisi dari ibunya, dan keheningan yang tumbuh dari luka kehilangan. Tak ada yang tahu rahasia yang dikuburnya—tentang pria pertama yang menghancurkannya, atau tentang pria yang seharusnya melindunginya namun justru mengukir luka paling dalam.

Saat dunia mulai meliriknya, surat-surat lamaran berdatangan. Para pemuda menyebut namanya dengan senyum yang membuat marah, takut, dan cemburu.

Dan saat itulah—seorang penjaga menyadari buruannya.
Gadis itu tak pernah tahu bahwa satu-satunya hal yang lebih berbahaya daripada pria-pria yang menginginkannya… adalah pria yang terlalu keras mencoba menghindarinya.

Ketika ia berpura-pura menjalin hubungan dengan seorang pemuda dingin dan penuh rahasia, celah di hatinya mulai terbuka. Tapi cinta, dalam hidup tak pernah datang tanpa darah. Ia takut disentuh, takut jatuh cinta, takut kehilangan kendali atas dirinya lagi. Seperti sayap kaca yang mudah retak dan hancur—ia bertahan dengan menggenggam luka.

Dan Dia pun mulai bertanya—apa yang lebih berbahaya dari cinta? Ketertarikan yang tidak diinginkan, atau trauma yang tak pernah disembuhkan?

Jika semua orang pernah melukaimu,
bisakah cinta datang tanpa darah?



Di dunia tempat takdir menuliskan cinta sebagai kutukan, apa yang terjadi jika sang pelindung tak lagi bisa membedakan antara menjaga… dan memiliki?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35

Namun saat jemari mereka bersentuhan, sesuatu di genggaman Caleb membuat bulu kuduk Lyeria meremang. Dingin. Tapi bukan dingin cuaca. Dinginnya seperti baja. Seperti… ancaman tersembunyi yang menunggu waktu untuk meledak.

Ia menatap mata Caleb.

Untuk sesaat, mata itu bukan milik pria berduka. Bukan milik sahabat. Mata itu terasa seperti cermin kosong—tidak memantulkan apa-apa selain kehampaan.

“Aku mengerti,” ucap Caleb pelan. Bibirnya masih tersenyum. Tapi sorot matanya beku.

Ia menunduk sedikit, mendekat ke telinga Lyeria, membisik dengan napas hangat yang membuat bahu gadis itu menegang.

“…orang-orang yang menolak cinta, terkadang justru paling mudah dilukai olehnya.”

Dan sebelum Lyeria sempat merespons—

Bug.

Sebuah pukulan cepat dan tepat mendarat di tengkuknya. Dunia Lyeria langsung gelap, tubuhnya limbung, ambruk tak sadarkan diri.

Caleb menangkapnya sebelum jatuh ke tanah. Ia menahan tubuh Lyeria dalam pelukannya, seolah menenangkan seseorang yang tertidur.

Namun senyum di bibirnya berubah.

Dingin. Kejam. Dan sangat terencana.

“Jangan khawatir,” bisiknya pada tubuh tak berdaya di pelukannya. “Aku hanya akan memberimu pelajaran tentang apa artinya kehilangan.”

Ia menatap ke arah danau, sejenak menikmati bayangan dirinya sendiri yang tercermin di permukaan air.

Tak ada lagi luka di wajahnya. Yang tersisa hanyalah pria yang telah membuang sisi manusianya.

...****************...

Lyeria terbangun dengan napas tertahan. Tubuhnya terasa berat, sesak, dan ada sesuatu yang salah… sangat salah.

Ia mencoba bergerak, namun nyeri menusuk dari bawah perutnya. Dadanya seperti dihimpit. Matanya melebar, panik, ketika menyadari dirinya telentang di atas ranjang asing. Gaunnya—atau sisa-sisanya—terlempar ke lantai seperti potongan kain yang tak berarti. Kulitnya terasa dingin. Terlalu kosong. Terlalu terbuka.

Dan saat ia menoleh, ia melihatnya.

Caleb.

Duduk tenang diatasnya. Dia juga tidak berbusana dengan daging panas miliknya yang sudah siap. Menggesek perut Lyeria.

“Calebb”

Lyeria baru akan bangun tapi Caleb menahannya.

“Apa yang Kau lakukan. Lepaskan Aku !!”

“Sudah bangun?” tanyanya pelan, suaranya seperti racun yang dibungkus madu. “Jangan sok suci, Lyeria. Kau sendiri yang datang ke rumahku. Tanpa pengawal. Tanpa siapa-siapa. Aku hanya sedang memberimu… kenangan yang tak akan pernah kau lupakan.”

Matanya menatap Lyeria seperti pemilik yang baru saja mengklaim miliknya.

Lyeria memucat. Ingin muntah. Ingin berteriak. Tapi suaranya tercekat di tenggorokan. Dunia mendadak sempit. Udara terasa penuh racun.

Kedua tangan Lyeria dicekal keatas saat Caleb menyelusupkan wajahnya di leher Lyeria. Menciumi Lyeria dengan terang-terangan meskipun Lyeria menangis, memohon dan berteriak untuk dilepaskan. Sementara benda keras dan panas milik caleb menempel erat diperutnya. Siap merobeknya kapanpun pemilkknya siap.

Lyeria mencoba sekuat tenaga melepaskan diri. Namun Caleb berhasil memposisikan dirinya di kedua kaki Lyeria. Dia mencengkram wajah Lyeria kuat. Memaksa gadis itu menatapnya “Ferlay tampaknya tidak mengajarimu bagaimana cara melayani laki-laki. Suatu kehormatan untuk jadi yang pertama bagimu tuan Putri”

“Tidak…Caleb…Jangan”

Tapi Caleb tidak mendengar permohonan Lyeria. Atau teriakan kesakitan Lyeria saat Dia mencoba menerobos ke dalam tubuh Lyeria.

“Aarghh…Sakittt” isak Lyeria saat Dia merasakan tubuhnya terbelah di bawah.

Caleb berhasil menerobos tubuhnya. Merobek apa yang selama ini dijaga Lyeria. Dijaga Ferlay dan ketiga kakaknya.

Nafas Caleb memberat. Merasakan betapa nikmatnya saat otot tubuh Lyeria menjepitnya. Dengan kasar Dia mendorong tubuhnya lebih dalam. Lyeria langsung meronta karena kesakitan.

Tapi Caleb tidak peduli.

“Lihat Lyeria. Dengan Kau sekarang. Bagaimana Kau masih tidak menikahiku. Kau sudah rusak. Dan Aku yang merobekmu”

Caleb mengangkat pinggul Lyeria. Menunjukan tubuh Mereka yang menyatu dengan bercak darah menempel.

Lyeria tidak dapat memikirkan apapun. Sakit. Dan terhina. Air mata membasahi wajahnya.

Dan Caleb tanpa perasaan mulai menggerakan tubuhnya. Terdengar desahan dan erangannya. Kedua tangannya masih mencekal tangan Lyeria. Sementara bibirnya terus menemukan tempat-tempat untuk menyiksa Lyeria lebih dalam. Gerakannya semakin lama semakin cepat dan akhirnya Dia menekan Lyeria lebih dalam. Mengeram puas dan menyemprotkan cairan ke tubuh Lyeria.

Cairan pertama yang masuk ke dalam tubuh gadis itu.

Nafasnya tersenggal. Dia tampak puas. Namun Dia tidak mengeluarkan tubuhnya. “Kau sangat enak. Aku jadi ingin melakukannya lagi dan lagi”

Setelahnya Dia menindih Lyeria. Kembali menciumi gadis dibawahnya yang sudah tidak lagi melawan. Bukan karena pasrah tapi karena tahu dia sudah dihancurkan.

...****************...

Lyeria duduk bersandar di atas tempat tidur, tubuhnya tak lebih dari bayangan dirinya sendiri. Rambutnya menjuntai kusut, sebagian menempel di wajah yang lembab oleh air mata dan… sesuatu yang lain, yang tak ingin pernah ia pikirkan lagi. Selimut menutupi tubuhnya, tapi tidak bisa menutupi luka yang baru saja tercipta—yang tak kasatmata, tapi begitu dalam.

Ada bau di ruangan itu—bau yang akan terus menghantuinya bahkan setelah ia pergi. Bau yang membuatnya ingin mengelupas kulitnya sendiri.

Tangannya terkulai di atas seprai yang berantakan. Di sana, bercak merah masih segar—terlalu jujur, terlalu kejam. Bukti dari malam yang merampasnya.

Caleb berdiri tak jauh darinya, mengancingkan kemejanya perlahan, seperti tak terjadi apa-apa. Seolah ini hanya… sesi biasa dalam hidupnya.

Ia menatap Lyeria dengan tenang. Bahkan nyaris lembut.

“Aku akan menyuruh pelayan menyiapkan makan malam,” ucapnya datar. “Lalu aku akan mengantarmu pulang.”

Ia melangkah mendekat, berhenti di sisi tempat tidur, menatap gadis itu dari atas.

“Kau bisa katakan pada kakakmu apa yang terjadi…” Suaranya merendah, nyaris seperti bisikan ancaman yang dibalut formalitas.

“Atau kau bisa membiarkan semuanya… dan menyetujui nota pernikahan yang kukirim. Tentukan pilihanmu, Lyeria.”

Ia tidak menunggu jawaban. Ia tahu, luka yang baru saja ditanamnya akan cukup dalam untuk membuat gadis itu bisu untuk waktu yang lama.

Dan di saat Lyeria masih menatap kosong ke arah seprai yang ternoda, Caleb melangkah keluar—meninggalkan ruangan bersama keheningan yang menggema.

...****************...

Kereta berhenti tepat di depan gerbang istana pribadi milik Lyeria. Malam telah turun sepenuhnya, dan langit Garduete memantulkan cahaya kota dari kejauhan—indah, tapi tak berarti bagi seorang gadis yang baru saja kehilangan sesuatu yang tak akan pernah kembali.

Di dalam kereta, Caleb belum membiarkannya pergi.

Ia memiringkan tubuh, mendekat, lalu dengan paksa meraih dagu Lyeria dan mencoba menyentuhkan bibirnya. Lyeria memberontak, menoleh keras ke samping, lalu mendorong dada pria itu.

“Cukup!” desisnya, penuh kemarahan dan luka.

Caleb hanya tertawa pelan. Ia tak marah, bahkan seolah menikmati perlawanan itu. “Sampai bertemu lagi, Lyeria. Pastikan besok aku sudah mendapat jawaban pernikahan seperti yang kuharapkan…” Ia mendekatkan wajahnya sekali lagi, berbisik di telinganya. “Atau kau akan menyesal.”

Lyeria tidak membalas. Ia hanya membuka pintu kereta dan turun cepat-cepat, tanpa menoleh. Langkahnya gontai tapi tegas menuju pintu istana, mengabaikan tatapan heran para pelayan yang menyambutnya.

Begitu pintu kamar tertutup rapat di belakangnya, Lyeria langsung menguncinya. Nafasnya memburu, tangan gemetar saat ia membuka kancing gaunnya sendiri. Tak menyalakan lampu. Tak ingin melihat pantulan dirinya di cermin.

Ia masuk ke kamar mandi.

Membuka keran air panas, membiarkan bak terisi sambil berdiri kaku di depannya. Saat air hampir penuh, Lyeria masuk dan duduk, membenamkan tubuhnya perlahan.

Kemudian ia mulai menggosok kulitnya.

Pelan, lalu semakin keras. Jemari kecil itu menggosok lengan, leher, dada, perut—seolah hendak menghapus sesuatu yang tak terlihat namun melekat di pori-porinya. Luka yang tak bisa ditunjukkan, hanya bisa dirasakan.

Air matanya jatuh tanpa suara. Tidak tersedu, hanya diam, seperti tubuhnya sudah terlalu lelah bahkan untuk menangis.

Lyeria tidak tahu berapa lama ia di sana. Tapi malam itu, seluruh tubuhnya memar—bukan oleh Caleb, tapi oleh dirinya sendiri, yang merasa kotor, hina, dan… hancur.

...****************...

Setelah malam itu, kamar Lyeria berubah menjadi ruang pengasingan. Tirai-tirai ditutup rapat. Cahaya matahari yang biasanya menyapa ranjangnya setiap pagi kini hanya menjadi siluet samar di balik kain tebal berwarna kelam.

Ia tidak makan. Tidak bicara. Hanya duduk bersandar di tepi tempat tidur atau berdiri lama di depan jendela tanpa benar-benar melihat keluar. Pelayan yang mengetuk, ia abaikan. Makanan yang diantar, ia biarkan dingin di nampan perak.

“Sampaikan pada Yang Mulia, aku hanya sedikit tidak enak badan. Mungkin karena terlalu lama di luar kemarin sore,” ucapnya pelan, saat salah satu dayang bertanya apakah perlu memanggil dokter istana.

Ia menyembunyikan suaranya yang lemah di balik senyum tipis yang dipaksakan. Bukan demi dirinya. Tapi demi Leon.

Kakaknya baru saja naik takhta. Garduete masih dilanda pergolakan politik yang belum benar-benar reda sejak kepergian Ayah mereka, Raja sebelumnya. Leon dikelilingi orang-orang yang menunggu celah, siap menjatuhkannya—dan Lyeria tahu, dalam kondisi seperti itu, hanya butuh satu kesalahan kecil untuk membuat seluruh istana runtuh dalam kekacauan.

Dan dia… tidak ingin menjadi celah itu.

Malam hari, saat semua tidur, Lyeria baru bergerak. Membersihkan dirinya lagi. Mengganti sprai dengan tangannya sendiri. Merobek gaun yang dikenakannya malam itu, lalu membakarnya diam-diam di tungku perapian.

Tidak ada darah. Tidak ada bukti. Tidak ada cerita. Hanya rasa asing yang terus tinggal di tubuhnya, dan mata yang tak bisa lagi menatap cermin tanpa ingin memecahkannya.

Ia tidur dengan lampu menyala.

Dan setiap kali ia terbangun karena mimpi buruk, Lyeria memeluk dirinya sendiri. Seolah mencoba menahan semua itu agar tidak tumpah dan menjatuhkan Leon bersama luka-lukanya.

1
Vlink Bataragunadi 👑
iya betul krn hasil tes DNA bisa dimanipulasi
Vlink Bataragunadi 👑
tidaaaaak, jangan Xasfier, tolooong jangan ada yg mati/Sob/
Vlink Bataragunadi 👑
aku Kira Kael lebih baik dari Ferlay, ga tau nya podo bae/Cry/
Vlink Bataragunadi 👑
aaaaaa ga mau g mauuu plis jangan sampe ada sesuatuu
Vlink Bataragunadi 👑
inilah Tania tanpa topeng
Vlink Bataragunadi 👑
aneh dan lucu bangett hubungan El ama Calla tuh/Facepalm/
Vlink Bataragunadi 👑
aaaaargh ayolaaah, ini aja belum tamat, masa aku harus baca buku Yuki jugaa, pinisiriiiin/Sob/
Vlink Bataragunadi 👑
siapa gadis itu? Tania kah?
Vlink Bataragunadi 👑
lelah nyaaaaa jadi Ara/Facepalm/
Vlink Bataragunadi 👑
hooh katanya mencintai, tp kok begituu
Vlink Bataragunadi 👑
beneran ini mah harus baca buku ttg Yuki, aku lieuur/Gosh/
Vidiana A. Qhazaly: Memang harus baca hahaha
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
ya ampun/Sob/
Vlink Bataragunadi 👑
ommo...
Vlink Bataragunadi 👑
hah? terus Xasfier anak siapa?
Vlink Bataragunadi 👑
laaaah si goblok
Vlink Bataragunadi 👑
bener lagi /Whimper/
Vlink Bataragunadi 👑
iya ya ner juga
Vlink Bataragunadi 👑
aduh.... 🤦🏻‍♀️
Vlink Bataragunadi 👑
oh ya ampuuuun..... yuki.... selama hidupnya pernahkah dia bahagia???
Vlink Bataragunadi 👑
hmmm seperti Lyeria dan Ferlay
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!