Di cerai karena anak yang dia lahirkan meninggal, membuat hati Adelia semakin terpuruk, akan tetapi beberapa hari kemudian, dia di minta untuk menjadi ibu susu anak CEO di tempatnya bekerja, karena memang dirinya di ketahui mempunyai ASI yang melimpah.
Apakah Adelia mampu menyembuhkan lukanya melalui bayi yang saat ini dia susui? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan Pahit
Dalton masih membatu, bahkan dadanya terasa sesak menyaksikan semua ini, dalam hati dia hanya bisa bertanya, apa benar? Jika wanita lembut yang selama ini berperan begitu baik hampir mendekati kata sempurna ternyata hanya ibu susunya saja hal yang benar-benar sulit untuk di cerna.
"Ah tidak mungkin ... dia mamaku, dia seseorang yang paling tulus memberikan cintanya kepadaku itu tidak mungkin! Berita itu pasti hoax!" geram Dalton.
"Lebih baik kau tanyakan ini semua kepada orangtua mu yang mungkin lebih mengetahui antara benar dan salahnya," ucap Brian sambil menepuk punggung Dalton.
Bel masuk sudah berbunyi, anak-anak yang lain pun perlahan mulai memasuki kelas satu persatu, dan mereka pun mulai memperhatikan wajah Dalton satu persatu, jujur saja Dalton tidak tenang dengan pemandangan yang seperti ini, bahkan dirinya sangat-sangat ingin sekali keluar dari tempat ini, kalau saja guru mata pelajarannya tidak hadir.
Selama pelajaran di mulai Dalton tidak bisa fokus, pikirannya melayang entah kemana, anak yang terkenal rajin dan tegas selalu menyimak pelajaran dengan baik entah kenapa guru mulai memperhatikan perubahan anak itu yang sepertinya kurang fokus.
"Dalton apa kamu sedang sakit?" tanya guru tersebut.
"Enggak Bu," sahutnya cepat.
"Dia tuh lagi kepikiran dengan gosip yang beredar baru-baru ini mengenai keluarganya," celetuk salah satu seorang teman yang benar-benar membuat Dalton menatapnya dengan tatapan tajam.
"Azriel ... diam!" seru guru tersebut.
"Iya Bu maaf," ucap remaja itu.
Kemudian pelajaran mulai berlangsung kembali, akan tetapi sedari tadi pikiran Dalton benar-benar tidak bisa fokus, hingga bel istirahat tiba remaja itu mulai meninggalkan sekolahnya entah kemana.
☘️☘️☘️
Dalton mulai meninggalkan gedung sekolahnya dengan menaiki kuda besinya, gas motornya mulai ditarik kencang seolah ingin meninggalkan semua beban yang ada di otaknya. Jalanan yang sepi ia libas tanpa arah, hanya ditemani deru mesin dan jantungnya yang berdebar kencang oleh amarah dan luka yang menumpuk.
Bayangan komentar-komentar jahat mulai menghujani pikirannya, tanpa terasa air mata keluar dibalik helm hitamnya.
"Aaaah ... Ini tidak mungkin Mama hanya milikku dan aku hanya milik Mama, kabar itu pasti hoax!" teriaknya diantara kibasan angin jalanan yang begitu kencang.
Motor Dalton langsung melaju kencang ke arah jalanan yang cukup jauh dari rumahnya dan berhenti, di sebuah tempat yang mana tempat itu selalu didatangi ketika sedang sedih dan merasa asing di tengah-tengah hangatnya keluarga.
Di di sinilah tempat tujuan Dalton, ujung danau yang sepi dengan gemericik air dan desir angin yang sepoi-sepoi selalu membuat hatinya tenang, dan merasa kehadirannya selalu merasa dihargai.
"Nak baru datang," ucap seorang kakek tua penjaga kedai kecil di ujung sana.
"Baru, Kek," sahut Dalton.
"Sudah lama tidak pernah kesini?" tanya Kakek Hendri.
"Iya Kek, lagi suntuk saja," jawab Dalton.
"Jangan lama-lama ya, suntuknya, nanti setelah semua beban terasa ringan pulanglah di rumah orang tuamu sedang menunggu," pesan kakek tua itu.
Dalton hanya mengangguk, ia pun mulai menikmati kedamaian sambil merenung duduk di pinggir danau yang terasa menenangkan hatinya.
☘️☘️☘️☘️
Sementara itu di kediaman Arthur saat ini Adel tengah gelisah pasalnya sedari sore tadi anaknya Dalton belum juga pulang tidak seperti biasanya, dan hal itu membuat Adel dihantui rasa cemas yang berlebihan.
"Dad ... ayo jangan diam saja cari anak kita Mama tidak mau dia kenapa-napa Dad," ujar Adel dengan perasaan yang begitu khawatir.
"Dalton masih ada di sekitaran sini saja Mam, mungkin sebentar lagi dia pulang, Mama jangan khawatir ya," ucap Arthur.
"Gimana aku tidak khawatir dia itu anakku, aku takut dia kenapa-napa," sahut Adel dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Mam, anak buah ku sudah mengetahui keberadaannya, memang tadi di sekolah ada sedikit masalah dan hal itu yang membuat anak kita sedikit merenung," jelas Arthur.
Adel terkejut ia tidak bisa membayangkan jika sampai Dalton mengetahui yang sebenarnya, karena itu sangat berat untuk Adel. "Dad, jadi maksud Daddy dia sudah tahu?" tanya Adel tidak percaya.
Arthur hanya mengangguk pasrah, ia pun juga kecewa dengan kejadian ini akan tetapi sebagai seorang ayah dirinya tidak mampu menutup mulut orang satu persatu apalagi Dalton sudah dewasa dan sudah saatnya mengetahui sebenarnya.
Adel langsung menjatuhkan tubuhnya di lantai, dia tidak pernah membayangkan bagaimana hancurnya Dalton jika tahu kalau dia bukan ibu kandungnya.
"Dia ... Gimana Dad, apa dia akan baik-baik saja jika mengetahui kalau aku bukan ibu ....," Adel tidak sanggup melanjutkan kata-katanya hatinya terlalu rapuh jika untuk membahas hal ini.
"Kau jangan berpikir macam-macam kamu ibunya, kau yang sudah berjuang menyusui nya sampai dua tahun, kamu yang selalu merasakan lelah siang dan malam tanpa bantuan pengasuh untuk membesarkannya, lantas perjuangan apa lagi yang kau pertanyakan dia anakmu dan kau ibunya," ucap Arthur.
"Tapi ... pada kenyataannya aku bukan ibu yang melahirkannya," tangis Adel pecah.
"Sayang, kau harus lihat aku, ikatan tulus bukan harus sedarah justru itu ketulusanmu diuji melalui Dalton anak yang bukan terlahir dari rahimmu, tapi kamu dengan berbesar hati merawatnya penuh kasih dan sayang, dari pada ibu yang sudah melahirkannya, dia pergi begitu saja meninggalkan bayinya yang waktu itu berusia dua bulan," jelas Arthur lalu mulai membawa tubuh istrinya kedalam dekapannya.
Tanpa mereka sadari di depan pintu kamar mereka Dalton sudah mematung mendengarkan semua pembicaraan kedua orang tuanya, karena ingin mendapatkan penjelasan Dalton pun memberanikan diri untuk membuka pintu.
"Kreeek ...," pintu dibuka dua orang yang sedang menguatkan satu sama lain itu begitu terkejut melihat anak remajanya berdiri diambang pintu.
"Dad ... Apa benar yang dikatakan oleh Daddy dan Mama tadi?"
Deg!
Dunia Adel serasa runtuh tubuhnya semakin lemas bahkan wajahnya tidak sanggup menatap wajah tegas yang terpancar dari wajah anaknya, wajah yang dari dulu dia sayangi dengan sejuta kehangatan.
Dalton melangkah lebih dekat lagi matanya mulai memandangi wajah Adel yang dari tadi sudah dipenuhi dengan cairan bening yang menghujani pipinya. "Jawab Dad, apa benar omongan diluaran sana yang menyatakan kalau Mama bukan ... Ah ... Tidak mungkin bukannya Mama yang dari dulu selalu bilang kalau aku anaknya, bukannya Mama yang dari dulu selalu bilang kalau aku miliknya aku hanya milik Mama Dad, bukan yang lain, tapi kenapa harus ada omongan dari luar kalau Mama bukan Nama kandungku!" gertak Dalton yang dipenuhi dengan amarah.
Amarah kekecewaan dengan orang terdekatnya, kenapa mereka harus menutupi semua ini, dan kenapa Dalton harus tahu dari orang lain bukan dari orang terdekatnya.
Bersambung ...
tapi sayang jarang up😅🙏