NovelToon NovelToon
The Legend Of The Shadow Eater

The Legend Of The Shadow Eater

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Kutukan / TKP / Hantu
Popularitas:417
Nilai: 5
Nama Author: Senara Rain

Bagi Lira, Yash adalah mimpi buruk. Lelaki itu menyimpan rahasia kelam tentang masa lalunya, tentang darah dan cinta yang pernah dihancurkan. Namun anehnya, semakin Lira menolak, semakin dekat Yash mendekat, seolah tak pernah memberi ruang untuk bernapas.
Yang tak Lira tahu, di dalam dirinya tersimpan cahaya—kunci gerbang antara manusia dan dunia roh. Dan Yash, pria yang ia benci sekaligus tak bisa dihindari, adalah satu-satunya yang mampu melindunginya… atau justru menghancurkannya sekali lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senara Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

Ditengah pikirannya yang berisik, Lira mendengar derap langkah terburu-buru. Suara familiar memanggilnya, penuh panik.

“Lira!”

Dalam hitungan detik, Yash sudah berlutut di depannya. Matanya melebar melihat rantai bayangan yang melilit tubuh Lira. Dengan gerakan cepat, Yash menyentuh rantai itu—dan seketika energi hitamnya runtuh seperti debu, buyar oleh kekuatannya.

“Lira! Apa yang terjadi padamu?” suara Yash gemetar tapi tegas, tangannya masih menahan bahu Lira agar tetap tegak.

Lira menatapnya lama, matanya bergetar. Ia masih mencoba mencerna semua yang baru saja terjadi, tapi satu nama lolos begitu saja dari bibirnya.

“…Lysander.”

Yash tercekat. Tubuhnya menegang, sorot matanya berubah tajam.

“Apa?” suaranya turun satu oktaf, seakan nama itu menusuk lebih dalam daripada senjata apa pun.

“Dia… dia muncul di hadapanku,” Lira berusaha menahan suaranya agar stabil. “Dia tidak melakukan apa-apa. Hanya… hanya mengikatku.”

Yash mengertakkan rahangnya. Tangannya yang masih menggenggam bahu Lira bergetar halus. Ada amarah, ada rasa bersalah, dan ada ketakutan yang sulit ia sembunyikan.

“Kalau dia sudah menunjukkan diri… berarti waktunya semakin dekat.” gumamnya pelan, hampir seperti bicara pada diri sendiri.

Lira menatap Yash lebih dalam.

“Siapa dia sebenarnya, Yash? Apa hubunganmu dengannya?”

“Dia kakakku,” ucap Yash akhirnya, nadanya berat dan penuh beban. “Lysander… lelepah tertua. Kekuatan dan pengaruhnya jauh melampaui milikku.”

Lira menelan ludah, matanya menajam. “Lalu… apa yang dia inginkan dariku?”

“Hal yang sama dengan makhluk-makhluk lain,” Yash menjawab dengan getir. “Dia mengincar sesuatu yang ada di dalam dirimu.”

Lira mencengkeram lengan Yash lebih erat. “Sesuatu apa, Yash? Katakan dengan jelas.”

Yash tampak hendak membuka mulut, tapi tiba-tiba sebuah kilatan cahaya meletup sekilas dari dada Lira. Sinar itu seperti berdenyut, seolah hendak mengangkat tubuhnya ke udara. Lira terperanjat, tubuhnya tersentak hebat, lalu seketika napasnya tersengal. Kakinya melemas, membuatnya hampir terjatuh.

“Y–Yash… ada apa denganku? Kenapa aku tiba-tiba… lemas?” suaranya bergetar, wajahnya pucat pasi.

Panik langsung menyergap sorot mata Yash. Ia meraih tubuh Lira sebelum benar-benar ambruk.

“Itu… karena tubuhmu belum siap menahan energi besar itu,” jawabnya cepat, suaranya nyaris seperti bisikan khawatir. “Kau memaksa dirimu terlalu jauh, Lira.”

Lira masih berusaha menolak, ingin bicara lebih banyak, tapi Yash tak memberi kesempatan. Dalam satu gerakan lembut tapi tegas, ia langsung mengangkat tubuh rapuh itu ke dalam gendongannya.

“Ayo kita pulang,” ucapnya mantap, seolah tak memberi ruang bagi protes.

Dan untuk pertama kalinya, Lira hanya bisa pasrah dalam pelukan Yash, merasakan hangat yang bertolak belakang dengan rasa takut yang masih mengguncang dadanya.

Yash membuka pintu rumah dengan satu tangan, sementara tangan lainnya masih menggendong Lira yang tubuhnya lemas. Nafasnya terdengar berat, tapi matanya setengah terbuka, berusaha melawan rasa kantuk dan lemah yang menyerang.

Ia membaringkan Lira di sofa, lalu berlutut di sampingnya. Jemarinya menyibak helaian rambut yang menempel di wajah gadis itu, sorot matanya gelap menahan rasa khawatir.

“Tidurlah, Lira. Tubuhmu butuh istirahat,” ucap Yash pelan.

Namun Lira menolak memejamkan mata. Ia menggenggam pergelangan tangan Yash, meski genggamannya rapuh dan gemetar.

“Jangan berusaha menyembunyikan dariku lagi…” suaranya lirih tapi tegas. “Apa yang mereka incar dariku? Kenapa aku… berbeda?”

Yash terdiam. Tatapannya menunduk, lalu bergeser pada genggaman tangan Lira. Ia ingin berbohong, tapi kejujuran selalu pecah begitu ia menatap mata gadis itu.

“Lira…” Yash menarik napas panjang. “Ada sesuatu yang tertidur dalam dirimu. Energi itu… lebih tua dari manusia maupun lelepah. Kau adalah kunci yang bisa menutup… atau membuka kembali gerbang antara dunia manusia dan dunia kami.”

Mata Lira membesar, meski tubuhnya masih melemah. “Kunci…?”

Yash mengangguk pelan, wajahnya mendekat, hampir berbisik.

“Itu sebabnya Lysander… dan makhluk lain… akan terus mengejarmu. Kau bukan hanya target, Lira. Kau adalah alasan perang ini bisa dimulai lagi.”

Napas Lira tercekat, tubuhnya semakin berat, tapi hatinya bergemuruh menelan kebenaran itu.

Sebelum ia benar-benar kehilangan kesadaran, kalimat terakhir yang ia dengar adalah bisikan Yash:

“Aku tak akan membiarkanmu jatuh ke tangan mereka… meski itu berarti harus melawan kakakku sendiri.”

Lira terbangun dengan napas terengah, tubuhnya masih terasa berat tapi pikirannya langsung sadar. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh apartemen—sunyi, kosong. Tidak ada tanda-tanda Yash.

Dengan cepat ia bangkit dari sofa, meski kakinya sempat goyah. “Yash?!” teriaknya lantang, gema suaranya memantul di dinding apartemen. “Keluar, kita belum selesai bicara! Jangan sembunyi dariku!”

Hening. Hanya bunyi detik jam dan deru samar kendaraan dari luar jendela.

Lira melangkah cepat ke arah jendela kaca besar, tirainya ia singkap kasar hingga cahaya neon kota langsung menampar wajahnya. Gedung-gedung tinggi berbaris dengan lampu yang berkelip, seperti ribuan mata yang mengawasinya.

Ia menempelkan telapak tangannya ke kaca, dingin menusuk kulit. Tatapannya menerawang ke kegelapan di balik cahaya kota.

“Dimana kau, Yash?” bisiknya lirih, suaranya bergetar antara marah dan takut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!