"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.
"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.
Sedetik Cinta di tanah nabi
Dia hadir tanpa permisi
Mengisi relung menyesap lambat
Ku tolak ia ku takut murkaNya
Yang ada ia menyusup hadir mendiami jiwa..
Aku terdiam menikmati lezatnya.Merasakan nuansa yang tak ingin usai
Waktu berlalu tanpa pamit
Sedetik hadirmu mengusir lara..ku takut sepi menyapa jua seperti gelap tak pernah iba tuk hadirkan malam..
Aku takut melepaskan detik cinta tertinggal mimpi ...ku ingin miliki dia karena ku damba... hadir mu singkat hilang tak dapat kutahan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Kabur
Darwis begitu licik hingga ia bisa menguasai keadaan dengan menodongkan pistolnya ke arah salah satu polisi yang menyamar menjadi anak buahnya.
"Aku tahu kau yang sudah mengatur ini semua," ucap Darwis mendorong tubuh seorang pria yang merupakan mata-mata yang dikirim oleh Khalid.
"Tahan tembakan....!" ucap salah seorang polisi agar rekan mereka tidak menjadi korban keganasan Darwis.
Keadaan menjadi tegang. aturan Farouk yang ingin keluar dari tempat persembunyiannya ditahan oleh Khalid.
"Ayo jalan....!" titah Darwis yang ingin masuk ke mobil bersama dengan polisi yang menyamar itu.
"Hidupkan mobilnya....!" titah Darwis lagi. Polisi itu melakukan apa yang diperintahkan oleh Darwis.
Namun sang polisi itu bukan memundurkan mobilnya justru ia menancapkan gas mobil dengan kecepatan tinggi yang lansung menyeburkan diri ke dalam laut.
Semua mata melotot tak percaya. Namun tidak dengan Khalid yang langsung mengucapkan Alhamdulillah.
"Biarkan saja akhir seperti itu setidaknya kita bisa menangkap penjahat itu di dalam laut. Aku yakin temanku itu pasti bisa menyelamatkan dirinya. Insya Allah," ucap Khalid sambil memohon pertolongan Allah untuk keselamatan temannya yang dua minta untuk menjadi anak buahnya.
"Terimakasih anak muda. Kerjamu baru sebentar namun dedikasimu sangat luar biasa. Andai saja putriku belum punya kekasih maka aku akan menjodohkanmu dengan dirinya," ucap tuan Farouk.
"Impianmu itu akan tercapai calon ayah mertua," batin Khalid yang sudah merindukan sosok kekasihnya Rani yang sampai saat ini belum tahu permainannya untuk bisa mendapatkan hati sang ayah mertua.
"Tuan. Sebaiknya kita pulang dan biarkan urusan ini ditangani pihak berwenang. Sisanya FBI yang akan mengurus para mafia itu," ajak Khalid.
"Tapi permata itu harus dikembalikan lagi pada pemiliknya. Jika masih berada di pihak ketiga seperti polisi aku takut disalahkan gunakan oleh oknum dari mereka.
"Tenang saja. Permata itu palsu. Aku sudah menukarnya. Yang asli sudah aman bersamaku. Mau lihat?"
"Masya Allah tabarakallah. Kamu ternyata bukan seorang yang amatir nak. Kamu menguasai segalanya. Ngomong-ngomong apakah kamu sudah punya calon istri?" tanya tuan Farouk penuh kagum pada Khalid.
"Alhamdulillah sudah. Aku sedang mengatur rencana untuk melamar dia pada ayahnya setelah urusan ini selesai," ucap Khalid menahan tawanya.
"Benarkah? oh...! Dia sangat beruntung mendapatkan pria hebat sepertimu. Sayang sekali putriku hanya satu dan aku berharap pria yang nanti ia kenalkan padaku sehebat dirimu anak muda," ucap tuan Farouk.
"Allah maha baik. Allah akan mempertemukan dua hati yang sama-sama baik. Tuan harus yakin dengan pilihan putri anda," ucap Khalid penuh maksud.
"Aamiin. Semoga Allah mengijabah doaku," lirih tuan Farouk.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang akhirnya tuan Farouk dan Khalid kembali ke mansion mewahnya tuan Farouk. Karena sudah memasuki waktu subuh, tuan Farouk mengajak Khalid untuk sholat Subuh berjamaah di mushola yang ada di rumahnya.
"Anak muda, jadilah imanku saat ini karena aku yakin suaramu sangat merdu membaca ayat-ayat Allah," pinta tuan Farouk.
"Baiklah tuan, dengan senang hati," ucap Khalid lalu Khalid maju untuk memulai menunaikan ibadah shalat subuh. Di tempat itu bukan hanya tuan Farouk tapi ada beberapa para pekerja tuan Farouk yang di dalam mansion itu ikut menjadi jamaah.
Suara merdu Khalid mampu menghipnotis jamaah dibelakangnya. Tuan Farouk menitikkan airmata nya saat Khalid membaca surah Al-Fajri. Untuk sesaat waktu seakan berhenti. Hanya semilir angin sejuk di waktu subuh masuk menerobos ke dalam ruang mushola yang terbuka itu karena letaknya di depan mansion mewah tuan Farouk.
...----------------...
Di tempat berbeda, polisi masih menyisiri pantai untuk mencari keberadaan Darwis yang belum mereka temukan. Di dalam mobil itu kosong bersama dengan polisi jujur yang mendampinginya tadi sebagai sandera nya.
"Apakah mereka terbawa arus laut dalam?" tanya komandan polisi yang melakukan operasi penyergapan penangkapan para mafia itu.
"Mungkin saja pak mengingat di sini terkenal dengan pantai yang sangat angker. Makanya dermaga ini tidak lagi digunakan oleh beberapa kapal kecuali ada pengiriman barang untuk wilayah ini yang harus mendapatkan logistik berupa makanan dan lainnya.
"Tapi kita tidak boleh menyerah begitu saja karena Darwis adalah penjahat besar. Dia adalah residivis dari usia 17 tahun karena sudah membunuh ayah tirinya," ucap komandan polisi itu.
"Siap pak. Kalau tidak dapat orangnya hidup, kami akan tetap membawa jasadnya di hadapan anda, pak," lanjut sang anak buah.
"Good job. Lanjutkan pencarian secara berkala. Jika dia melawan lumpuhkan dia...!" titah sang komandan lalu masuk lagi ke mobilnya meninggalkan pantai itu.
Di rumah sakit Rani baru saja menyelesaikan tugasnya karena baru saja menangani persalinan bayi kembar. Ia melirik ponselnya yang sudah sepekan ini tidak ada pesan maupun telepon dari Khalid. Setiap kali ia menghubungi tunangannya itu selalu saja sibuk.
"Apakah dia terlalu sibuk hingga aku dilupakan? Setidaknya sapa aja sebentar? Apakah terlalu sulit?" Rani meninggalkan ruang kerjanya menuju kantin. Ia harus mengisi perutnya yang saat ini sudah keroncongan.
Saat itu kantin ternyata sudah tutup karena sudah pukul satu pagi. Rani menarik nafas kasar lalu memesan gofood. Ia berjalan seorang diri di taman rumah sakit yang terlihat sangat sepi. Gadis ini tidak takut sama sekali. Setelah melakukan pemesanan makanan siap saji, Rani duduk di salah satu kursi. Aroma bunga sedap malam yang bermekaran merebak disekitar tempat itu. Namun aroma itu bergantian dengan aroma lainnya yang lebih tajam.
"Sepertinya ini bukan lagi aroma bunga tapi aroma parfum. Ya Allah kenapa parfum ini sangat familiar? Tapi tidak mungkin Khalid disini kan? Apakah aku terlalu kangen padanya hingga merasa mencium aroma tubuhnya?" Rani terkekeh pelan lalu membuka sosmed untuk melihat berita viral agar ia tidak ngantuk malam ini karena tugasnya akan berakhir satu jam lagi.
"Apakah kamu sedang merindukan aku sayang?" bisikan itu terdengar lirih dari belakang Rani dengan hembusan hangat menerpa wajahnya karena Rani sengaja membuka cadarnya saat ini karena merasa aman.
"Ya Allah. Ini bukan hantu kan?" Rani mulai bergidik ketakutan karena ini masih pukul dua pagi.
"Heiii....! Apakah kamu mengira aku hantu, hah....??!" pekik Khalid dengan suara yang begitu keras membuat Rani segera membalikkan tubuhnya dengan cepat.
"Astagfirullah....! Khalidddd......!" Rani terlihat histeris lalu berlari ke arah Khalid dan memeluk prianya penuh kerinduan.
Khalid tersenyum lebar melihat tingkah wanitanya yang terlihat kocak dan itu yang sangat ia rindukan. Khalid menyentil dahi Rani membuat Rani meringis.
"Apa yang kamu katakan tadi? Coba ulangi lagi?" titah Khalid.
"Hantu," acuh Rani dengan mimik menyebalkan Khalid.
"Issshhh...! Kau sangat baby. Rasanya aku ingin menerkammu sekarang," ucap Khalid yang ingin mencium Rani namun gadis ini dengan sigap menutup wajahnya dengan cadarnya yang masih ia pegang tadi.