NovelToon NovelToon
Jodoh Si Gadis Pipi Merah

Jodoh Si Gadis Pipi Merah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Konflik etika / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Amaryllis zee

Kamala Jayanti, gadis malang yang terlahir dengan tanda lahir merah menyala di kulit pipinya dan bekas luka di bawah mata, selalu menyembunyikan wajahnya di balik syal putih. Syal itu menjadi tembok penghalang antara dirinya dan dunia luar, membentengi dirinya dari tatapan penuh rasa iba dan cibiran.

Namun, takdir menghantarkan Kamala pada perjuangan yang lebih berat. Ia menjadi taruhan dalam permainan kartu yang brutal, dipertaruhkan oleh geng The Fornax, kelompok pria kaya raya yang haus akan kekuasaan dan kesenangan. Kalingga, anggota geng yang penuh teka-teki, menyatakan bahwa siapa yang kalah dalam permainan itu, dialah yang harus menikahi Kamala.

Nasib sial menimpa Ganesha, sang ketua geng yang bersikap dingin dan tak berperasaan. Ganesha yang kalah dalam permainan itu, terpaksa menikahi Kamala. Ia terpaksa menghadapi kenyataan bahwa ia harus menikahi gadis yang tak pernah ia kenal.

Titkok : Amaryllis zee
IG : Amaryllis zee

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amaryllis zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membawa Kamala

Matahari sore mulai meredup, menyorot jingga keemasan melalui jendela kaca patri ruang tamu mewah itu.  Di dalam, Renata duduk tegak di sofa beludru, membaca majalah mode terbaru.  Rambutnya yang diwarnai pirang berkilauan, berpadu dengan gaun sutra yang mahal.  Kehidupannya adalah sebuah pementasan, sebuah pertunjukan kekayaan dan keanggunan.  Namun, ketenangannya terusik oleh ketukan pintu yang tiba-tiba.

 Ganesha  berdiri di ambang pintu, sosoknya kontras dengan kemewahan ruangan itu.  Kemeja usang yang dihiasi bercak-bercak dan celana jeans belel yang robek menutupi tubuhnya.  Rambutnya kusut, wajahnya penuh dengan garis-garis kasar, dan matanya, meskipun redup, memancarkan aura misterius.  Renata mengerutkan kening, merasa jijik.  Siapa gerangan pria ini?

 "Ada keperluan apa anda ke rumah saya?" tanya Renata, suaranya dingin dan penuh penolakan.  Matanya, yang tajam dan penuh kecurigaan, menatap pria itu dengan jijik.

 Ganesha tersenyum, senyum yang samar, namun mengandung makna yang dalam.  "Kedatangan saya kesini, ingin melamar putri Ibu, yang bernama Kamala Jayanti," ungkapnya, suaranya rendah dan tenang.

Renata terpaku, matanya membulat sempurna, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Kamala, putrinya yang keras kepala, yang selalu membuatnya pusing tujuh keliling, ternyata ada yang melamar?

 "Apa saya tidak salah dengar?" tanya Renata, suaranya bergetar, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

 Ganesha, pemuda yang duduk di hadapannya, tersenyum tipis.  "Anda tidak salah dengar. Saya memang benar ingin melamar Kamala."

 Renata menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.  "Saya senang mendengarnya," ucapnya, berusaha agar suaranya terdengar tenang.  "Akhirnya gadis itu ada yang melamar juga.”

 "Tapi…, jika Anda menikahi Kamala, ada 2 syarat yang harus kau penuhi!" ungkap Renata, suaranya bergetar menahan emosi.

 "Apa syaratnya?" tanya Ganesha, suaranya serak.

 "Syarat yang pertama, jangan pernah mengembalikan Kamala ke saya, apapun itu alasannya, saya tidak mau menerima Kamala lagi!" ucap Renata tegas, ia sebenarnya ingin sekali melepaskan Kamala si anak angkat itu.

 "Yang kedua, jaga dia baik-baik," lanjut Renata, ia akan bahagia jika Kamala pergi dari rumah ini dan ia tidak perlu repot-repot mengurus Kamala yang setiap harinya hanya diam di kamar.

Ganesha menarik napas dalam-dalam, matanya menatap Kamala yang duduk di hadapannya.  "Baiklah, saya setuju dan seminggu lagi saya akan menikahinya," ucap Ganesha penuh yakin, suaranya sedikit gemetar, namun tekadnya bulat.

***** 

Suasana haru dan syahdu pernikahan Kamala dan Ganesha perlahan memudar, digantikan oleh kesunyian senja yang menyelimuti rumah besar itu.  Acara akad nikah yang sederhana, tanpa pesta meriah, telah selesai.  Kamala, dengan balutan kebaya putih yang masih menempel di tubuhnya, melangkah gontai menuju kamarnya.  Langkahnya berat, beban perasaan yang tak terungkapkan menyelimuti hatinya.

 Di balik pintu kamar, Kamala merasakan sebuah bayangan mendekat.  Ia menoleh dan mendapati Ganesha, suaminya, berdiri di sana,  wajahnya datar tanpa ekspresi.  Ganesha akan nyelonong masuk ke kamar Kamala,  tapi keburu disadari oleh Kamala.

 “Tuan, mau kemana?” tanya Kamala, suaranya sedikit gemetar.

 “Saya mau masuk kamar,” jawab Ganesha santai,  nada bicaranya datar, tanpa sedikitpun menunjukkan rasa kasih sayang atau kelembutan.

 “Tapi …,” gumam Kamala,  kata-katanya terhenti,  tak berani melanjutkan kalimatnya.

 “Oke, saya mengerti,” ujar Ganesha memotong ucapan Kamala,  suaranya dingin dan tegas.  “Lebih baik kamu segera kemasi barangmu, karena sekarang juga kita pergi ke rumah saya!”  Ganesha memutuskan untuk membawa Kamala malam ini juga,  tanpa peduli dengan perasaan Kamala.

Kamala hanya mengangguk sebagai respon atas perkataan Ganesha,  matanya berkaca-kaca,  menahan air mata yang ingin tumpah.  Ia mengerti,  sudah kewajibannya menuruti perkataan Ganesha.  Mungkin sudah saatnya ia pergi dari rumah ini,  mencari kebahagiaan yang selama ini tidak ia dapatkan.  Kebahagiaan itu hilang ketika ayah angkatnya pulang untuk selamanya,  meninggalkan Kamala dalam kesedihan yang mendalam.

 Kamala melangkah gontai menuju lemari,  mengeluarkan pakaian dan barang-barangnya.  Tangannya gemetar,  hatinya  terasa kosong dan hampa.  Ia tak tahu apa yang menanti di depan,  namun ia yakin,  hidupnya akan jauh lebih baik jika ia meninggalkan rumah ini,  meninggalkan masa lalunya yang penuh dengan kesedihan.

 Ganesha hanya diam,  menatap Kamala dengan tatapan dingin.  Ia tak peduli dengan perasaan Kamala,  yang penting,  ia mendapatkan apa yang ia inginkan.  Ia ingin membawa Kamala ke rumahnya,  menjadikan Kamala sebagai miliknya.

 "Bisa lebih cepat, gak?" tanya Ganesha kesal melihat Kamala yang sangat lambat ketika mengemasi barang-barangnya. Suaranya dingin dan menusuk,  menimbulkan rasa takut di hati Kamala.  Ia  menatap Kamala dengan tatapan tajam,  menunjukkan ketidaksukaannya terhadap kelambanan Kamala.

 Mendengar teguran dari Ganesha, Kamala mempercepat mengenai barangnya,  ia tidak mau membuat Ganesha kesal lagi.  Ia takut akan kemarahan Ganesha,  takut akan sikap dingin dan tak berperasaan yang selalu ditunjukkan Ganesha.  Tangannya gemetar,  mencoba untuk  mempercepat gerakannya,  namun  rasa takut dan ketidakberdayaan  menyelimuti hatinya.

 "Saya sudah siap, Tuan," ucap Kamala sambil menyerah kopernya.  Suaranya gemetar,  menunjukkan rasa takut dan ketidakberdayaan.  Ia menunduk,  tak berani menatap mata Ganesha,  takut akan kemarahan yang mungkin akan meledak kapan saja.

Ganesha mengambil alih koper yang dibawa oleh Kamala.  Melihat tindakan Ganesha membuat Kamala tersentuh,  ternyata di balik wajahnya yang sangat dingin dan tak berperasaan,  ada sisi lembutnya.  Ganesha, dengan gerakan yang cepat dan pasti,  mengangkat koper itu dan berjalan mendahului Kamala.

 Mereka berjalan berdampingan melewati ruang-ruang  di dalam rumah dan tiba mereka melewati Renata dan Davina juga yang baru pulang dari luar negeri.

 “Selamat atas pernikahannya adekku, semoga kau bahagia! “ ucap Davina dengan senyuman sinis,  ia merasa senang melihat Kamala menikah,  apalagi ia melihat suaminya Kamala yang tampan usang dan kampungan,  membuatnya tertawa bahagia.  Namun,  di balik tawa itu ia mengejek Kamala yang kurang beruntung memiliki suami yang miskin.

 Kamala merasakan aura ketidaksukaan dari Davina,  namun,  ia tetap bersikap baik.  “Terima kasih, kak, “ ucapnya,  suaranya lirih,  menunjukkan rasa sedih dan kecewa.  Ia menunduk,  menghindari tatapan Davina yang tajam dan menusuk.

Kamala, gadis sederhana dengan hati yang lembut, muncul di ambang pintu, didampingi oleh Ganesha, suaminya yang miskin. Ganesha, pria dengan mata yang penuh cinta dan tekad,  menuntun Kamala dengan lembut, tangannya menggenggam erat tangan Kamala.

 Renata dan Davina menatap Kamala dengan tatapan dingin.  Mereka memandang rendah Ganesha, menganggap pria itu tidak pantas untuk Kamala.  "Jika sudah pergi jangan pernah datang kembali!" sindir Renata, suaranya berbisik namun tajam, menusuk hati Kamala yang tengah berjalan menjauh.

 Ganesha hanya tersenyum sinis, bisa-bisanya keluarga Kamala bicara seperti itu! "Saya akan memastikan, jika Kamala tidak akan pernah datang kembali lagi!" bisiknya, matanya berkilat dengan tekad yang kuat.

 Kamala berjalan mendekat, hatinya berdesir. Ia mengulurkan tangan pada Renata, ingin mengucapkan selamat tinggal, namun Renata menepisnya dengan kasar. "Saya tidak sudi salaman dengan gadis buruk rupa!" desisnya, suaranya pelan namun menusuk.

 Kamala mencoba lagi, kali ini pada Davina, saudara perempuan Kamala. Namun, Davina juga menepis tangan Kamala dengan jijik. "Gue gak sudi salaman sama orang kumuh macam lo!" ejeknya, suaranya penuh dengan kebencian.

 Air mata berkilauan di mata Kamala, namun ia tetap tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan rasa sakit yang menusuk hatinya. "Ma, kak aku pamit. Semoga kalian selalu sehat dan bahagia," ucap Kamala, suaranya bergetar menahan tangis.

 Kamala berbalik, melangkah, meninggalkan rumah yang pernah menjadi tempat tinggalnya. Di sana, ia hanya dipenuhi dengan rasa benci dan hinaan. Namun, di hati Kamala, masih ada secercah harapan. Harapan untuk membangun kehidupan baru bersama Ganesha, suaminya yang sederhana namun penuh cinta.

 Ganesha, dengan lembut menarik tangan Kamala, menggenggamnya erat seolah memberikan kekuatan dan semangat pada Kamala.  Sentuhan itu, sentuhan pertama dari seorang pria, membuat Kamala tersentak.  Untuk pertama kalinya dalam hidup, ia merasakan aliran listrik yang menyengat mengalir di tubuhnya.  Kulitnya terasa panas dingin, dan tangannya kaku.

 Ganesha merasakan kegugupan Kamala. Ia melirik Kamala sambil berbisik, "Sebaiknya kita cepat pergi. Tidak ada gunanya lagi kehadiran kita di rumah ini!"  Ia sengaja meninggikan suaranya, menyindir Renata dan Davina yang masih menatap mereka dengan tatapan penuh kebencian.

 Mereka pun berjalan keluar rumah, meninggalkan rumah yang penuh dengan kenangan pahit.  Di luar, sebuah taxi online sudah menunggu.  Ganesha membuka pintu mobil dan membantu Kamala masuk.  Ia duduk di samping Kamala, tangannya masih menggenggam erat tangan Kamala.

 Mobil melaju meninggalkan rumah mewah itu, membawa Kamala dan Ganesha menuju kehidupan baru mereka.  Di dalam mobil, Kamala menunduk, air mata mengalir di pipinya.  Namun, di balik air mata itu, ada secercah harapan.  Harapan untuk membangun kehidupan baru, kehidupan yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan bersama Ganesha.

1
Amaryllis zee
Gimana, dengan wajah baru Kamala? Apa memuaskan?
Maza
Double up terus thor
Amaryllis zee
Ikut semangat
Amaryllis zee
Aku aja yang buatnya sedih
Amaryllis zee
Namanya, Gamita. Masa Gamati 🙂
Ita Xiaomi
Maaf kk nama neneknya Gamita apa Gamati?
Ita Xiaomi
Sedih😢
Ita Xiaomi
Ayo Ganesha cintai Kamala dgn setulus hati jgn disakiti apalg dikhianati. Bahagiakan Kamala. Semangat.
Maza
Bagus
Baby sakinem
semangat thorr,aku suka sama karyamu.
jangan lama lama up nya dan banyakin up nya pls😭
Amaryllis zee: Ya siap . Jika di semangatin, akunya jadi makin cemangat
total 1 replies
Baby sakinem
seru thor ceritanya sampe bikin penasaran sama asal usul ganesha😭
Amaryllis zee: Kalau penasaran, baca terus ya ...
total 1 replies
Amaryllis zee
Jangan lupa komentarnya teman - teman
Amaryllis zee
Kasih ulasannya. Ya teman-teman
Thảo nguyên đỏ
Ceritanya terlalu seru sampai-sampai aku kehilangan akal. Lanjut terus thor!
Amaryllis zee: siap, pasti akan dilanjutkan.

terima kasih, sudah mau kasih komentar
total 1 replies
Amaryllis zee
Salam kenal semuanya .....

ini cerita pertama saya, dan semoga kalian suka.

Terima kasih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!