NovelToon NovelToon
Satu Milyar Untuk 30 Hari

Satu Milyar Untuk 30 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Nikah Kontrak
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tya

zea perempuan cantik yang harus menikah kontrak selama 30 hari dengan leon pengusaha kaya raya.
di dalam perjanjian pernikahan kontrak mereka tidak boleh saling jatuh cinta.
namun berjalannya waktu zea mulai ada rasa dengan Leon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Zea terdiam, matanya melihat ke arah luar jendela, mencoba mencerna situasi yang tengah dihadapinya. Sementara itu, Ibu Ning dan Citra berbicara panjang lebar, mencoba meyakinkan Zea bahwa tawaran yang ada di depan matanya adalah kesempatan emas untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih baik.

"Tapi, Bu..." ucap Zea, seraya menoleh ke arah ibunya dengan mata berkaca-kaca.

"Tapi apa lagi, Zea? Ingat, hanya waktu tiga puluh hari untuk mendapatkan uang satu miliar! Di mana lagi kita bisa mencari uang sebanyak itu dalam waktu singkat?" seru Citra, sedikit membesarkan suaranya, menunjukkan rasa frustrasinya.

Zea menangis sesenggukan, merasa terpojok oleh situasi yang dihadapinya. Ia sebenarnya sangat tidak ingin mengambil keputusan tersebut, namun mengingat kehidupan mereka yang penuh hutang dan ejekan tetangga, Zea merasa tidak punya pilihan lain.

Dalam hati, Zea mencoba menguatkan diri. Ia menundukkan kepalanya dan menghela napas panjang, kemudian mengangkat wajahnya yang basah oleh air mata.

"Baiklah, Bu, kak Citra... Aku setuju," ucap Zea dengan suara bergetar, mencoba menyembunyikan ketakutannya.

Ibu Ning dan Citra tersenyum, lega karena Zea akhirnya menyetujui rencana mereka. Mereka berjanji akan mendampingi dan membantu Zea sepanjang perjalanan ini, demi kehidupan yang lebih baik dan bahagia untuk mereka semua.

Keesokan paginya, Zea sudah berdiri di depan rumahnya, mengenakan gaun merah muda yang anggun. Ibu Ning dan Citra juga telah siap, mengenakan pakaian terbaik mereka untuk menemani Zea dalam perjalanan ini. Mereka semua menunggu kedatangan para pria berpakaian serba hitam yang akan menjemput mereka.

Tepat waktu, sebuah mobil hitam mewah berhenti di depan rumah mereka. Pintu mobil terbuka, dan beberapa pria gagah berpakaian serba hitam turun dari mobil tersebut. Mereka tersenyum sopan kepada Zea dan keluarganya.

"Kalian sudah siap?" tanya salah satu pria gagah berpakaian serba hitam itu.

"Sudah," sahut Citra antusias, dengan wajah berbinar.

"Bagus," kata pria itu, menoleh ke arah Zea yang masih tampak cemberut. "Ayo, Zea. Waktunya berangkat."

Namun, sebelum Ibu Ning dan Citra bisa mengikuti Zea ke dalam mobil, pria berpakaian serba hitam itu mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka tidak masuk.

"Kalian tidak bisa ikut bersama kami. Hanya Zea yang kami jemput."

"Ini uang, satu milyar yang bos kami janjikan" kata pria itu sambil menyerahkan sejumlah uang kepada Ibu Ning. "Silakan gunakan untuk keperluan Kalian"

"Tapi pak, saya mau antar anak saya pak"

"Bukan urusan kami, minggir sana"

"Zea maafkan ibuk nak, kamu baik baik di sana ya? Maaf kan ibu" seru ibu Ning Dengan perasaan bersalahnya

Wajah Ibu Ning tampak sedih, namun dia mengangguk mengerti. Zea melirik sekali lagi ke arah ibunya dan Citra sebelum masuk ke mobil, pintu tertutup, dan mobil hitam mewah itu melaju meninggalkan rumah mereka.

Rea menangis terisak-isak di sudut ruangan, matanya sembab menatap wajah kakaknya, Citra, dan ibunya yang sedang saling berpelukan erat. Tangis mereka seolah menjadi satu dalam lantunan doa yang tak henti-hentinya terucap di bibir mereka.

"Zea, kamu baik-baik saja di sana, ya. Kakak akan pastikan Ibuk selalu baik-baik saja di sini," teriak Citra dengan suara yang bergetar, mencoba menahan tangis.

Zea hanya bisa menatap mereka dari dalam mobil yang perlahan menjauh. Ia merasa hatinya tercabik-cabik, tak sanggup untuk melihat ke belakang lagi.

"Usap air matamu! Bos kami gak suka perempuan cengeng!" seru salah satu pria yang duduk di sebelah Zea, dengan nada dingin dan sinis.

Zea tidak menjawabnya. Ia mengusap air matanya dengan tangan gemetar, berusaha menenangkan diri saat mobil semakin meninggalkan tempat di mana ia tumbuh dan menghabiskan sebagian besar hidupnya.

"Kamu baca dulu surat perjanjian ini," ujar pria itu sambil menyerahkan selembar kertas yang sudah dibungkus rapi.

Zea menggelengkan kepalanya perlahan, menatap kertas itu dengan pandangan kosong. Ia merasa seolah hidupnya kini di ujung tanduk, terjebak dalam pilihan yang sulit dan menghancurkan hatinya. Namun, demi keluarganya, Zea tahu bahwa ia harus tetap kuat dan melangkah maju.

**

Mobil mewah berwarna hitam berhenti di depan sebuah rumah besar dan megah. Rumah ini jauh lebih mewah daripada yang pernah Zea lihat sebelumnya. Pintu mobil terbuka, dan Zea, gadis muda berparas cantik, keluar dengan ekspresi kaku di wajahnya.

"Turun," ujar sopir mobil itu dengan nada dingin.

"Iya," jawab Zea dengan suara serak, perasaan cemas dan takut bercampur aduk di dalam hatinya.

Begitu Zea menginjakkan kaki di depan rumah, beberapa orang pelayan segera menyapanya dengan ramah dan hormat. Zea terkejut bukan main, ia tidak pernah menyangka akan disambut layaknya seorang nona besar di rumah ini. Salah satu pelayan, seorang wanita paruh baya, langsung mengajak Zea masuk ke dalam rumah.

"Dik Zea, mari kita masuk ke dalam rumah. Tuan leon sudah menunggu," ujar wanita itu dengan senyum ramah.

Zea mengangguk, lalu melangkahkan kakinya memasuki rumah mewah itu. Kaki Zea tampak bergetar, menahan rasa cemas dan takut yang semakin menguasai dirinya. Ia merasa seperti seorang rusa kecil yang terjebak di tengah hutan belantara, tak tahu harus berbuat apa.

Saat memasuki ruang tamu, Zea melihat beberapa orang yang sedang berkumpul. Mereka menoleh, menatap Zea dengan penuh perhatian. Zea merasa jantungnya berdebar kencang, namun ia berusaha menunjukkan sikap tenang dan sopan.

"Selamat datang di rumah kamu, Zea," sapa seorang perempuan paruh baya dengan senyum hangat. "Kami harap kamu merasa nyaman di sini."

"Terima kasih," balas Zea dengan suara lirih, berusaha menyembunyikan kecemasan yang menggelayut di hatinya.

Ia tahu, kehidupan barunya di rumah mewah ini tak akan mudah. Tapi ia harus beradaptasi, demi masa depan yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya.

Zea merasa takut dan cemas ketika mendengar bahwa dia harus menikah dengan Leon, lelaki yang selama ini ia tahu hanya dari tayangan televisi. Wajahnya yang sudah tua dan bulu kuduknya berdiri membuat Zea merasa ngeri.

Bayangan itu begitu menghantui Zea, bagaimana mungkin ia harus menikah dengan seorang pria tua yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya. Namun, takdir berkata lain.

"Non Zea, ikut kami untuk ganti baju dan di rias karena pernikahan non dan tuan muda kami akan segera berlangsung," ujar seorang pelayan dengan sopan.

"A-apa!" Zea kaget dan pasrah. Ia tak bisa menolak perintah itu, ia terpaksa harus menghadapi kenyataan yang begitu pahit. Hati Zea bergetar, menggigil ketakutan akan masa depan yang akan dijalaninya bersama lelaki yang tak ia kenal.

Dengan langkah gontai, Zea mengikuti pelayan itu untuk berganti baju dan bersiap menghadapi hari yang akan mengubah seluruh hidupnya.

Rasa penasaran dan kekhawatiran bercampur menjadi satu dalam hatinya. Apakah Leon benar-benar seorang pria tua yang menakutkan seperti yang ia bayangkan? Atau mungkin ada sisi lain yang belum ia ketahui?

***

1
Ellis Herlina
Bagus, membuat penasaran jadi pengen terus membacanya.
Dewi
👍
Rike
cwok gk besyukur🤦
Dewi
ceritanya sangat bagus
🌜💖Wanda💕🌛
Luar biasa
Ivana Make Up
awal yg bagus😍aku suka baca novel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!