NovelToon NovelToon
Dulu Kakak Iparku, Kini Suamiku

Dulu Kakak Iparku, Kini Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / CEO / Janda / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:10.9k
Nilai: 5
Nama Author: Itz_zara

Selena tak pernah menyangka hidupnya akan seindah sekaligus serumit ini.

Dulu, Daren adalah kakak iparnya—lelaki pendiam yang selalu menjaga jarak. Tapi sejak suaminya meninggal, hanya Daren yang tetap ada… menjaga dirinya dan Arunika dengan kesabaran yang nyaris tanpa batas.

Cinta itu datang perlahan—bukan untuk menggantikan, tapi untuk menyembuhkan.
Kini, Selena berdiri di antara kenangan masa lalu dan kebahagiaan baru yang Tuhan hadiahkan lewat seseorang yang dulu tak pernah ia bayangkan akan ia panggil suami.

“Kadang cinta kedua bukan berarti menggantikan, tapi melanjutkan doa yang pernah terhenti di tengah kehilangan.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itz_zara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Cat Rambut

“Terkadang kita rindu pada penampilan dan masa-masa muda kita. Begitu juga dengan Daren—yang tanpa diduga, merindukan masa remajanya dan akhirnya memutuskan untuk mengulanginya lagi.”

---

Selena mengerutkan kening melihat sosok suaminya muncul di ambang pintu.

Astaga… apa yang baru saja dilihatnya?

Daren berdiri di sana dengan rambut yang tiba-tiba diwarna, model acak tapi entah kenapa cocok, jaket bomber hitam, celana hitam dengan rantai kecil menjuntai—penampilan yang sama sekali bukan “Daren ayah dua anak yang kalem”.

Selena sampai refleks bangkit dari sofa.

“Bagus ya, Mas. Udah mau anak dua, bisa-bisanya gaya-gayaan kayak anak jalanan.”

Suara Selena terdengar mengomel, tapi sorot matanya jelas tidak bisa menutupi fakta lain: suaminya terlihat keterlaluan tampan.

Daren hanya menaikkan alis sambil menyeringai, kemudian berjalan mendekat dengan langkah santai seolah sedang audisi jadi bad boy drama Korea.

“Gimana? Aku makin ganteng, kan?”

Ia memiringkan kepala, memperlihatkan rambut barunya dari berbagai angle.

Selena menahan nafas.

Ya. Memang benar. Sangat benar.

Tapi gengsinya menolak mengaku.

“Ganteng apaan,” gumamnya.

“Yang ada kamu kayak anak urakan.”

Daren tertawa kecil dan makin mendekat, jemarinya menyentuh pinggang Selena pelan.

“Tapi masih bikin kamu lihat aku terus, kan?”

Selena langsung menepuk dadanya.

“Ih! Sombong banget!”

Lalu cepat-cepat bertanya,

“Aru mana? Katanya kamu mau bawa Aru jalan-jalan. Lah ini malah pulang kayak habis nongkrong di pinggir jalan.”

Daren mengangkat kedua tangan, tanda damai.

“Tenang, tenang.”

Ia menggenggam tangan Selena lembut.

“Aru aku anterin ke rumah Mama Papa. Mereka kangen, jadi Aru nginap semalam.”

Selena mengangguk—masih kesal, tapi jelas lega.

“Oke. Terus kenapa penampilan kamu jadi begini…?”

Nada curiganya kembali keluar.

Daren mengusap tengkuk, wajahnya tampak malu tapi tetap ingin terlihat cool.

“Ehm… sebenarnya…”

Selena menyipitkan mata.

“Jangan bilang kamu taruhan sama temen kantor.”

“Bukan.”

“Atau kamu ikut challenge aneh yang kemarin itu?”

Daren menggeleng cepat.

“Terus?”

Daren menghela napas, lalu berkata pelan,

“Aku pengin ngulang masa remaja aku.”

Selena terbelalak.

“APA!!! Jadi kamu mudanya nakal ya, Mas?”

Ia tertawa kecil sambil mendorong bahu suaminya.

Daren malah tambah percaya diri.

“Tapi ganteng kan?”

Selena mendengus.

“Iya deh… yang paling ganteng.”

Ia berbalik hendak ke dapur.

Tapi baru beberapa langkah, tangannya ditarik Daren.

“Sel… gimana kalau kita jalan-jalan?”

Selena mengerutkan kening.

“Hah? Jalan ke mana malam begini?”

Daren menaikkan alis.

“Nonton basket.”

“HAH? BASKET?”

Selena langsung memprotes.

“Mas! Kamu itu penampilan sudah kayak anak nongkrong, terus tiba-tiba ngajak nonton basket? Kamu mau ngap—”

Daren buru-buru mengangkat tangan.

“Tenang dulu, sayang. Kita cuma nonton. Aku nggak main.”

Ia menepuk pundaknya pelan.

“Aku cuma pengin kamu tahu kalau aku juga kangen lihat keramaian, nongkrong sebentar. Tapi… tetap sama kamu.”

Nada terakhir itu lembut sekali.

Selena berusaha menahan senyum—gagal. Tangan refleks memperbaiki rambut suaminya yang berantakan.

“Ya ampun Mas… rambut kamu udah gaya banget gini, mau nongkrong segala.”

Daren menunduk sedikit agar Selena bisa merapikan lebih mudah.

“Justru itu. Biar kamu lihat suamimu masih gaul dikit.”

Selena mendecak, pipinya memerah.

“Gaul dari mana? Kamu tuh bapak-bapak mau anak dua.”

Daren bersandar sambil tersenyum jail.

“Bapak-bapak pun berhak gaul, Bu.”

Akhirnya Selena menyerah.

Ia menarik napas panjang.

“Ya udah… ayo.”

Ia memperhatikan penampilan suaminya dari atas ke bawah.

“Tapi jangan tiba-tiba sok ambil bola terus lari ke lapangan. Ingat, kamu bukan anak SMA lagi.”

Daren memasang wajah pura-pura tersinggung.

“Kalau aku tiba-tiba dipanggil jadi cadangan pemain?”

“Nggak bakal.”

“Kok sadis banget sih kamu…”

Daren tertawa sambil menggenggam tangannya.

“Ayo, sebelum kamu berubah pikiran.”

Selena membalas genggaman itu.

“Tapi abis ini kita makan dulu. Aku lapar.”

“Apa pun buat istri dan anakku.”

Selena tersenyum.

“Nah, itu baru Daren.”

Keduanya melangkah keluar—

Daren dengan gaya bad boy dadakan,

Selena dengan perut tujuh bulannya sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya.

Namun di balik semua itu, hatinya menghangat.

Karena meski gaya Daren berubah drastis…

cintanya tetap sama.

---

Mereka akhirnya sampai di tempat yang dimaksud Daren—lapangan basket outdoor yang penuh lampu kuning temaram dan suara bola memantul. Angin malam semilir, aroma gorengan dari gerobak dekat pintu masuk tercium tipis. Selena memegang lengan suaminya sambil menatap sekeliling, sedikit heran sekaligus penasaran.

Beberapa pria yang sedang istirahat di pinggir lapangan langsung menoleh ketika melihat pasangan itu datang. Ada wajah-wajah yang Selena kenal dari pernikahan dulu: Haikal, Riko, dan Nael.

“Woi! Liat siapa yang akhirnya nongol!” seru Haikal sambil menghampiri.

“Selena, ya ampun… ibu hamil diajak Daren ke lapangan basket? Lo nggak capek, Sel?” tanya Riko sambil tertawa kecil.

Selena tersenyum, “Nggak kok. Aku cuma diajak nonton, bukan disuruh lari-lari.”

Haikal menyenggol bahu Daren. “Gimana, Sel? Nikah sama Daren… rese kan orangnya?”

“Mana ada gue rese!” seru Daren spontan, wajahnya langsung berubah defensif.

Selena mengangkat alis, menahan tawa. “Hmm… rese? Kalo dibilang rese sih… ya ada. Sedikit.”

“Sedikit?” Haikal ngakak. “Bro, itu kode keras!”

Daren langsung melingkarkan tangan ke pinggang Selena. “Dia bercanda. Dia sayang banget sama gue, ya kan?” Daren menatap istrinya sambil memasang senyum percaya diri khas cowok yang terlalu pede dengan ketampanan sendiri.

Selena memutar bola matanya. “Iya sayang… tapi pundungan banget.”

Tawa meledak dari geng Daren.

Nael ikut mendekat sambil menunjuk rambut baru Daren yang dicat gelap kemerahan. “Ren, lo apain rambut lo? Lo pikir masih umur dua puluh?”

Daren mengangkat dagu penuh kebanggaan. “Gue tampil fresh dikit, biar istri gue makin cinta.”

Selena mendengus. “Fresh? Ini mah urakan. Tapi ya… cocok sih,” gumamnya tidak mau mengakui terlalu jelas.

Haikal langsung bersiul. “Eh-eh, romantis. Gila, Daren berubah total sejak nikah.”

Daren melepas tangan dari pinggang Selena lalu bertepuk sekali. “Udah, udah. Pada mau main lagi nggak? Gue mau tunjukin istri gue kalo gue itu jago. Biar dia makin kagum.”

Selena melipat tangan di dada. “Aku di sini cuma nonton. Jangan tiba-tiba sok ngedance di lapangan trus jatuh, maluin.”

Riko berseru, “Fix! Daren turun tangan sekarang!”

Sementara para pria kembali ke lapangan, Selena duduk di bangku panjang pinggir lapangan. Perutnya yang membesar membuatnya perlahan menepuk-nepuk bagian bawah, menenangkan bayi yang bergerak pelan.

Daren menoleh sambil berjalan mundur ke tengah lapangan. “Sel, lihat aku baik-baik. Nanti aku dunk dikit biar kamu tau papa itu keren.”

Selena melipat bibir, menahan tawa. “Kalau jatuh jangan nyalahin aku.”

Haikal berteriak, “Jangan dukung dulu Sel! Biar dia pede!”

Suasana hangat itu membuat Selena tiba-tiba tersenyum. Untuk sesaat, ia lupa kecemasan, lupa konflik, lupa drama rumah tangga. Melihat suaminya begitu hidup di dalam lingkungannya, Selena merasa seperti mengenal sisi Daren yang selama ini tersembunyi di bawah tekanan kerja dan tuntutan keluarga.

Dalam hati, ia membatin, ternyata ini dunia dia… dan aku senang dia mau nunjukkin padaku.

Daren mulai dribble bola, melirik Selena sesekali. Lalu—seperti ingin pamer—ia melakukan lay-up sempurna yang disambut riuh kawan-kawannya.

Selena terkikik. “Ih norak banget sih sombong gitu.”

Tapi matanya jelas berbinar bangga.

Daren menunjuk Selena dari jauh. “LIAT KAN? Buat kamu tuh!”

“Ya ampun, Darennnn,” Selena menutup wajahnya dengan tangan, malu tapi bahagia.

Dan untuk pertama kalinya setelah beberapa hari penuh emosi, Selena merasa… ringan.

Seperti semua ribut-ribut mereka sebelumnya hilang, diganti dengan tawa kecil dan ketenangan sederhana.

---

Gimana bab hari ini? Seru?

1
Favmatcha_girl
Seru💪
Favmatcha_girl
Excited banget kamu
Favmatcha_girl
Lucu banget si kamu Aru
Favmatcha_girl
Daren😍
Favmatcha_girl
bagus thor 😍
Favmatcha_girl
apapun akan daren lakukan untuk kamu Sel🤭
Favmatcha_girl
ngidam mu gak susah ya😊
Favmatcha_girl
hahaha ketahuan kamu Daren
Favmatcha_girl
so sweet amat
Favmatcha_girl
lanjutkan thor 💪
Favmatcha_girl
sksd banget ya🤭
Favmatcha_girl
Ganggu banget nih orang
kalea rizuky
istri g punya basic bisnis yg g bs bantu apapun bisanya diem. aja di rmh dih
Itz_zara: punya dong, kan dia punya butik🫠
total 1 replies
kalea rizuky
klo selingkuh buang aja nay
Itz_zara: 🤭daren ijo neon kak
total 1 replies
kalea rizuky
abis ne keguguran karena g jujur halahh
Favmatcha_girl
jendela nya gue gembok Ray🤭
Favmatcha_girl
yah kasihan nggak diterima 🤭
Favmatcha_girl
ternyata ada udang di balik batu🤭
Favmatcha_girl
ada bau-bau aneh nihh
Favmatcha_girl
waduh🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!