Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berangkat Sekolah
Bab. 2
Pagi ini kelas akan di mulai setelah beberapa hari libur karena dipakai anak kelas dua belas yang tengah melakukan ujian Nasional.
Seperti biasa, Rinda terlihat begitu panik menyiapkan keperluan untuk sekolah dengan terburu. Gadis itu berlari ke sana kemari demi mengejar waktu. Karena sekarang sudah setengah tujuh lewat.
"Bu, Kak, Rinda berangkat dulu, ya?" sapa Rinda yang baru turun ke lantai dasar dan menghampiri dua wanita berbeda generasi tersebut di dapur. Bersalaman dengan mereka secara bergantian.
Baru setelah itu menuju ke kursi yang paling ujung, di mana di sana ada seorang pria paruh baya yang menatap ke arahnya seraya menggelengkan kepala.
"Yah, Rinda juga pamit berangkat sekolah dulu, ya?" sapa Rinda mencium punggung telapak tangan ayahnya lalu memberi kecupan di kening.
"Nggak sarapan dulu, Nda? Kan kalau sekolah pulangnya sore. Nggak sempet makan siang di rumah juga, kan?" tanya ayah dengan sangat lembut.
Sangat berbeda sekali dengan ibunya yang selalu bersemangat kalau berbicara dengan dirinya. Sangking semangatnya, terkadang Rinda menutup telinga jika sudah ibunya latihan vokal.
"Enggak, Yah. Nanti bisa makan di kantin. Ini sama Kak Nara dikasih uang lebih buat jajan," jawab Rinda sembari menoleh ke arah kakaknya dan membuat gerakan simbol hati yang beri keluar dari dadaanya.
"Ck! Kalau ada maunya!" timpal Nara, yang memang selalu memanjakan adik satu-satunya tersebut.
"Ya sudah, Rinda berangkat dulu semuanya! Assalamu'alaikum!" pamit Rinda sambil berlalu dari sana setelah menyambar kunci motornya.
Rinda menuju motornya yang sudah terparkir rapi di depan rumahnya. Gadis itu kembali mengecek jas hujan yang ada di dalam jok.
Kemarin, setelah mengatakan kepada ayahnya kalau kunci bagian belakang sepeda motornya agak susah, pria paruh baya itu menyempatkan diri untuk memperbaikinya sebelum berangkat ke kantor.
Alhasil sekarang Rinda bisa dengan mudah membuka joknya. Tidak lagi kehujanan seperti kemarin. Beruntung juga kemarin ibu memberinya obat paracetamol agar tubuhnya tidak demam.
Beruntung, Rinda sampai di sekolah dengan selamat. Dan yang paling penting ialah dia tidak telat hari ini. Bisa bahaya kalau sampai telat. Bisa-bisa ia berhadapan dengan para anggota osis yang sedang berjaga di gerbang hari ini.
"Bawa apaan lo?" tanya Bianka saat Rinda mau lewat.
Rinda yang ditunjuk pun menatap ke arah tangannya yang tengah membawa beberapa buku. Tentu, di dalam buku tebal itu juga ia selipkan berapa komik kesukaannya.
"Memangnya lo nggak liat apa yang gue bawa?" bukannya menjawab pertanyaan, Rinda justru melempar pertanyaan lain dan seolah meledek Bianka. "Buku sebesar ini masa masih nggak jelas di mata lo? Ck! Udah parah mata lo. Buruan periksa sana." imbuh Rinda.
"Sialaan, lo!" sentak Bianka yang tidak terima dibalas seperti itu oleh Rinda.
Gadis itu berusaha untuk mendekat ke arah Rinda dan ingin sekali menjambak rambutnya. Namun, pergerakannya dihadang oleh anggota osis yang lain.
"Jangan bertindak di luar tugas kita, Bi!" sentak salah seorang cowok dengan nada yang keras.
"Tapi dia nyebelin banget!" balas Bianka yang masih tidak terima.
"Iya, gue tau. Lagian dia nggak melanggar peraturan, kan? jadi nggak ada alasan buat lo nyentuh dia," ingat cowok itu lebih menekankan lagi kalimatnya.
Diam-diam Rinda tersenyum puas melihat Bianka yang ditarik seperti itu oleh kakak kelasnya. Cewek yang paling suka mencari kesalahannya itu, hari ini tidak akan bisa mencatat namanya di buku catatan murid-murid yang melakukan pelanggaran.
"Gue nggak ada langgar apa-apa, kan?" tanya Rinda dengan nada yang begitu menjengkelkan.
"Enggak," jawab seorang cewek berkacamata dengan buku tebal di tangannya.
"Ya udah, kalau gitu. Permisi," ucap Rinda sesopan mungkin. Karena biar bagaimanapun mereka semua kakak kelasnya.