Dihianati, di Fitnah dan diperlakukan curang oleh orang-orang yang disayangin dan dipercaya membuat kematian Azzura tidak terima dan bersumpah bahwa dendamnya akan terus menghantui mereka yang menyakitinya.
Azzura dihukum mati karena difitnah telah berzina dengan pamannya yang seorang jendral. yang mana sanga Paman juga dihukum mati.
Saat itu Azzura mengucapkan sumpahnya dihadapan para penghianat dengan tatapan mata tajam penuh dendam.
Setelah sadar ternyata dia kembali dikehidupan saat umurnya berusia 15 tahun. Disaat sang Ayahnya akan diangkat menjadi Raja.
Dan dari sinilah balas dendamnya dimulai.
Bagaimana kisah selanjutnya? ayo ikuti cerita Azzura...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon young bee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Azzura memandangi sekeliling dan melihat semua Orang yang ada dikamarnya itu dengan seksama. Orang-orang yang dia ingat sudah mati dan sudah berubah menjadi penghianat dalam waktu yang singkat. Azzura memandang mereka dengan semua perasaan.
“Apakah ini mimpi? Apakah karena dendam yang mendalam menjadikan aku hingga bisa melihat semua wajah polos mereka saat belum menjadi para penghianat?” Batin Azzura dengan tetap menatap tegas dan menyeluruh. Orang tuanya memperhatikan tatapan Azzura yang aneh itu.
“Azzura hentikan. Ada apa dengan mu?” Sang ibu marah karena Azzura sangat berbeda pagi ini. Dia seperti bukan melihat putrinya yang manis lagi.
Azzura kembali menatap ibunya dengan sendu. Dia merindukan ibunya, sangat merindukan, namun karena para penghianat itu dia jadi kehilang sosok ibunya.
“Semuanya bubar. Ini bukan tontonan lagi.” Perintah Nyonya Elena.
Tiba-tiba ada yang berlari, seorang gadis seumuran Azzura tidak lain itu adalah Lola. Pelayan setianya, Lola yang seumuran dengan Azzura yang tidak pernah diangangg sebagai pelayan tapi seorang teman.
“Nona, ada apa dengan mu?” Lola langsung bersimpuh disamping kasur Azzura dengan khawatir.
“Lola…” batin Azzura dengan tatapan sendu.
Seingatnya pelayan setianya ini juga mati untuk melindungi dirinya. Lola yang juga berlatih bela diri karena ingin ikut berperang dengan Azzura. Harus mati untuk melindunginya dari serangan musuh saat berperang. Sejak saat itu Azzura hanya bisa sendiri untuk melakukan segalanya, karena dia tidak memiliki orang kepercayaan lagi.
Lola yang mati dipelukan Azzura, dengan kuatnya saat diujung kematian dia mengatakan.
“Nona, jika aku terlahir kembali. Maka aku akan tetap menjadi pelayan setia mu. Aku bersumpah.” Ucapan terakhir Lola saat itu terus terngiang dalam benar Azzura. Maka saat melihat Lola dihadapannya dengan spontan dia langsung turun dari kasur dan memeluknya.
Hal ini mengejutkan semua orang, Lola yang merasa risih saat dipeluk Nonanya karena dia hanya pelayan rendahan dan disini masih banyak orang. Namun diperlakukan seperti ini membuatnya malu dan takut, bagaimana jika dia diusir dan dihukum.
“Nona, aku mohon lepaskan.” Berontak Lola.
Azzura langsung melepaskan pelukannya dan duduk kembali dikasur lalu tersenyum dan menghapus air matanya.
“Sudah-sudah, semuanya pergi. Azzura segera rapihkan diri mu dan berhenti bersikap aneh. Lola bantu Nona mu.” Ucap Nyonya Elena sembari berjalan keluar.
Azzura hanya tersenyum melihat ibunya yang terlihat angkuh dan sombong. Namun itu semua karena dia akan menjadi seorang Ratu dan juga sebagai cara untuk mendidik Putrinya. Namun dia sangat menyukai cara ibunya itu karena jika tidak ada orang ibunya selalu memanjakan dia.
“Baik Nyonya.” Lola mengerti dan segera menyiapkan segala sesuatunya. Orang-orang semua keluar dari kamar Azzura yang luas itu.
Azzura menatap kepergian tiga selir ayahnya.
“Dikehidupan ini, kalian yang akan merasakan penderitaan dengan lebih kejam dari apa yang kalian lakukan dikehidupan ku yang lain.” Batinnya dengan tersenyum sinis dan tatapan mata yang tajam.
Lola yang sibuk dengan segala keperluan Azzura, sekilas melihat tatapan Nonanya yang mengerikan itu, dan menjadi merinding. “Ada apa dengan Nona? Semalam baik-baik saja kenapa pagi ini sepertinya berubah dan menjadi sangat mengerikan?” batin Lola dengan masih sibuk menyiapkan baju Azzura.
“Nona, apa kau baik-baik saja? Apa kau tidak perlu menghadiri acara persiapan pengangkatan Ayah anda saja?” Tanya Lola khawatir.
Azzura menatap pelayan nya itu dan tersenyum.
“Aku baik-baik saja. Siapkan segalanya. Aku ingin membersihkan diri dulu.” Ucap Azzura yang bangun dari tempat tidurnya, namun tba-tiba dia merasa melayang dan hampir terjatuh.
“Nona.” Lola langsung menangkap Azzura.
“Apa kau baik-baik saja?” Lola semakin khawatir.
“Aku baik-baik saja. Tolong siapkan semuanya saja. Aku ingin berendam dulu sejenak.” Pintanya.
“Baik segera ku siapkan.” Lola pergi untuk memanggil pelayan lainnya karena Azzura ingin berendam .
Azzura kembali ketempat tidurnya dan menutup matanya. Dia mengingat terakhir kali dirinya sebelum dipenggal. Dia menatap semua penghianat yang menyaksikan kematiannya secara tidak adil dan sampai dia dipancung dia masih merasakan sakitnya akan pancungan itu.
”namun kenapa sekarang dia berada disini?” Tanyanya dalam hati.
“Benarkah aku terlahir kembali? Atau semua yang kualami hanya mimpi buruk?” masih berkutat dengan pemikirannya.
“Jika ini mimpi tapi semuanya terlalu nyata untuk ku.” batinnya lagi dengan memandangi tangannya yang halus dan lembut itu.
Azzura memijat-mijat keningnya yang terasa seperti melayang. Rasa mual masih terasa diperutnya. Sampai Lola kembali dan mengatakan bahwa air nya sudah siap. “Silahkan Nona.” Ucap Lola.
Azzura tersenyum dan pergi dengan perlahan kekamar mandi untuk berendam. Dia membuka bajunya dan berkaca dicermin. Sungguh tubuh yang mungil, bersih, putih dan halus. Azzura mengelus pundaknya sampai ketangan.
“Sangat berbeda, tubuh ini dengan tubuh ku yang berlatih perang.” Azzura masih bingung dengan apa yang terjadi. Dia memilih melupakan lalu berendam untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
Azzura telah siap dengan gaun terbaik yang dimilikinya. Dia terlihat sangat berbeda dari biasanya. Umur nya yang masih muda namun tatapan wajah dan sikap jauh berbeda menjadi lebih dewasa.
Saat keluar dari kamarnya menuju Aula pertemuan Azzura langsung menjadi pusat perhatian semua orang. Tidak terkecuali kedua orang tuanya yang sedang berbincang dengan para pejabat yang lain.
Gadis kecil mereka yang selalu bermain dan bermanja dengan orang lain mengapa terlihat sangat mempesona dan dewasa.
Ibunda Azzura menghampiri. “Azzura,” menggapai tangan Azzura.
Azzura memberi senyuman dan menyambut tangan sang ibu. Mereka berjalan berdampingan dengan sangat anggun, Azzura benar-benar berbeda. Dia sudah sangat terlihat sebagai Putri Mahkota meski ayahnya belum dinobatkan sebagai Raja.
Azzura menyapa sang Ayah yang tertegun dengan gaya dan sikap anaknya ini. “Apa yang terjadi pada putri ku ini mengapa berbeda?” Batin Tuan Cariann.
Mereka bertiga duduk disinggasana dengan perlahan. Semua sudah berkumpul untuk melakukan persiapan penobatan. Para selir dan anak-anak mereka juga sudah hadir. Karena ini baru persiapan jadi hanya keluarga inti yang hadir dan tidak banyak orang.
Azzura melihat lagi kearah para selir dan anak mereka. Tatapan yang anggun namun sedikit menusuk. Selir Ines yang merasa tatapan itu untuknya menjadi salah tingkah dan tersenyum kecut pada Azzura.
“Kenapa bocah ini menatap ku dengan aneh.” Dia gelagapan sendiri sedang kan Selir Luisa yang memperhatikannya lamgsung menyenggol lengannya.
“Perhatikan sikap mu, fokus.” Dia mengingatkan.