NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Raja Tentara/Dewa Perang / Dijodohkan Orang Tua / Pernikahan rahasia
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aira azahra

Wulan masih tidak percaya bahwa dia telah reinkarnasi ke dalam tubuh seorang perempuan yang cantik namun tidak bahagia. Dia adalah istri dari kapten yang tampan dan berkuasa, namun dingin dan tidak peduli dengan istrinya.

Wulan mempunyai janji dengan jiwa aslinya, yaitu mengubah takdir hidup sang kapten agar jatuh cinta dengan tubuh istrinya yang bermana Livia. Tapi bagaimana caranya? Kapten tersebut sangat dingin dan tidak peduli dengan istri.
.
Namun, semakin Wulan mencoba untuk mendekati sang kapten, semakin dia menyadari bahwa kapten tersebut memiliki luka yang dalam dan tidak mudah untuk diobati.

Wulan harus mencari cara untuk menyembuhkan luka tersebut agar sang kapten dapat membuka hatinya dan jatuh cinta dengan Livia.

Bagaimana kelanjutan cerita Wulan? Apakah dia berhasil mengubah takdir hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 13

Keesokan harinya, Livia berangkat bersama Bu Naina, pengurus Panti Asuhan Embun Pagi, untuk menyelesaikan pembelian tanah yang selama ini diincar. Dengan hati penuh harapan,  yakin semua akan berjalan lancar. 

Namun, sesampainya di sana, harapan mereka seperti dipatahkan seketika. Pemilik tanah mengumumkan bahwa tanah tersebut telah terjual, bahkan sertifikatnya sudah berpindah tangan. Rasanya seperti ada sesuatu yang menghantam dada begitu keras.

"Apa maksudnya? Siapa yang membeli tanah itu? Kenapa tidak ada konfirmasi sebelumnya?" pikir Livia, geram. Semua proses seharusnya sudah berjalan sesuai rencana, tapi ini tiba-tiba terjadi begitu saja. 

Talia tidak habis pikir, bagaimana bisa dia menerima uang dari orang lain tanpa menginformasikan apa-apa padanya, padahal mereka sudah berjanji. Rasa kesal membuncah di dalam hati, tapi ia  mencoba menahan diri, tidak ingin menambah beban untuk Naina.

"Mungkin sudah takdirnya kami harus pergi dari tempat itu, Nak. Terima kasih sudah banyak membantu," ucap Bu Naina dengan wajah yang begitu sedih, seolah mencoba menerima keadaan meski kenyataannya jauh dari kata adil. 

Livia menatapnya, menyadari betapa besar kekecewaan yang disembunyikan di balik senyumnya yang pudar. "Tidak masalah kalian harus pergi dari tempat itu, aku janji akan mencari tempat baru untuk kalian. Jangan khawatir soal itu," katanya, berusaha meyakinkannya meski amarah dan rasa penasaran terus menggerogoti pikiran. "Siapa yang berani membeli tanah itu tanpa sepengetahuanku?" gumamnya dalam hati. Rasanya seperti ada seseorang yang sengaja mempersulit jalannya.

Sesampainya di panti, pikiran Livia masih berkecamuk. Namun, langkah terhenti ketika  melihat salah satu pengasuh panti datang membawa sebuah paket. "Paket? Dari siapa?" tanyanya dalam hati. Entah kenapa, firasatnya mengatakan ada kaitan antara kejadian ini dan paket misterius yang baru saja diterima. 

Naina membuka paket tersebut dengan sedikit bingung. Tidak ada pesan barang online, tetapi namanya tertera jelas pada kotak. Saat melihat isi paket, dadanya mendadak terasa sesak. "In—ini … sertifikat tanah ini!" ucapnya dengan suara tercekat.

Livia yang berada di dekat, langsung menyambar sertifikat itu. Matanya terbelalak setelah memeriksanya. Ternyata, sertifikat itu asli. Bukan hanya sertifikat tanah, di dalam kotak juga ada beberapa gepokan uang.

"Siapa orang yang membantu panti ini, Bu Naina? Apa ada orang berkunjung selama ini?" Livia bertanya dengan nada penuh rasa ingin tahu.

Pengurus lainnya menimpali, "Beberapa waktu dekat ini memang ada orang datang dan memberi pakaian untuk anak-anak, sejumlah uang, makanan, mainan, dan lainnya. Syukurlah, ada orang baik menyelamatkan panti ini." 

Naina mengangguk pelan, berusaha menyerap semua penjelasan itu. Namun, ada sesuatu yang membuat pikiran berkecamuk. Sementara mereka terus berbicara, merasa semuanya tidak sejalan dengan apa yang dirasakan.

"Siapa sebenarnya orang ini?" Livia bergumam dalam hati. Ia  tampak tenang di luar, tetapi sedang berpikir keras. Ekspresinya berubah tajam, hampir seperti seseorang yang sedang mencoba memecahkan sebuah teka-teki. 

"Apa mungkin Mama? Ibu mertuaku? Marco? Atau … suamiku?" batin Livia dengan ragu. "Tidak mungkin, dia belum pulang. Lagipula, untuk apa suamiku membeli tanah panti ini?" Ia terdiam, pikiran berputar cepat. Tubuhnya terasa seperti berjarak jauh dari ruang tempat berdiri sekarang. 

"Tapi … sejak aku menjadi Wulan, tak ada satu orang pun yang tiba-tiba bertindak baik seperti ini. Sesuatu pasti terkait dengan tubuh asli ini, tidak mungkin ini kebetulan!" gumam Livia lirih dalam hati. Jemarinya mulai meremas sertifikat di tangan, rasa gelisah yang begitu mengakar mulai menguasai dirinya. 

Livia duduk dengan santai di sudut panti, mengamati suasana riang yang tengah berlangsung. Anak-anak panti terlihat bahagia, tawa mereka menggema memenuhi ruangan.

"Orangnya sangat baik sekali. Jaga panti ini baik-baik, ya. Uangnya harus digunakan untuk kebaikan," kata Livia berpesan kepada mereka sambil merasa lega. Rasanya begitu melegakan melihat panti ini bertahan dengan bantuan yang tulus. 

Naina tersenyum hangat ke arah Livia, ikut merasakan kebahagiaannya. "Semoga orang yang membantu dilimpahkan rezeki terus-menerus. Sudah banyak sekali membantu kami semua di sini," katanya dengan tulus. 

Livia mengangguk, diam-diam berharap doa itu benar-benar terkabul untuknya. "Ammiiin ...!" 

"Ayo kita makan sama-sama di dapur. Ini momen yang harus dirayakan," ujar pengurus panti, mengajak mereka semua. 

Kebahagiaan menyelimuti ruangan; anak-anak menikmati makanan enak, bebas dari beban seperti mengamen atau mengemis. 

Livia merasa ada harapan baru untuk mereka. Namun, setelah selesai makan, ia tahu waktunya untuk pamit. "Aku akan berkunjung lagi nanti," katanya sebelum melangkah pergi. Perasaan hangat masih menyelimuti hati, tetapi senyuman perlahan memudar begitu ia melihat geng motor yang berkumpul di lampu merah di depan. 

Sekejap, dunia yang tenang tadi berubah tegang. Livia mengamati mereka dengan waspada. "Kenapa mereka ada di sana?" pikirnya. Perasaan bercampur aduk, antara takut dan penasaran. "Aku harus mengikuti mereka," gumamnya pelan, melangkah dengan hati-hati, rasa damai dari panti kini tergantikan dengan rasa ketidakpastian. Ada sesuatu yang harus diketahui, meskipun  tahu risikonya..

Beberapa menit kemudian, Livia sampai di tempat orang-orang melakukan balap liar. Ia segera keluar dari mobil, sengaja dekat dengan para pengkhianat itu.

Mereka diam-diam memperhatikan Livia, menonton atraksi motor di depannya. Yakin sekali, Livia anak orang kaya dari penampilan dan mempunyai mobil.

"E'emm .... boleh kenalan? Namaku Zyan, dari klub motor Black. Siapa nama Nona?" Pria itu, tersenyum manis dan mengajak berjabat tangan dengan Livia.

"Saat aku masih menjadi Wulan, pria di depanku adalah ... sesosok yang aku cintai, melakukan apa pun demi-nya. Nyatanya cintaku di khianati oleh wanita itu, yang aku anggap sahabat baik. Zira kekasihmu tengah berkenalan denganku," batin Livia langsung membalas jabatan tangan itu. "Namaku Livia Eiser. Salam kenal balik, ya?"

"Hai .... aku Zira, kekasihnya Zyan. Salam kenal, ya?" Zira mengulurkan tangannya, lalu dibalas Livia. 

Livia tahu, mereka mencari seseorang untuk sebagai donatur mereka. Pasti setiap balapan liar, harus ada uang taruhan, jelas mereka mencari seseorang untuk dimanfaatkan. Livia berkenalan dengan lainnya, walaupun tahu mereka siapa.

"Kamu bisa menggunakan motor?" tanya Zyan, menatap wajah cantik Livia dan jelas kekasihnya cemburu.

Sebenarnya Zira tidak suka dengan Livia, tapi harus pasrah untuk menikmati kekasihnya dekat dengan Livia. Sebab ada tujuannya sebagai donatur nanti.

"Hmmmm .... sebenarnya aku bisa naik motor, tapi sudah lama sekali. Semenjak aku kerja sekarang, jadi tidak pernah menaiki motor. Mungkin sudah bertahun-tahun lamanya," jawab Livia tersenyum manis.

"Oh, memangnya kamu kerja apa?" tanya Zira, menatap wajah Livia dengan senyuman palsunya.

Livia tidak sabar mendengar jawabannya, pasti mereka terkejut siapa dirinya. Ini adalah rencananya, masuk di kehidupan mereka dan membuat kekacauan nanti.

"Ak-aku mengurus usaha keluarga, pabrik buah anggur milik Eiser. Kalian tidak pernah mendengar nama itu?"

1
Yuliana Tunru
mmg lebih baik.hidupntenang ya dara bekerja dan menghidupi siri sendiri nikmati keserakahan dan kejahatan mu rekha toh kau cuma benalu skrg sok baik padahal pusing..kalah z trs kevin biar zyan tak bisa lg byk tingkah
Yuliana Tunru
bagus livia biar zayn kapok nipu2 orang lg jgn dikasih celah ya
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Dewi Sri
Typonya sangat bertebaran
Mawar Hitam: makasih komen kak, jadi aku perbaiki
total 1 replies
Dewi Sri
Pantas saja jarang yg koment atau suka novel ini, nama nama pemeran nya sering gonta ganti dan salah dlm penulisan.... perbaiki lagi thor
Dewi Sri
ceritanya lumayan bagus tp sepi komentar...tetap semangat ya othor, sy baru nemu cerita ini
Yuliana Tunru
swmua jd aneh saat kubia berubah mertua x jg ikut takut klo livia danbalex cerai pdhl alex cuek bgt eh malah MP ..up lg lah thorr penasaran
Yuliana Tunru
ayo alex jika mmg livia cintamu pertahankan krn samoe bab ini blm jelaa apakahvalex dan mm x mmg benar2 menganggap livia istri dan menatu yg berharga
Mawar Hitam: pengen tabok yakan kak
total 1 replies
Yuliana Tunru
good livia basmi semua penghianant dan orang2 yg penuh.dusta kyat demi hidupmu hg mama mu
Mawar Hitam: sabarr kak 🤣
total 1 replies
Yuliana Tunru
smoga livia yg baru lbh tangguh tak.mudah di tindas tak bodoh lupakan obsesi suami yg tak pernah mengagapmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!