NovelToon NovelToon
Istri Bar-Bar Milik Pak Dosen

Istri Bar-Bar Milik Pak Dosen

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Dosen / Perjodohan
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Tiara05

Area ngakak di awal, nyesek di akhir🤭

Diandra Latasha Jonshon atau yang sering disapa Rara adalah gadis periang yang memiliki sifat bar-bar, ceplas-ceplos dan dijuluki sebagai gadis bermulut pedas, pasalnya Rara selalu berbicara tanpa memikirkan perasaan orang lain.

Terpaksa dijodohkan dengan seoarang dosen yang dingin dan datar membuat Rara mati-matian menolak, tapi ternyata Rara gagal, dan akhirnya menikah dengan dosen tersebut.

Tapi siapa sangka, di saat Rara sudah sangat jatuh hati pada suaminya, ia justru harus menerima fakta besar yang membuatnya tidak bisa berkata apa-apa, fakta yang membuatnya pertama kali menangis pilu untuk pertama kalinya, ia ingin pergi, tapi keadaannya yang tidak sendiri membuatnya tetap bertahan.

"Maaf, tapi bolehkah jika aku serakah? Aku ingin menggenggam tangan kalian berdua sekaligus. Aku tidak bisa memilih." ~ Alden

"Hingga akhirnya, sakit yang tak terlihat itu aku rasakan." ~ Rara

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara05, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maaf Pak

..."Jika kekasihmu mengatakan 'kamu cantik apa adanya' jangan merasa kepedean, karena itu hanya omong kosong untuk menenangkan macan"...

...Diandra Latasha Jonshon...

...------------------...

Hari sudah pagi, jam menunjukkan pukul 08.30, tetapi seorang gadis bernama Diandra masih nyenyak dengan tidurnya.

Handphone terus berbunyi menandakan ada seseorang yang menelpon, karna kesal Rara pun bangun dan segera mengangkatnya.

"Halo," ucap Rara dengan kondisi masih menutup mata.

"Ehh Ra, lo masih tidur? Ini udah jam 08.30!" teriak seseorang di seberang sana.

Mendengar penuturan sahabatnya, Rara lalu membuka mata dan terkejut melihat sudah jam 08.30. Ia segera mematikan panggilan dan bergegas pergi ke kampus, ia bahkan tak sempat sarapan.

Jarak Rumah Rara dan kampus tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu dua puluh menit saja.

Sepanjang perjalanan Rara heran dan bertanya-tanya kemana ibunya, karena biasanya ibunya lah yang selalu membangunkannya.

Rara terus berlari agar cepat sampai di kampus, sepanjang perjalanan ia terus merapalkan doa berharap dosen belum masuk.

Akhirnya Rara sampai di kampus dalam keadaan ngos-ngosan, tetapi dia telat 5 menit dan pembelajaran telah dimulai.

Rara tidak bisa melihat siapa dosen baru yang menggantikan pak Anto karena posisinya dia sedang membelakangi, mungkin ia sedang mencari sesuatu di dalam tasnya.

Rara memberanikan diri untuk mengetuk pintu. Ia berharap dosen baru itu baik dan bisa memaafkan kesalahannya.

Tok..tok

"Permisi pak, maaf saya tel - at ...."

Degg

'Dia?'

'Jadi dia dosen barunya'

Rara yang melihat dosen baru itu langsung membeku di tempat, ia tak menyangka jika dosen yang di maksud oleh Rissa adalah seseorang yang ia tabrak di cafe kemaren.

Laki-laki yang dipanggil pak itu segera menengok ke belakang, ia sempat terkejut sebentar tetapi setelah itu ia bisa menetralkan mimik wajahnya.

"Jam berapa ini?" tanya nya dingin.

"Jam 09.06." Rara hanya menjawab dengan polos.

"Kenapa kamu telat di hari pertama saya masuk?"

Rara yang mendapat pertanyaan tiba-tiba seketika bingung ingin menjawab apa, otaknya benar-benar sedang blank saat ini.

"I - itu pak, tadi saya nolongin nenek-nenek turun dari pohon," jawab Rara asal.

Teman-temannya yang mendengarkan alasan tidak masuk akal Rara sontak tertawa ngakak.

Rara yang melihat teman-temannya tertawa hanya bisa menatap bingung.

'Apa yang baru gue omongin' batin Rara.

"DIAM!" Suara nyaring dan mengerikan itu seketika membuat suasana kembali diam.

"Apakah alasan kamu masuk akal?" Dosen itu menatap tajam Rara.

Rara yang lupa dengan apa yang barusan ia katakan hanya bisa mengangguk polos.

"Bagaimana mungkin seorang nenek berada di atas pohon?"

Rara yang sadar jika dia baru saja memberikan alasan yang tidak masuk akal segera menutup mulutnya.

"A - anu pak ... i - tu ... anu ... maksud saya tadi nolong kucing di atas pohon," jelas Rara memberi pengertian.

"Alasan yang tidak masuk akal."

"Masuk!"

Rara segera masuk ketika dosen itu membolehkan ia masuk.

"Baik, perkenalkan nama saya Alden Reynoard, bisa dipanggil Alden, saya yang akan menggantikan Pak Anto." Alden memperkenalkan dirinya dengan suara datar tanpa menyebutkan marganya.

"Saya akan absen kalian satu-satu, silahkan angkat tangan," lanjutnya.

'Aduh ... pakai absen segala lagi' batin Rara.

Satu persatu nama telah disebut.

"Diandra Latasha Jonshon."

"Saya pak." Rara hanya mampu mengangkat tangannya dengan lemah, habis sudah nasibnya karena sang dosen yang sudah mengenalnya.

Alden hanya melihat sekilas, kemudian melanjutkan nama-nama yang lain hingga urutan terakhir.

Setelah selesai mengabsen semua siswa, Alden kemudian mulai menjelaskan lanjutan materi dari Pak Anto.

Sepanjang pembelajaran semua mahasiswa terus menatap Alden, berbeda dengan Rara, ia justru terus menunduk, ia tak berani menatap dosen yang sedang menjelaskan di depan.

Sementara Alden, ia berdiri dan menjelaskan tentang Metabolisme kepada mahasiswanya dan sesekali menatap Rara yang terus menunduk.

"Diandra!" panggil Alden.

Rara yang mendengar namanya di sebut segera mendongak.

"Iya Pak?"

"Menurut mu, apa itu metabolisme?"

"Metabolisme adalah seluruh reaksi biokimia yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan yang terjadi di dalam suatu organisme," jelas Rara, untungnya dia sudah mempelajari tentang metabolisme.

Alden yang mendengarnya hanya mengangguk, kemudian ia kembali menjelaskan kembali kepada mahasiswanya.

"Untuk Diandra Latasha, ke ruangan saya setelah ini!" perintah Alden di akhir pembelajaran karena sudah jam istirahat.

"Hah? saya," tunjuk Rara pada dirinya sendiri.

"Apakah di ruangan ini ada nama Diandra Latasha selain kamu?" tanya Alden dingin.

"I - iya pak, saya bakal ke ruangan bapak setelah ini."

Kemudian Alden keluar dari ruangan.

"Lo kenapa pakai telat segala sih Ra?" tanya Rissa saat pak Alden sudah keluar.

Rara tak menanggapi ucapan Rissa, ia hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah.

"Sa, kalo misalkan gue ngak keluar-keluar dari ruangan pak Alden, titip salam buat orang tua dan abang gue ya." Rara hanya menatap kosong ke depan.

"Lah? Maksud lo?" Rissa yang tak mengerti maksud sahabat nya itu.

"Mungkin gue bakal dimakan sama pak Alden," lirih Rara.

"Lo kira pak Alden kanibal apa," ketus Rissa yang mengira jika sahabatnya hanya bercanda.

Rara hanya menatap polos sahabatnya itu.

"Emang ciri-ciri kanibal gimana Sa?" tanya Rara dengan tampang wajah yang polos.

"Ya mana gue tau Ra, lagian jaman sekarang mana ada yang namanya kanibal." Rissa dibuat kesal sendiri dengan sahabatnya yang lemot itu.

"Lagian lo kan cuman telat 5 menit, ngak mungkin lah pak Alden sampai marah banget," lanjut Rissa.

Rara yang mendengarnya seketika lebih murung.

'Gue harap pak Alden punya ingatan buruk, mudah-mudahan dia lupa sama kejadian yang semalam'

"Ya udah gue pergi," lirih Rara dengan suara yang lemah.

Rara pun berjalan ke ruangan pak Anto yang sekarang ditempati oleh pak Alden. Ketika Rara sudah sampai di depan pintu, ia kemudian menarik nafas kemudian membuangnya secara perlahan.

'Lo bisa Ra'

Tok..tok

"Masuk!" ucap seseorang dari dalam.

Rara pun kemudian masuk.

"Permisi pak, ada apa ya memanggil saya?" tanya Rara dengan suara pelan dan pastinya sopan.

"Hmm."

'Lho? Hmm itu maksudnya apaan?' batin Rara yang bingung dengan respon sang dosen.

Karna melihat sang dosen yang sedang sibuk, akhirnya Rara berniat untuk duduk sambil menunggunya selesai.

"Siapa yang menyuruh mu duduk?" tanya Alden ketika Rara hendak mendaratkan bokongnya di kursi.

"Maaf Pak." Rara segera berdiri kembali.

lima belas menit telah berlalu, tetapi Rara masih belum diperbolehkan untuk duduk.

Kruk kruk

"Bunyi apa itu?" tanya Alden yang seperti mendengar sesuatu.

"Hehe bunyi perut saya pak, saya belum makan tadi pagi," jawab Rara cengengesan, sungguh Rara sangat malu saat ini.

Alden hanya berdehem, dan kembali menyelesaikan tugasnya, beberapa saat kemudian ia selesai.

"Silahkan duduk!" perintah Alden sambil menatap Rara.

Tanpa basi-basi Rara segera duduk, kakinya sudah pegal terlalu lama berdiri.

"Kamu tahu kesalahan kamu?" tanya Alden langsung.

"Kesalahan saya karna saya telat pak," jawab Rara sambil menunduk.

"Selain itu?"

Rara yang mendengarnya tentu terkejut, apakah dia masih ingat kejadian kemaren pikir Rara.

"Ka - kayaknya ngak ada deh pak," jawab Rara dengan sedikit gugup.

"Apa kamu masih ingat laki-laki yang kamu tabrak di cafe semalam?"

Damn

Rara yang mendengarnya seketika diam, ternyata dosen di depannya memiliki ingatan yang kuat.

"Ma - maksud bapak?" tanya Rara pura-pura tidak tahu.

"Laki-laki yang kamu tabrak ketika kamu ingin ke toilet," ucap Alden datar.

"Ka - kapan ya pak? perasaan saya kemaren ngak keluar rumah deh," tukas Rara berbohong.

"Lantas ... cewek yang menabrak saya kemaren, apakah kembaran kamu atau mungkin arwah kamu?" Alden langsung menatap tajam gadis di depannya.

Melihat tatapan tajam yang diberikan dosennya, seketika Rara menciut.

"Maaf Pak," lirih Rara.

"Saya ngak sengaja waktu itu," lanjut Rara.

"Bukankah kamu mengatakan akan mengajak gelut jika bertemu dengan saya lagi?" tanya Alden yang masih ingat dengan perkataan gadis di depannya.

Rara yang mendengarnya tentu semakin pucat pasi, ia tak menyangka jika dosen di depannya masih mengingat perkataannya semalam.

"Hehe kemaren saya cuman becanda pak." Rara hanya bisa tersenyum menunjukkan gigi putihnya.

"Lagian bapak juga salah kemaren," lanjut Rara.

"Kamu masih menyalahkan saya?"

"Yaiyalah, harusnya kalo bapak ngeliat saya bakal nabrak bapak, bapak harus segera menghindar. Kalo bapak ngak menghindar, kemungkinan ada dua alasan. Pertama, bapak juga tidak melihat jalan, bapak tidak fokus, itulah sebabnya kita tabrakan. Kedua, kemungkinan bapak memang ingin di tabrak oleh cewek cantik kaya saya," cerocos Rara yang memang memiliki mulut pedas, ia seketika lupa sedang berhadapan dengan siapa.

Alden yang mendengarnya hanya bisa melongo, ia tak menyangka jika gadis di depannya adalah gadis yang blak-blakan. Tapi apa yang gadis itu ucapkan tidak sepenuhnya salah, karena memang ia juga sedang buru-buru saat itu, sehingga tidak memperhatikan jalan.

"Berarti kamu juga salah karna tidak memperhatikan jalan saat itu," ucap Alden menyangkal, ia tidak terima jika hanya ia yang disalahkan.

"Lagian siapa yang mengatakan kamu cantik? Sadar diri dong," lanjut Alden yang mendengar kalimat terakhir gadis itu.

"Ngak bisa gitu dong pak! Situasinya kan saya lagi kebelet waktu itu, jadi wajar kalau saya tidak memperhatikan jalan, yang harusnya disalahkan itu bapak, karena bapak yang ngak memperhatikan jalan," cerocos Rara lagi yang seketika lupa dengan siapa dia berhadapan.

"Dan yang bilang saya cantik itu banyak pak. Ibu, ayah, kakak, sepupu, tante, om saya pernah bilang kalau saya itu cantik banget. Lagian di kampus ini banyak cowo yang suka sama saya," lanjut Rara yang tak terima ucapan dosennya itu.

"Tapi saat itu saya juga sedang buru-buru, jadi kamu tidak bisa hanya menyalahkan saya." Alden membela dirinya.

"Dan saya pikir mereka yang mengatakan kamu cantik memiliki kesehatan mata yang buruk, bagaimana mungkin mereka tidak bisa membedakan yang mana gadis cantik dan yang mana gadis jelek," lanjut Alden.

"Ya ngak bisa gitu dong pak! Meskipun bapak sedang buru-buru, bapak harus tetap ngeliat jalan," sewot Rara yang memang tak suka disalahkan.

"Maksud bapak keluarga saya mempunyai kesehatan mata yang buruk gitu? Wah ... ini namanya penghinaan pak, saya bisa tuntut bapak lho, dan meminta 100 jt untuk perdamaian," lanjut Rara yang benar-benar kesal dengan orang di depannya.

"Dasar, cewek memang selalu benar," sinis Alden.

"Nah itu bapak tau. Asal bapak tau, dalam kehidupan ada dua aturan penting, yang pertama adalah cewek selalu benar, jadi jangan pernah menyalahkan cewek, dan yang kedua adalah selalu ingat aturan nomor pertama," cerocos Rara lagi.

"Terserah." Alden sudah kehabisan kata-kata, gadis di depannya memang pandai membuatnya mati kutu.

"Kamu tahu kamu sedang berhadapan dengan siapa?" tanya Alden mengubah topik pembicaraan.

Rara yang sadar dengan perilaku dan ucapannya seketika menutup mulut, ia benar-benar tidak sadar dengan siapa ia berhadapan.

"Maaf Pak," ucap Rara, lalu menunduk.

Seketika suasana menjadi canggung.

Tok-tok

"Permisi."

.

.

.

♡♡♡♡♡

Author.

Hallo semuanya. Ini kenapa kagak ada yang mau baca ya.

Jangan lupa tinggalin jejak ya kawan....

1
Fazira Fauziah
kak ko komedi jadi sedih sih endingnya
Ale Cici
awas aja klo sad ending,bkal q sumpahin/Proud/
SRI HANDAYANI
baru dapat pasangan soplak tapi seru sumpah 💪💪💪💪thor 🌹🌹🌹🌹🌹
Sulastri Ajach
sumpah Thor sakit perut bacanya
Sulastri Ajach
seru sampai ngakak bacanya
Ale Cici
di bagian cerita ini perutku smpai skit/Joyful/
Ale Cici
q baca,a smbil nyengir trs, bner" ke hibur,mksh othor
SaYu
kenapa diulang2 ya...harusnya kalo emang ada flash back gak usah ada part sebelumnya....
Ufi alfarizy94
ya ampun saya bacanya sambil nahan perut lantaran ketawa tdk bersuara 🤣🤣🤣
malu masih di tempat umum🤭🤭
Aira Comel
sumpah ngakak sampe sakit perut baca nya 😂😂😂😂
Christin Nola
lanjut lg lh tohr
Christin Nola
past I pelakor ITU raya
amanda
anying akhir cerita ngesad ih gak ada bahagia"nya elahh dah lah😒
Fitri Yani
yaaa....ampun ini nieh bagian yg paling spesial kata2nya ngena bgt.c dosen aj mpe g bisa berkata apa2..yh jls mang dia slh mlh mentingin c ella.
Forta Wahyuni
rara dgn austin thor, biarkan alden menyesal seumur hdp tuk mlht kbahagiaan rara. lelaki murahan dgn jalang sangat cocok, apapun alasannya.
Atma Inatun Nikhma
Biasa
Abel Yasmin
good
Tri Fera
lanjut dong ceritanya suaminya blm dapat balasan masa tamat ga seru
Nur iana
lanjut nya mana nih
Shautul Islah
sayaaaaaang pret. matio ae sarden
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!