Istri Bar-Bar Milik Pak Dosen
..."Jika orang mengatakan kamu jelek, tidak usah tersinggung/insecure, cukup lempar apa pun yang ada didekat mu"...
...Diandra Latasha Jonshon...
...--------------------...
/Kringggg/
Alarm berbunyi nyaring menunjukkan pukul 06.00 tepat, tetapi seorang gadis yang sedang tertidur itu sama sekali tidak terganggu akan suara alarm tersebut, ia masih bergelut di dunia mimpi.
"Astaga anak ini masih belum bangun," ucap seseorang dengan suara pelan sambil menggeleng-gelangkan kepala.
"Rara bangun nak," ucapnya dengan lembut.
Lalu ia mematikan alarm tersebut, setelah itu ia menyibakkan selimut untuk membangunkan seorang gadis yang diketahui bernama Rara.
"5 menit bun," ucap gadis yang masih sangat mengantuk itu.
"Ngak ada, cepat bangun! Nanti kamu telat ke kampusnya sayang," ucapnya dengan sedikit kesal.
"Iya bun, ini aku bangun," ucap gadis itu lagi dengan keadaan mata yang masih tertutup.
"Ckk ... Cepat Diandra! Kamu bilang kamu bangun tapi kamu masih tidur gimana sih," ucap wanita yang diketahui ibunya Diandra.
"Kalo kamu masih tidur, bunda bakal siram kamu," lanjutnya mengancam
"Iya-iya bun, ini aku udah bangun." Mendengar ucapan bundanya, Rara langsung bangun.
Bukan apa-apa, pasalnya ibunya tak pernah main-main dengan ucapannya, pernah sekali ibunya membangunkannya dan mengatakan akan menyiramnya jika tidak bangun. Diandra pikir ibunya hanya bercanda, tapi ternyata ibunya benar-benar menyiramnya, dan yang lebih parahnya, ibunya tidak hanya menyiram mukanya tetapi seluruh tubuhnya, 1 ember penuh habis.
"Yaudah cepat sana mandi! Awas kamu kalau tidur lagi, bunda siram kamu pakai air es."
"Iya-iya bun. Bunda kejam amat sih," ucap Diandra yang ngeri dengan perkataannya.
Saat mendengar ucapan putrinya, ia tidak peduli, ia berlalu dari kamar putrinya untuk membangunkan putranya, pasalnya baik Diandra maupun Satya sama-sama susah dibangunkan.
Setelah melihat ibunya pergi, Diandra buru-buru membersihkan diri dan bersiap-siap untuk pergi ke kampus, karna jam pertama diisi oleh dosen yang terkenal killer.
Skip...
"Pagi Bun, Yah, bang Sat," sapa Rara saat menuruni tangga menuju meja makan.
"Pagi sayang," ucap ibu dan ayah Rara bersamaan.
"Ckk ... Lo bisa gak sih dek manggil gue yang benar, gak sopan banget," ketus seseorang yang notebone nya adalah kakak Rara yang memiliki nama Satya.
"Lho, kurang sopan apa lagi bang, nama abang kan Satya, jadi biar lebih mudah aku manggilnya bang Sat," ucap Rara yang sedikit lemot.
"Tapi gak enak didengarnya dek, panggil aja bang Satya!" ucap Satya dengan jengkel.
Rara hanya tertawa mendengarnya, terkadang dia memang merasa aneh jika memanggil abangnya dengan sebutan bang Sat, karna kata itu memiliki arti yang tidak baik, tapi bagaimana lagi, terkadang Rara merasa kurang nyaman jika memanggilnya bang Satya, karena terlalu panjang menurutnya .
"Yaelah bang, baperan amat sih lo," ucap Rara, dan Rara dapat melihat abangnya hanya menghembuskan nafas kesal.
"Udah-udah jangan bertengkar, ini masih pagi," ucap bunda Rara yang bernama Elmira menasehati mereka.
"Terus harus nunggu siang ya bun kalo mau bertengkar?" tanya Rara polos.
"Yah ngak gitu juga sayang, maksud bunda jangan bertengkar mulu," ucap Elmira kesal sedangkan suaminya hanya tertawa mendengar pertanyaan putrinya. Terkadang Elmira heran dan dibuat pusing dengan sikap putrinya yang sangat lemot.
Rara hanya mengangguk mengerti, kemudian memakan sarapannya.
"Yah, aku ikut sama ayah ke kampus, ya?" pinta Rara pada ayahnya setelah selasai sarapan
"Boleh kok sayang, yaudah Bun, Sat, Ayah sama Rara berangkat dulu."
"Iya mas, hati-hati di jalan," ucap Elmira tersenyum lembut, sedangkan Satya hanya mengangguk saja.
"Dadah Bun, bang Sat."
"Bang Satya dek," tegur Satya yang kesal adiknya masih memanggilnya dengan sebutan itu.
Rara tak menghiraukan ucapan abangnya, ia hanya terkekeh, kemudian menyusul ayahnya, Rara sangat suka melihat abangnya kesal.
Sedangkan Elmira hanya menggeleng kepala melihat tingkah laku anak-anaknya.
Skip..
Sesampainya di kampus, Rara lalu pamit kepada ayahnya.
"Yaudah yah, Rara masuk dulu," ucap Rara.
"Iya, belajar yang rajin, jangan malas."
"Siyapp kapten," ucap Rara sambil hormat.
Abimanyu yang melihat kelakuan putrinya hanya terkekeh.
"Babay ayah."
"Babay sayang."
Setelah melihat ayahnya pergi, Rara bergegas masuk ke kampus.
"RARA!" teriak seseorang dengan suara cempreng saat Rara masuk ke ruangan.
"Ckk ... bisa gak sih lo gak usah teriak Sa, lama-lama gue bisa budek tau gak," ucap Rara kesal pada perempuan yang bernama Clarissa yang notebone nya adalah sahabat Rara.
"Hehe maaf Ra," ucap Clarissa mengangkat dua jarinya sambil tersenyum menampilkan gigi putihnya.
"Lo udah jadi gak tugas dari pak Bima?" lanjut Clarissa.
"Kenapa emangnya? Jangan bilang lo mau nyontek," tebak Rara yang sudah tau sifat sahabatnya.
"Hehe lo tau aja Ra, boleh yah." Sambil menunjukkan puppy eyesnya.
"Ckk ... ngak usah sok imut lo," ketus Rara.
"Boleh sih, tapi lo traktir gue nanti, gimana?" lanjut Rara memberi penawaran.
Sebenarnya itu sudah menjadi kesepakatan jika Clarissa atau yang sering dipanggil Rissa tidak mengerjakan tugas, maka Rara akan memberinya contekkan dengan syarat mentraktir di kantin.
Tapi sayangnya, Rissa tak pernah mempermasalahkannya, padahal niat Rara ingin memberi dia pelajaran agar dia tidak mengulang kesalahan yang sama.
"Tenang Ra, gue bakal traktir lo sepuas-puasnya di kantin," ucap Rissa songong.
"Bukan di kantin, tapi di mall," ucap Rara bersmirk.
Clarissa yang mendengarnya tentu terkejut.
Meskipun Clarissa anak dari keluara yang cukup mampu, karena pasalnya ayahnya adalah seorang pengusaha, tetapi ia masih bisa berpikir untuk menggunakan uang dengan bijak.
"Hah? Gila lo Ra! Jahat amat sih lo sama gue," ucap Rissa kesal.
"Terserah, mau apa ngak nih?" tanya Rara jutek.
"Ckk ... ya udah sini." Rissa langsung merebut buku Rara.
Bukan apa-apa, pasalnya pak Bima adalah salah satu dosen yang cukup killer di kampus.
"Makanya lo kerjain Sa, jangan nyontek mulu, gue gak mau kasih lo contekan setiap ada tugas lagi, lo harus kerjain sendiri, kasihan orang tua lo udah nguliahin lo," ucap Rara memberi pengertian.
Sedangkan yang diceremahi hanya mengangguk saja...
.
.
Skip...
Sekarang Rara dan Rissa sedang berada di mall, mereka sedang berkeliling di toko pakaian.
"Gue mau yang ini aja," ucap Rara memilih satu gaun indah namun tidak terlalu mahal.
Rara masih tahu diri, ia tidak sejahat itu pada sahabatnya, ia hanya ingin memberi pelajaran padanya.
Setelah membayarnya, mereka pun pergi untuk makan.
"Gue mau ke toilet dulu Sa," ucap Rara saat sudah memesan makanan.
"Iya jangan lama-lama."
Rara hanya mengacungkan jempol. Ia benar-benar sangat kebelet ingin buang air kecil. Karna buru-buru, Rara tidak memperhatikan sekitar, tiba-tiba...
Bughhh
"Aduh!" pekik Rara saat bokongnya menyentuh lantai.
"Kalo jalan liat-liat dong," lanjut Rara.
"Bukannya anda yang salah, jelas-jelas anda yang menabrak saya," ucap laki-laki itu datar sambil menautkan alis.
"Tapi tetap aja bapak yang salah, kalo udah tau mau ditabrak harusnya menghindar dong," sewot Rara yang tak mau disalahkan.
Rara sedang datang bulan, itulah yang membuatnya tidak bisa mengontrol emosinya.
Kalian tau bukan jika cewek tidak ingin disalahkan, cewek selalu benar. Itulah yang dirasakan oleh Rara, ia tidak suka dimarahi atau disalahkan apalagi jika sedang datang bulan.
"Perempuan gila."
"Wah ngajak gelut nih orang," ucap Rara yang bersiap memasang kuda-kuda seperti orang siap untuk bertarung, tetapi itu justru membuatnya semakin kebelet.
"Untung saya kebelet, kalo ngak udah habis bapak sama saya. Awas aja kalo saya ketemu bapak lagi!" Rara segera berlari ke toilet.
Laki-laki yang mendapat ancaman dari seorang gadis bau kencur hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala, kemudian pergi.
"Huh lega gue, untung gue bawa pembalut tadi," ucap Rara saat keluar dari toilet.
Rara kemudian kembali ke meja makan, dan dilihatnya sudah tersaji berbagai makanan, ia berjalan cepat untuk sampai karna ia sangat lapar, ditambah ia sedang datang bulan.
"Lama banget sih lo," ucap Rissa kesal.
"Yaelah, tadi gue nabrak orang."
Rissa tak peduli, ia segera makan makanan yang tersaji, tak mau kalah, Rara pun memakan makanan miliknya.
Setelah kenyang, mereka pun pulang dengan diantar oleh pak Asep, supir yang bertugas mengantar dan menjemput Rissa ke kampus.
Untuk ayah Rara, ia sudah menghubunginya dan memberitahukan untuk tidak menjemputnya atau menyuruh Pak Wawan menjemputnya.
"Yaudah gue masuk dulu, babay Rissa dan babay pak Asep," ucap Rara sambil melambai saat mobil sudah sampai di depan rumahnya.
"Babay juga Rara," ucap Rissa membalas lambaian Rara, sedangkan pak Asep hanya tersenyum.
Rara kemudian masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum," ucap Rara saat masuk ke dalam rumah.
"Wa'alaikumssalam," ucap Elmira.
"Udah pulang Ra?" lanjutnya
"Ishh bunda gimana sih, kalo aku udah di sini, berarti aku udah pulang dong, emang yang di muka bunda ini arwah apa," jawab Rara kesal.
Elmira yang mendengar jawaban putrinya hanya bisa menggarukkan kepala, ia hanya ingin berbasa-basi, tapi sungguh putrinya ini tidak bisa diajak berbasa-basi.
"Ya udah, sana kamu mandi, kamu bau," ucap Elmira mengejek putrinya.
"Ishh bunda, orang masih wangi juga," ucap Rara sambil mencium bau badannya.
"Ya udah aku mandi dulu, babay bunda."
Elmira tak menanggapinya, ia hanya tersenyum melihat tingkah putrinya.
Rara lalu menaiki tangga dan kemudian masuk ke kamarnya, ia langsung membersihkan diri, karena badannya memang bau, hanya saja Rara tak mau mengakuinya di depan bundanya tadi.
Selesai membersihkan diri, Rara lalu berbaring di tempat tidurnya sambil memainkan handphone, ia sudah mengatakan pada bundanya jika ia tak ikut bergabung makan siang karena ia baru saja makan siang dengan Rissa.
Karna keasikkan bermain handphone, akhirnya Rara terlelap tidur.
.
.
Jam menunjukkan jam 6 sore, Rara terbangun karena mendengar notifikasi dari handphonenya, tetapi ia menghiraukannya. Rara segara bangkit dan mencuci wajahnya serta mengganti pembalutnya, kemudian ia turun kebawah karna lapar.
"Malam bunda, bunda lagi bikin apa?" tanya Rara menghampiri bundanya yang sedang masak.
"Ini bunda lagi bikin sup ayam, tolong kamu susunin dong ke meja makan makanan itu," ucap Elmira sambil menunjuk beberapa makanan yang sudah ia buat.
"Oke bunda."
Rara pun membantu ibunya menyiapkan makanan, setelah selesai ia memanggil abang serta ayahnya untuk makan malam.
"Wih masak apa nih?" tanya Abimanyu saat tiba di meja makan.
"Lho, ayah kan bisa lihat apa aja makanannya, kenapa pakai nanya segala," jawab Rara dengan tampang polos.
Abimanyu yang mendengar jawaban putrinya hanya bisa tersenyum konyol dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sungguh putrinya ini terlalu blak-blakan.
Elmira dan Satya yang mendengarnya hanya bisa terkekeh.
"Yaudah ayok makan," ucap Elmira dengan lembut.
Mereka pun menyantap makan malam tanpa berbicara karena itu sudah menjadi aturan keluarga Jonshon.
"Bun, aku ke kamar ya," ucap Rara setelah selesai membantu ibunya membersihkan piring bekas makan malam.
Elmira hanya mengangguk mendengar ucapan putrinya, kemudian melanjutkan beberapa pekerjaan yang belum selesai.
Sesampainya di kamar, Rara lalu membuka handphonenya dan membuka aplikasi berwarna hijau. Ada banyak sekali pesan group yang masuk di handphonenya.
Rara lalu membuka pesan yang dikirim oleh Clarissa.
...Tepung Sasa🐒...
[Eh lo tau gak sih kalo di kampus kita ada dosen baru?]
^^^[Kagak]^^^
[Gue dengar-dengar sih, dosen barunya ganteng banget. Dia gantiin pak Anto.]
^^^[Oh]^^^
[Cuman oh doang?]
^^^[Y]^^^
[Anj*ng lo Ra.]
Rara yang membaca balasan terakhir dari sahabatnya itu hanya bisa tertawa, dapat dipastikan jika di sana Rissa sedang menyebut semua jenis hewan padanya.
Karna masih belum mengantuk, akhirnya Rara menonton drakor kesukaannya, ia menghabiskan waktunya berjam-jam, tanpa sadar jam sudah menunjukkan pukul 00.00, akhirnya Rara pun tidur.
.
.
.
Author
Halo semuanya, aku harap kalian suka sama cerita ini.
Jangan lupa tinggalkan jejak kawan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
ian machmud
mampir thor 🙏
2023-01-26
0
mayza delita
jejak dulu 👣👣
2022-12-04
0
Titin Novita Sari
aku mampir ya Thor☺️
2022-06-07
1