Kakak readers tersayang, tolong jangan di boomlike ya! Budayakan kasih like setelah membaca. Terima kasih 🙏🏻
Saat dia dicampakkan oleh kekasihnya, dia bertemu dengan seorang lelaki yang kemudian menjadi suami sirinya.
"Dengar! Meski kita sudah menikah, tapi kamu jangan berharap banyak padaku, karena aku sudah memiliki seseorang yang aku cintai," Dave Sky Pradipta
"Aku tidak keberatan jika kamu menceraikanku sekarang juga. Lagipula pernikahan kita hanya siri," Sevia Kireina Dzakiya
Pernikahan yang awalnya dijalani tanpa cinta, tetapi saling menguntungkan untuk keduanya, mampu menumbuhkan benih-benih cinta tanpa disadari oleh Sevia dan Dave.
Sampai pada saat cinta semakin berkembang dalam pernikahan rahasia mereka. Keduanya sepakat untuk mengungkapkan perasaan di hari yang telah di tentukan. Namun ternyata, hari itu adalah awal dari perpisahan yang tidak mereka harapkan. Sementara tanpa Sevia ketahui, dia telah mengandung anaknya Dave. Mungkinkah cinta dapat menyatukan mereka kembali ataukah hanya menjadi sebuah kenangan yang tak akan terlupakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon thatya0316, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Awal bertemu
Lembayung senja menghiasi angkasa dengan awan tipis yang melintas. Angin berhembus sepoi-sepoi, menyejukkan hati yang dahaga karena cinta.
Di sebuah bangku taman, tampak seorang gadis tengah duduk sendiri sambil menangis dengan kedua telapak tangan menutupi wajahnya yang terlihat sembab. Kegagalan dalam hal percintaan membuat gadis malang itu meratap. Ya, dia menangis, meratap karena beberapa saat yang lalu diputuskan oleh kekasihnya.
Flashback on
"Via, aku minta maaf! Sepertinya hubungan kita tidak bisa dilanjutkan," kata Andika dengan memalingkan mukanya.
"Kenapa kamu bicara begitu? Bukankah kamu berjanji setelah mendapatkan pekerjaan, akan melamar aku?" tanya Sevia tidak bisa menerima keputusan Andika.
"Maaf, Via! Ines hamil dan Om Joni memintaku untuk segera menikahinya," jelas Andika.
Duarrrr!
Bagaikan disambar petir di siang hari, seluruh tubuh Sevia bergetar dan wajahnya terasa panas seperti terbakar. Dia tidak menyangka, ternyata kecurigaannya memang benar. Bahwa Andika dan Ines diam-diam menjalin hubungan di belakangnya.
"Kenapa kamu tega sama aku? Bukankah kita berteman sudah lama dan pacaran pun sudah lebih dari satu tahun? Kita sama-sama merantau ke sini untuk mewujudkan impian kita bersanding di pelaminan. Apa kamu tega melupakannya begitu saja?" Sevia masih saja tidak bisa menerima keputusan Andika yang menginginkan hubungannya berakhir.
"Sudahlah, Via! Bulan depan aku akan menikah dengannya. Terima, tidak terima hubungan kita harus berakhir!" tegas Andika.
Tidak ingin mendengar apapun lagi, Andika berlalu pergi meninggalkan gadis itu sendiri dalam nestapa.
Flashback off
"Kamu tega Di! Padahal aku yang bersusah payah mencarikan kamu pekerjaan. Aku selalu berhemat, untuk membantu biaya kuliahmu, meski hanya sedikit. Aku selalu berhemat, karena takut nanti kamu kehabisan bekal saat belum menerima gaji. Namun, apa yang kudapat kini? Kamu mencampakkan aku setelah mendapatkan gadis yang lebih baik dariku."
Sevia terus menangis meratapi nasibnya yang selalu tidak beruntung dalam percintaan. Saking larut dalam kesedihan, sampai dia tidak menyadari ada seseorang yang sudah duduk di sampingnya.
"Hapus ingus kamu!" suruh seorang pemuda tampan yang masih memakai seragam kerjanya.
Sevia langsung menengok ke arah asal suara yang terdengar berat itu, betapa kagetnya dia saat melihat seorang pangeran tampan dengan iris mata biru sudah duduk di sampingnya.
'Hah! Apa aku sedang bermimpi? Apa karena kasihan, pangeran langit datang untuk menghiburku?' pikir Sevia.
Namun saat matanya menelusuri dari atas kepala sampai kaki, Sevia pun menemukan kejanggalan. Seseorang yang dikiranya pangeran yang datang dari langit ternyata memakai seragam yang biasa dipakai orang staf di perusahaannya. Apalagi saat dia melihat ID-card yang menggantung di leher pemuda tampan itu. Sudah jelas kalau memang dia bekerja di perusahaan yang sama dengannya.
"Kenapa bengong? Ambil sapu tangannya dan lap ingus kamu." Lagi, seseorang yang Sevia anggap pangeran menyuruh dia untuk membersihkan ingusnya.
Tak ingin berdebat, Sevia langsung mengambil sapu tangan yang disodorkan lelaki itu, dan langsung membersihkan ingusnya.
Setelah merasa bersih, dengan tidak tahu malunya, Sevia mengembalikan sapu tangan itu pada lelaki yang ber-name tag DAVE SKY PRADIPTA.
"Ini aku kembalikan, terima kasih!" ucap Sevia.
Dave melihat aneh ke arah Sevia, 'Apa begini cara dia berterima kasih' pikirnya.
"Aku tidak mengambil barang yang sudah ku berikan," ucap Dave datar lalu beranjak pergi dari hadapan Sevia.
Selepas kepergian Dave, Sevia hanya menatap sendu punggung kokoh Dave. "Bahkan dia pun tidak betah berlama-lama denganku," ratap Sevia.
***
Keesokan harinya, seperti hari-hari sebelumnya. Sevia pun berangkat kerja dengan motor Fino kesayangannya, karena memang ini motor pertama yang dibeli dengan hasil keringatnya sendiri. Namun naas bagi Sevia, saat memasuki kawasan industri tempat dia bekerja, tanpa sengaja motornya menghajar lubang yang cukup besar sehingga membuat motornya menjadi oleng.
Brukkk
Sevia langsung terjatuh menghantam aspal dengan motor menimpa tubuhnya.
"Awww...." Sevia meringis kesakitan menahan rasa perih di tangan dan kakinya karena terkena aspal, ditambah lagi motornya yang susah dia angkat. Ingin rasanya dia menangis dengan semua kemalangan hidupnya. Sudah kemarin baru diputuskan. Sekarang malah jatuh dari motor di tempat yang sepi pula. Seperti kata pepatah sudah jatuh tertimpa tangga.
Di saat Sevia sedang berusaha membangunkan motor yang menimpa tubuhnya, meski tidak pernah berhasil karena tenaganya yang tidak seberapa. Dari arah belakang terdengar suara decitan rem yang cukup keras. Pertanda si pengendaranya sedang dengan kecepatan tinggi tapi mendadak mengerem kendaraannya.
Cekittt
Seorang pria dengan helm full face turun dari motor sports-nya segera membantu Via membangunkan motornya.
"Kamu gak papa?" tanya pria itu
Bukannya menjawab pertanyaan si pria, Via malah menangis dengan cukup kencang.
Hiks ... hiks ... hiks ....
"Bagaimana aku gak papa, kamu lihat sendiri kalau aku habis jatuh dari motor. Tangan dan kakiku perih mencium aspal. Belum lagi badanku yang terasa remuk tertimpa motor. Bagaimana bisa aku tidak apa-apa," cerocos Via di tengah isak tangisnya.
Gadis aneh, kemarin menangis tersedu sendiri di taman. Sekarang menangis kencang karena kecelakaan motor, batin Dave.
Pria yang masih memakai helm full face itu memang Dave yang akan berangkat bekerja. Ini hari kedua dia bekerja di perusahaan AP Technology, setelah dia lulus kuliah di Harvard University seperti almarhum papa kandungnya. Bahkan dia mengambil jurusan yang sama dengan papanya.
"Masih bisa bawa motor gak? Kalau tidak bisa, naiklah ke motorku. Aku akan mengantarmu ke klinik terdekat." Tanpa menggubris tangisan Sevia, Dave langsung mengajaknya ke klinik untuk mengobati luka Sevia.
"Lihat tanganku bengkak, bagaimana bisa aku bawa motor." Sevia langsung menjulurkan tangannya, memperlihatkan pergelangan tangannya yang keseleo.
Setelah mengamankan motor Sevia di pinggir jalan, Dave langsung membawanya ke klinik terdekat.
"Sepertinya hari ini aku harus bolos bekerja, semoga saja Om Andrea bisa mengerti. Sangat tidak mungkin aku meninggalkan cewek lemah ini sendiri," gumam Dave
Saat sampai di klinik terdekat yang tidak jauh dari kawasan industri, Dave langsung memapah Sevia menuju ruang tunggu dokter. Sementara dia membantu mengurus administrasi Sevia. Setelah mendapat penanganan dokter, dia pun mengantar Sevia ke kontrakannya yang tidak jauh dari kawasan industri. Sebuah kontrakan yang berupa rumah petak, yang mana hanya terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, dapur dan kamar mandi yang berukuran kecil.
"Kamu tinggal dengan siapa di sini?" tanya Dave saat memapah Sevia masuk ke dalam kontrakan.
"Aku tinggal sendiri, tadinya berdua dengan temanku. Tapi sekarang dia sudah menikah, jadi dia ikut suaminya," jelas Sevia.
Dave mengedarkan pandangannya melihat isi kontrakan Sevia yang tampak kosong. Hanya ada sebuah televisi kecil, kipas angin dan rak buku. Beserta karpet spon di depan televisi.
"Duduklah! Aku tidak punya kursi, jadi kamu duduk di karpet saja!" suruh Sevia
Dave menuruti apa yang Sevia katakan, Dia mulai mendudukkan bokongnya di atas karpet spon.
Bagaimana bisa, dia betah duduk di sini sambil menonton TV. Memangnya tidak sakit berlama-lama duduk di lantai, batin Dave
Dave membuka helm full face-nya yang sedari tadi terus di pakainya. Meskipun tadi dia lumayan lama di klinik, tapi sedikitpun dia tidak melepaskan helm dari kepalanya. Dia sengaja melakukan itu karena malas melihat tatapan memuja dari para gadis saat melihatnya. Seperti mata para wanita saat melihat tulisan diskon dan obral yang ingin segera diburunya.
Merasa ada sesuatu yang ingin dikeluarkan, Dave pun berniat ingin menumpang ke kamar mandi. Tanpa berpikir panjang, dia langsung masuk ke ruangan dalam yang hanya ditutup oleh tirai. Namun ternyata malah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, tanpa sengaja dia melihat Sevia yang sedang berganti pakaian.
"Awww...." teriak Sevia histeris.
...~Bersambung~...
Kepoin juga karya Author yang lain kak!