Wanita cantik dengan segudang kehidupannya yang kompleks, bertemu dengan laki-laki yang mengerikan tapi pada akhirnya penuh perhatian.
Dengan latar belakang yang saling membutuhkan, akhirnya mereka di pertemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emlove 1
Akhirnya mendapatkan tempat duduk di sebuah kendaraan umum, tepatnya di jam 10 malam, seperti biasanya dengan sisa tenaga yang terkuras karena sebuah lembur yang di luar prediksi, seorang wanita muda melemaskan otot kakinya.
Tak Butuh waktu lama, 30 menit kemudian akhirnya sampai di rumah.
Belum sampai mulutnya mengucap salam, Sang adik yang sepertinya memang ditugaskan untuk berjaga sudah menyambutnya dengan mata menyipit siap memindai korban seperti detektif.
"Gak kurang malam kak?"
"Kalau gitu besok kakak pulang pagi"
"Ck, merasa bersalah dikit Napa?, kasihani adikmu ini yang sudah jadi donor darah mulai tadi"
"Setidaknya kamu bisa bermanfaat buat mahluk hidup, kasian nyamuknya kalau gak ada yang ngasih makan malam ini"
"Kak!"
"Berisik, ayo masuk!" titah seorang wanita yang nampak lelah letih lesu sekali.
Bagaimanapun seorang adik yang sering mendapatkan bonus dari kakaknya jelas tak berani bertindak jauh lagi walau kesal setengah mati, taruhannya uang saku soalnya, bisa-bisa di Cut mampus lah, batinnya.
Sementara seorang nenek yang baru saja keluar dari kamarnya segera menyambut dengan senyum dan rasa lega.
"Baru datang kamu Ros?" tanyanya, dengan mendekati sebuah meja makan yang tak jauh dari sana.
Tangan renta itu menyeret kursi dan mendudukinya, pandangannya juga masih setuju pada sang cucu kesayangannya Rosa Paramita, itulah namanya, mirip dengan artis top jaman dulu, mungkin waktu mengandung ibunya Fans garis keras Paramita Rosadi, sampai nongol jabang bayinya pakek nama belakang yang sama.
"Mau makan dulu?" tanya sang nenek, yang biasa di panggil Nek Rumi oleh para tetangga yang hobinya ngrumpi atau ngajak gelut tukang sayur yang tidak mau menurunkan harga jualannya.
"Nanti Nek, mau mandi dulu, ini Ros bawain martabak kesukaan nenek"
"Aku nggak?" nampak protes dari adik laki-lakinya.
"Kesukaan Lo dah tutup semua, sudah makan saja itu martabak, gak usah cerewet, atau aku ki6ncir mulut Lo ya"
"Ih, Galak banget, gak makasih udah di tungguin sampe kaki bentol-bentol mirip macam tutul gini"
Begitulah dua insan yang pernah berada dalam tempat yang sama semasa janin, sering kali lempar kata saling serang ingin menang, tapi mereka akan saling merindukan jika tidak bertemu sehari saja.
Nek Rumi hanya tersenyum, melihat tingkah dua cucunya yang terpaut 5 tahun dan selalu bisa meramaikan suasana, baginya keduanya adalah pelipur lara.
Rosa masuk kedalam kamar, tak lama kemudian keluar dengan membawa handuk dan baju ganti, berjalan menuju kamar mandi sederhana namun cukup nyaman untuk membuatnya bersih dan wangi setiap hari.
Sementara adiknya yang bernama Rafael Pradipta sedang asik merecoki sang nenek yang sedang menikmati Martabak kesukaannya yang pasti di beli di tempat langganan karena rasanya yang khas.
Ada percakapan ringan di jam sepuluh malam, seolah keduanya tak ingin membiarkan Rosa merasakan lelah sendirian.
Lima belas menitan, Rafael yang sudah mangap hampir memasukkan martabak terakhirnya terkejut karena Rosa menyambarnya dengan cepat.
"Kak!" teriaknya.
"Dikit aja, pelit!" teriak Rosa yang sudah melesat masuk ke dalam kamarnya.
"Bintitan lo!" teriak Rafael lagi.
"Sudah, itu Martabak juga yang belikan kakakmu, ini ambil saja punya nenek, jangan berisik malam-malam"
Ada senyuman manis seperti teh yang di kasih gula kebanyakan, Rafael langsung menyikat habis sisa martabak yang ada dalam kotak, tak peduli dengan tubuhnya yang sudah mulai bulat karena berat badan yang sepertinya berlebih.
Rosa lalu kembali menampakkan diri, keluar dari kamar dengan wajah yang lebih segar, lalu duduk disamping neneknya yang masih setia berada dimeja makan.
"Sudah habis?" tanya Rosa yang di balas dengan tatapan sewot dari adik tercinta.
Ada tawa kecil dari Rosa, dan hanya melihat aksi Rafael yang dengan cepat melesat masuk ke dalam kamar.
Sebagai kakak yang tau betul akan tingkah laku adiknya hanya merespon dengan gelengan kepala.
"Ini_" Nek Rumi memberikan sebuah undangan.
"Undangan pernikahan?" tanya Rosa.
"Dari teman Sekolah kamu dulu, dan sepertinya semua temanmu sudah nikah semu ya Ros?" pertanyaan yang enggan Rosa jawab, hanya tersenyum dan mengangkat sedikit alisnya, sementara tangannya membuka dan mengamati isi undangan.
"Malam Minggu" ucapnya lirih membaca waktu untuk dirinya datang ke acara pernikahan dengan membawa upeti tentunya, bukannya itu yang diharapkan?, karena temannya itu memang sangat terkenal dengan menjerat orang-orang kaya, dan kali ini sepertinya berhasil.
"Bagus ya undangannya, Nenek penasaran bagaimana nanti desain undangan kamu Ros"
"Nek?, Ros sudah bilang, saat ini Ros ingin fokus kerja, cari uang buat kita terutama Rafael yang masih SMA kelas 1"
"Iya-iya tau, nenek berharap Rafael tidak jadi alasan kamu saja untuk menutup hati setelah_"
"Nek" Rosa segera menginterupsi.
Perkataan Nek Rumi tidak dilanjutkan, hampir saja keceplosan, tentunya akan membuka luka lama cucunya, dimana dua tahun lalu gagal menikah karena calon laki-laki memilih sahabatnya sendiri, padahal hari pernikahan tinggal seminggu lagi.
Dan sejak saat itu, Rosa menutup diri dengan laki-laki, setahun berkonsentrasi bekerja tanpa henti untuk mengalihkan rasa stres dan frustasi, beruntung otaknya masih bisa kembali waras.
Sedangkan Nek Rumi jelas mengkhawatirkan cucu perempuan satu-satunya yang cantik rupawan, walau kadang judesnya kebangetan, tergantung mood lah pokoknya.
Sang nenek berharap cucunya segera mendapatkan pendamping hidup, bukan apa, tapi karena kekhawatiran nya akan sisa hidupnya, intinya takut jika dirinya tak di berikan kesempatan untuk melihat Rosa ada di atas pelaminan.
"Ya sudah, jika tahun ini kamu tidak juga punya pacar, nanti biar nenek yang mencarikan ya?"
"Nek?, bisa nggak sih ngomongin hal lain, jangan soal kawin"
"Hus!, Nikah Ros, bukan kawin, beda itu"
"Iya-iya, maksudnya itu" Wajah Rosa mulai jutek, jarinya memilin satu dengan yang lain, sementara tatapannya jatuh ke bawah seolah ada rasa cemas yang di tahan.
"Nggak semua laki-laki itu kayak Calon mu yang dulu Ros, masih banyak laki-laki baik di luar sana" Nek Rumi mengulangi lagi petuah yang sama, dan hampir setiap perbincangan soal pernikahan selalu di selipkan.
Namun seorang Rosa Paramita terlalu trauma, menjalin hubungan hampir 4 Tahun nyatanya masih di khianati juga, kekasih dan Sahabatnya, benar-benar seperti dua pedang menancap di jantungnya, berdarah, sakit dan rasanya mau mati saja.
"Rosa masih butuh waktu nek"
"Sampai Nenekmu ini menutup mata?"
"Nek_?"
"Nenek bukan Vampir yang bisa hidup abadi dengan meminum darah manusia Ros"
Heh, mulai, kebanyakan nonton film di tayangan Televisi ini pasti neneknya, hingga Rosa hanya mendesah pelan dan menatapnya dengan dalam.
"Sudah malam Nek, lain kali di lanjutkan ya, Ngantuk" ucapnya dan langsung memberikan kecupan di pipi dan keningnya.
Jangan lupa like vote komen dan tonton iklannya.
bersambung.
🤦🤦🤦