Ibu Alya meninggal karena menyelamatkan anak majikannya yang bernama Bagas, dia adalah tuan muda dari keluarga Danantya.
~
Bagas patah hati karena kepercayaannya dihancurkan oleh calon istrinya Laras, sejak saat itu hatinya beku dan sikapnya berubah dingin.
~
Alya kini jadi yatim piatu, kedua orang tua Bagas yang tidak tega pun memutuskan untuk menjodohkan Bagas dan Alya.
~
Bagas menolak, begitupun Alya namun mereka terpaksa menikah karena terjadi sesuatu yang tidak terduga!
~
Apakah Bagas akan menerima Alya sebagai istrinya? Lalu bagaimana jika Alya ternyata diam-diam mencintai Bagas selama ini?
Mampukah Alya meluluhkan hati Bagas, atau rumah tangga mereka akan hancur?
Ikuti kisahnya hanya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1.
"Alya ayo antar Ibu belanja buat masak hari ini." teriak seorang wanita paruh baya bernama Ambar, dia adalah kepala maid di kediaman Danantya sebuah keluarga besar yang memiliki perusahaan tekstil yang cukup besar.
Ambar sudah mengabdi selama belasan tahun, kini seorang gadis cantik yang bekerja sebagai asisten dari Nona muda keluarga Danantya sekaligus sahabat baiknya.
"Maaf Ibu aku tadi siap-siap dulu." gadis cantik yang berusia 25 tahun itu bernama Alya Nur Savira.
"Gapapa Al, ayo kita harus buru-buru soalnya Den Bagas pulang hari ini." ucapan Ambar membuat Alya mendadak berhenti padahal mereka sudah berjalan menuju keluar tadi.
'Bang Bagas pulang?'
Bagas Elfandra Danantya adalah putra sulung sekaligus penerus dari perusahaan Danantya yang sudah bergerak di bidang tekstil sejak lama, adik Bagas yang bernama Berlian sudah menikah namun Bagas masih betah sendiri di usianya yang menginjak 29 tahun.
Dulu Bagas hampir menikah tapi sayang dia dikhianati habis-habisan bahkan sampai membuat hubungannya dengan Berlian sang adik hancur, selain dengan adiknya hubungan Bagas dengan kedua orang tuanya pun ikut hancur.
Sejak saat itu Bagas menutup hatinya, pria itu berubah dingin dan tak tersentuh, Bagas bahkan sampai pindah ke luar kota untuk menyembuhkan hatinya kini setelah 1 tahun lebih Bagas harus kembali karena tanggung jawab besar sedang menantinya.
"Alya kenapa kamu ngelamun, ayo kita harus pergi sekarang." Ambar menyadarkan Alya yang diam melamun, entah apa yang ada dalam pikiran Alya ketika mendengar nama Bagas.
"Gapapa Bu, aku lupa kalo motor masih dibengkel jadi gak bisa pake motor." hari ini Alya libur makanya dia membawa motornya untuk di servis, kebetulan Alya tinggal bersama Ibunya paviliun rumah Danantya.
"Yaudah gapapa kita naik angkot atau pake taksi online juga bisa." Ambar menanggapinya dengan santai, Ibu Alya itu terbiasa untuk naik angkutan umum.
"Kalo gitu ayo Bu." Alya mencoba tersenyum meskipun hatinya merasa kacau saat ini.
"Ayo." Ambar menggandeng tangan putrinya itu.
'Kenapa hati ini masih aja deg-degan kalo denger nama Bang Bagas, sadar Al jangan gila.' Alya menyadarkan dirinya, mungkinkah ada perasaan tersembunyi dalam hati Alya?
****
Seorang pria tampan yang usianya sudah matang baru saja turun dari kereta api, Pak Supir yang di minta menjemput pria itu sudah datang.
"Mari Den."
"Iya Pak, makasih."
"Sama-sama Den."
Bagas Elfandra Danantya, pria yang ada di pikiran Alya itu akhirnya sampai kembali di kota kelahirannya setelah pergi selama 1 tahun lebih.
Wajah Bagas semakin tampan tapi semakin dingin juga, pria itu semakin gila kerja dan yang paling membuat kedua orang tuanya khawatir adalah sikap Bagas terhadap perempuan yang mulai kasar, Bagas benci wanita yang berusaha menarik perhatiannya, tidak jarang wanita yang mendekatinya itu harus mendengar kata mutiara dari Bagas.
Bagas memejamkan matanya yang terasa lelah, dia sering kurang tidur makanya sering tumbang sampai sakit meski begitu Bagas tidak pernah kapok dia selalu mengulang hal yang sama.
Suara ponsel Bagas terdengar, pria itu mendengus sebal kemudian terpaksa melihat ponselnya dan ternyata itu adalah Ibunya Husna yang menelpon.
[Assalamualaikum Ibu.] suara Bagas berubah lembut jika berbicara dengan Ibunya.
[Waalaikumsalam, Nak apa kamu masih dijalan?] tanya Husna disebrang sana.
[Iya Ibu, ini baru keluar dari stasiun ada apa?]
[Bisa kamu jemput dulu Bibi sama Alya? mereka lagi belanja ke pasar tapi ternyata naik angkutan umum, Ibu kira Bibi pake mobil di rumah tapi ternyata engga, belanjaannya lumayan banyak kasian kalo harus bawa pake angkutan umum Nak.] keluarga Bagas sudah menganggap Ambar dan Alya seperti keluarga mereka sendiri ya, tapi terkadang Ambar dan Alya yang merasa segan.
[Iya Ibu, nanti Bagas mampir ke tempat Bibi sama Alya.] Bagas tidak menolak sama sekali, Husna merasa lega di sebrang sana.
[Alhamdulillah kalo gitu, Ibu nitip ya Nak, kamu hati-hati dijalannya.]
[Makasih Ibu, Bagas jadi pengen cepet pulang buat peluk Ibu.]
[Bisa aja kamu, yaudah Ibu tutup ya telponnya Assalamualaikum.]
[Waalaikumsalam.]
TUT.
Telpon dimatikan oleh Husna, Bagas meminta Pak Supir untuk menuju ke tempat Ambar dan Alya, Bagas kembali memejamkan matanya tiba-tiba dia teringat wajah Alya.
"Apa dia masih ngerasa takut sama aku?" gumam Bagas penasaran, terakhir kali bertemu Alya nampak menghindar darinya.
****
Alya dan Ambar selesai belanja, sesuai dugaan mereka membawa banyak barang dan tentunya tidak bisa dibawa naik angkutan umum sulit nantinya makanya Alya ingin memesan taksi online, namun begitu sampai diparkiran matanya membelalak saat membaca pesan dari Husna.
"Ada apa? kenapa kamu kaget gitu?" Ambar sampai heran melihat putrinya banyak melamun hari ini.
"Eh gapapa Bu, aku kaget baca pesan dari Bu Husna." Alya memperlihatkan pesan dari Husna yang mengatakan jika Bagas akan sekalian menjemput mereka.
"Loh serius Den Bagas jemput kesini?" Ambar juga kaget, matanya kemudian mencari keberadaan Bagas ternyata pria itu ada di sebrang.
"Al, itu Den Bagas.." Ambar menunjuk ke sebrang, Alya mengikuti arah tunjuk Ibunya dia makin terkejut melihat Bagas sudah ada disana.
"Bener jemput ternyata." gumam Alya pelan, kepalanya menunduk tidak berani menatap Bagas perasaannya pun mendadak gugup.
'Selalu gini, bisa gak sih normal kaya biasa.' batin Alya merutuki jantungnya yang berdetak kencang setiap kali berhubungan dengan Bagas, bahkan saat namanya disebut pun hatinya selalu berdebar.
"Alya kenapa kamu malah ngelamun, ayo cepet jangan biarin den Bagas nunggu." Ambar menepuk pundak putrinya.
"Ah iya Bu." dengan terpaksa Alya mendekat, dia tidak mungkin menghindar juga yang ada makin curiga Bagas.
Pak Supir memberitahu Bagas jika Alya dan Ambar ada di sebrang, Pak Supir minta izin untuk membantu Ambar dan Alya tapi Bagas juga ingin turun tangan.
"Bapak duluan nanti saya nyusul." Bagas harus membalas pesan terlebih dahulu.
"Baik Den." Pak Supir menyebrang duluan, jalan tidak terlalu ramai saat ini.
Setekah Pak Supir menyebrang, dia mengambil alih barang yang dibawa oleh Ambar sementara Alya masih memegang belanjaan yang cukup banyak, tatapan Bagas tertuju pada Alya, begitu mata mereka bertemu Alya langsung menghindar.
"Ternyata masih sama, apa yang salah kali ini." gumam Bagas penasaran, dia merasa sedikit terganggu karena Alya menghindar darinya.
"Sebenernya dia kenapa? masalah itu udah selesai, tapi kenapa dia masih ngerasa canggung sama aku padahal sama Berlian dia lepas banget, apa muka aku nyeremin?" Bagas memegang wajahnya sendiri, padahal wajahnya yang datar itu membuat orang lain segan, Bagas menggelengkan kepalanya pelan dia segera memasukan ponsel kedalam saku celananya.
Bagas kemudian ingin menyebrang, dia sudah melihat kanan kiri setelah itu tatapannya fokus pada Alya, saking fokusnya Bagas tidak sadar jika sebuah mobil dari arah kirinya tiba-tiba datang dengan laju kencang.
"ASTAGHFIRULLAH DEN BAGAS AWAS!" Ambar yang sadar lebih dulu berlari, tanpa ragu Ambar menarik tubuh Bagas namun yang terjadi....
BRAKK! BUGH!
"IBUUUUUUUU!"
"Sial salah sasaran, harusnya Bagas yang mati kenapa malah datang nenek tua ini!"
Bersambung.......