NovelToon NovelToon
DULU AKU DITINGGALKAN, KINI DISAYANG SULTAN

DULU AKU DITINGGALKAN, KINI DISAYANG SULTAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Karir / CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

Ketika cinta berubah menjadi luka, dan keluarga sendiri menjadi pengkhianat. Dela kehilangan segalanya di hari yang seharusnya menjadi miliknya cinta, kepercayaan, bahkan harga diri.
Namun dalam keputusasaan, Tuhan mempertemukannya dengan sosok misterius yang kelak menjadi penyelamat sekaligus takdir barunya. Tapi apakah Dela siap membuka hati lagi, ketika dunia justru menuduhnya melakukan dosa yang tak pernah ia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 01 Luka di Antara Cinta dan Darah Daging

“Apa? Jadi kamu dan orang tua kamu datang ke sini untuk melamar adikku Mas?” Tanya Dela dengan suara gemetar, nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Matanya membulat, napasnya terasa tersangkut di tenggorokan. Ia berdiri kaku di ruang tamu rumahnya, tempat yang seharusnya menjadi saksi kebahagiaan, bukan kehancuran hatinya.

Di hadapannya, Riki kekasih yang selama ini ia cintai dengan sepenuh hati hanya menundukkan kepala, menatap lantai tanpa berani menatap mata Dela yang kini berkaca-kaca. Di belakangnya berdiri orang tua Riki, tersenyum canggung, sementara suasana ruang tamu terasa begitu tegang dan menyesakkan.

Dela hampir tidak bisa berdiri tegak. Rasanya lututnya bergetar hebat.

“Jawab, Mas,” ucapnya lagi dengan nada yang parau. “Jangan diam saja! Apa selama ini kamu dan adikku sudah menjalin hubungan di belakang aku?”

Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Dela, tapi setiap kata terasa seperti belati yang menusuk jantungnya sendiri. Ia menggigit bibirnya menahan air mata, tapi sia-sia. Setetes demi setetes akhirnya jatuh juga.

Bagaimana tidak hancur? Laki-laki yang ia cintai laki-laki yang ia yakini akan datang melamarnya hari ini justru datang untuk melamar Tika, adiknya sendiri.

Dela menatap Riki yang masih terdiam. Jantungnya berdetak keras, namun bukan karena cinta, melainkan karena rasa sakit dan kecewa yang luar biasa.

“Aduh Dela. Sudahlah kamu itu gak usah lebay begitu,” suara Rena, ibunya, memecah keheningan dengan nada yang terdengar menusuk.

“Lagian sadar diri dong. Riki mana mau serius sama kamu? Secara kamunya aja buluk begitu. Riki itu pantasnya sama Tika cantik, modis, dan wanita karier. Beda sama kamu!”

Dela menoleh ke arah ibunya dengan tatapan tidak percaya. Kata-kata itu bagai tamparan keras di wajahnya.

“Ibu kok malah bilang begitu sih? Mas Riki itu pacarnya Dela, kenapa malah melamar Tika?” Suaranya pecah, nyaris tidak terdengar karena tertahan isak.

Namun Rena hanya mendengus pelan. “Gak usah drama Dela. Mana ada laki-laki berkelas yang mau sama kamu. Kamunya aja yang ke PD an, mau-mau aja dipacarin. Biarkan saja Riki menikah dengan Tika, mereka lebih serasi. Tika cantik, kariernya bagus. Riki juga tampan dan mapan.”

Dela merasa dadanya sesak. Ia menatap Riki lagi, berharap ada penjelasan, harapan, atau pembelaan. Tapi Riki tetap diam.

“Bener begitu Mas?” Tanya Dela dengan suara serak, nyaris berbisik.

Riki menelan ludah. Matanya gelisah.

“Maafkan aku Dela,” katanya akhirnya. “Aku lebih mencintai Tika.”

Kata-kata itu bagai palu godam yang menghantam batok kepala Dela. Dunia seolah berhenti berputar. Ia terdiam, membeku.

“Mbak, tolong biarkan Mas Riki menikah denganku,” pinta Tika dengan wajah tanpa dosa. Ia memegang tangan Riki dan menatapnya penuh keyakinan. “Aku juga mencintainya.”

Dela memejamkan mata kuat-kuat, menahan perih yang tak bisa dijelaskan. Dalam pikirannya hanya ada satu tanya kenapa harus Tika? Adiknya sendiri? Bukankah di luar sana masih banyak perempuan yang bisa Riki pilih?

Namun yang lebih menyakitkan, justru ibunya sendiri ikut mendukung pengkhianatan itu.

“Dela kamu itu sadar diri dong,” ujar Eka kakak tertuanya, dengan nada sinis. “Lihat Tika jauh lebih cantik dan berkelas dibanding kamu yang gak terawat relakan aja Riki buat dia.”

Dela menatap satu per satu wajah keluarganya ibu, kakak, adik, semuanya tapi tak ada yang berpihak padanya. Semuanya mendukung Riki dan Tika. Ia merasa benar-benar sendirian.

Bahkan Ibu Riki pun akhirnya angkat bicara. “Maafkan anak Tante ya Dela. Riki memilih Tika jadi pendamping hidupnya.”

Dela menatap ke lantai. Hatinya sudah terlalu remuk untuk menahan air mata lagi. Dengan suara pelan tapi mantap ia berkata, “Baiklah aku relakan, Mas Riki menikah dengan kamu Tika.”

Setelah kata-kata itu keluar, Dela langsung berlari keluar rumah. Ia tak sanggup menatap mereka lagi. Udara sore terasa berat di dadanya.

...****************...

Namaku Dela Prameswari, usiaku 25 tahun.

Setelah lulus SMA, aku ingin sekali kuliah. Tapi Ibu melarangku. Katanya uang tidak cukup. Kakakku, Eka, masih kuliah waktu itu. Ibu bilang tidak sanggup membiayai dua anak sekaligus. Aku terpaksa mengalah.

Dari pada menganggur di rumah, aku memutuskan berjualan kue. Awalnya aku senang, bisa membantu keluarga. Tapi setelah Eka lulus dan menjadi sarjana, aku berharap bisa gantian kuliah. Lagi-lagi harapan itu pupus. Saat itu Tika baru lulus SMA dan ingin kuliah juga. Ibu menyuruhku mengalah lagi.

“Tika juga butuh masa depan,” katanya waktu itu.

Padahal aku pun ingin punya masa depan. Tapi akhirnya aku pasrah.

Apalagi sejak Ayah di PHK karena sakit-sakitan, beban keluarga justru jatuh di pundakku. Uang hasil jualan kueku yang tidak seberapa selalu diminta Ibu untuk bayar listrik, air, dan kebutuhan rumah.

Dari kecil Ibu memang pilih kasih. Ia selalu memuji Eka dan Tika karena mereka cantik dan berpendidikan. Sedangkan aku? Aku cuma anak lulusan SMA yang kerja bikin kue, berpenampilan sederhana, dan dianggap tidak bisa dibanggakan.

Hari ini, luka itu semakin dalam karena Ibu lebih memilih adikku untuk bersama kekasihku.

...****************...

Aku berjalan tanpa arah. Langit sore mulai gelap, angin berhembus pelan membawa aroma tanah basah. Pandanganku kosong hatiku hancur berkeping-keping.

Bagaimana aku bisa membeli baju bagus atau berdandan seperti perempuan lain, kalau hasil jerih payahku saja selalu untuk kebutuhan rumah? Aku bahkan tak punya bedak. Baju yang kupakai pun sederhana, dress panjang murah yang kubeli di pasar dengan harga tak sampai seratus ribu. Tapi semua itu kulakukan demi keluarga.

Aku tersenyum pahit. “Aku jelek begini juga demi kamu Tika...” gumamku lirih sambil mengusap air mata. “Aku rela gak kuliah rela kerja dari pagi sampai malam demi kamu bisa sekolah.”

Langkahku terus berlanjut tanpa tujuan. Sampai tiba-tiba...

“Tiiiin!”

Suara klakson keras membuatku kaget. Tapi tubuhku sudah terlalu lemah untuk bereaksi. Sekejap kemudian, bruk! tubuhku terpental, jatuh ke aspal pandanganku gelap.

Pengendara motor yang menabrakku panik.

“Wah gila! Cewek ini jalan di tengah jalan kayak mau bunuh diri aja!” Omelnya, tapi kemudian wajahnya berubah cemas saat melihatku tergeletak tak sadarkan diri. Ia segera menepikan motornya dan menghampiri.

Ia memeriksa tubuhku, memastikan tidak ada luka serius. Untung saja aku hanya pingsan. Lelaki itu menarik napas lega.

“Syukurlah gak parah,” gumamnya. Tapi kemudian langit mulai meneteskan gerimis.

Ia celingukan, mencari tempat berteduh. Jalanan sepi, rumah-rumah tertutup rapat. Akhirnya ia melihat sebuah rumah tua tak berpenghuni di pinggir jalan. Ia ragu sejenak, tapi kemudian memutuskan menggendongku ke sana.

Tubuhku yang lemah diangkat dengan gaya bridal style. Entah kenapa, di saat seperti itu, justru seseorang di kejauhan melihatnya. Orang itu memandang dengan pandangan curiga.

Setelah sampai di rumah tua itu, lelaki tersebut meletakkanku di atas kursi kayu usang.

“Hey, bangun dong kamu gak apa-apa kan?” Ujarnya pelan sambil menepuk pipiku pelan. Tapi aku masih terdiam.

Di luar, hujan semakin deras. “Untung aja aku udah berteduh di sini,” gumamnya, menatap jendela yang berembun. “Coba kalau gak udah kehujanan sama orang pingsan.”

Beberapa menit kemudian hujan mulai reda. Namun tiba-tiba terdengar suara ramai dari luar.

“Tuh orang! Itu dia!” Teriak seseorang.

Sekelompok warga datang membawa senter dan payung. Wajah mereka penuh kecurigaan. Mereka melihat aku terbaring di kursi dan lelaki itu berdiri di dekatku di rumah kosong, dalam keadaan gelap.

“Woi! Ngapain kamu sama cewek itu di rumah kosong?!” Bentak salah satu warga.

Lelaki itu terkejut. “Bukan Pak! Saya cuma nolong...”

Tapi warga sudah keburu salah paham. Mereka menuduhnya melakukan hal tidak senonoh. Padahal yang terjadi hanyalah kesalahpahaman.

Dan di situlah, malam panjang Dela dimulai.

Ditinggalkan kekasih, dikhianati keluarga, dituduh orang karena nasib yang tak disengaja. Hujan sudah berhenti, tapi hatinya masih saja basah oleh air mata dan luka yang belum kering.

Mungkin benar, hidup kadang tidak adil. Tapi dari reruntuhan itu, selalu ada secercah cahaya yang menunggu waktu untuk muncul.

Dan Dela masih belum tau, bahwa pertemuannya malam itu dengan pria asing itu akan mengubah seluruh jalan hidupnya.

1
Nani Haryatiyati
bolehkan aku bahagia Tika 🤣🤣🤣🤣🤣
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
ya gimana kemaren riki memperlakukan dela, begitu juga kamu diperlakukan 😂😂
Mimi Riza
keren
Mimi Riza
di tunggu update nya ya kak 😍
Nani Haryatiyati
nahhh gitu dong del
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Nani Haryatiyati
nahhhh gitu dong dela,tunjukkan pesonamu
Nani Haryatiyati
keluar dela,kluar. ngontrak
Mimi Riza
aku nungguin update nya kak
Nani Haryatiyati
bagus cerita nya 😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!