Berawal dari pertemuan tak terduga, Misel seorang gadis desa yang tak pernah berharap menikah di usia muda. Namun, tak di duga ia kini menikah di usia muda. Hal yang tak pernah ia pikirkan sekarang ia duduk di acara pernikahan nya sendiri dengan seorang pria yang baru ia kenal 5 hari yang lalu.
Penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Yuk mampir untuk mengetahui seperti apa kelanjutan ceritanya? Bagaimana misel bertemu dan persiapan apa yang ia siapkan untuk pernikahannya ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alrumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Pagi Buta
Misel adalah seorang gadis desa yang senang sekali berpetualang. Ia di pagi buta sudah terbangun karena kemarin ia berencana untuk pergi berpetualang dengan sahabat nya Resa.
"Hua... jam berapa ini?" Misel bangun dari tidurnya dan langsung melihat jam yang ada di dinding kamarnya.
Sesaat ia memicingkan matanya untuk melihat jam tersebut. Karena rasa kantuk yang masih ada setelah ia terbangun barusan.
Ia pun mulai menerka-nerka apa yang ia lihat di jam tersebut.
"Em... sekarang jam 3, 4, 5. Aduh ini kenapa banyak sekali angka?"
Misel geram dengan apa yang ia lihat dan ia katakan barusan. Sehingga ia pun mulai mengucek-ngucek matanya. Agar menghilangkan angkat yang ia lihat terlalu banyak tersebut.
"Ck... ternyata baru setengah 5" ucap Misel setelah ia melihat angka dengan jelas.
Sesaat setelah ia selesai melihat jam di dinding. Ia pun kaget, karena baru tahu bahwa ia terlambat bangun.
"Hah... jam setengah 5, aduh... terlambat nih aku, bisa-bisa Resa ngamuk karena aku terlambat."
Bergesa-gesalah ia turun dari tempat tidurnya, untuk segera mandi. Tanpa melihat handphone miliknya yang terus berdering tanpa henti.
Tut... Tut....
Sementara orang yang menelpon Misel, kini sudah emosi di buatnya.
"Ck... kemana anak ini? sudah aku telpon berulang kali tak ada satu pun yang dia jawab. Masih tidur sepertinya nih anak. Ck... bikin emosi saja." ucap si penelpon di sebrang sana.
"Argh... aku harus cepat nih, sabun mana lagi. Lagi di butuhin malah ngilang. Menyebalkan sekali." Ucap Misel yang saat ini sedang mandi.
"Sudah lah lebih baik aku mandi tanpa sabun saja. Daripada aku harus mencari tapi ngga ketemu, kan buang-buang waktu." ucapnya lagi.
5 menit kemudian, Misel pun sudah selesai mandi.
"Loh, ini kan sabun. Kok bisa ada disini. Tadi aku cari ngga ada."
Hening beberapa saat, setelah itu Misel pun kembali berucap.
"Hem... sudah lah percuma juga aku nemu nih sabun. Kalau aku udah selesai mandi. Lagian kemana kamu sabun tadi aku lagi butuhin eh malah ngilang. Sekarang aku udah selesai malah muncul. Bun... sabun, ada-ada aja kau berpindah tempat."
Misel pun bergegas keluar setelah selesai berbicara.
"Hem... aku pakai baju dulu, abis itu shalat dulu. Baru setelah selesai aku langsung liat handphone aku." ucap Misel pada dirinya sendiri.
15 menit kemudian, Misel pun telah selesai memakai baju dan melaksanakan shalat.
Sesuai dengan yang ia ucapkan setelah keluar dari kamar mandi. Kini ia pun sedang mencari handphone miliknya.
"Handphone ku dimana ya? semalam kalau ngga salah aku taro di sini deh handphone nya. Tapi kok ngga ada." ucapan Misel sambil menggaruk kepalanya.
Resa yang sudah meredakan emosi nya pun, kini mulai menelpon Misel kembali. Seketika handphone Misel pun berbunyi.
Tut... Tut...
"Nah... itu suara handphone, tapi dimana ya handphone nya." Misel pun mulai melihat ke sekeliling tempat tidurnya.
Sekitar 15 detik lamanya ia menajamkan pendengarannya itu, akhirnya ia pun menemukan handphone miliknya.
"Hem... akhirnya ketemu, ternyata handphone ku ada di sana. Ck... tadi aku cari disana tapi kok ngga ketemu ya? hm... sudah lah yang terpenting sekarang handphone ku sudah ketemu." ucap Misel yang langsung mengambil handphone miliknya tersebut.
Belum sempat menekan tombol terima telpon, sambungan telpon itu pun terputus.
"Ck... belum juga di jawab udah hilang yang telponnya." ucap Misel yang sedikit kecewa.
Namun, sesaat setelah ia selesai berbicara handphone nya pun kini berbunyi kembali.
"Ck... bisa sawan aku di buat nih handphone, kenapa ngga bilang dulu napa kalau mau telpon atau apun itu." ucap Misel sambil memegang dadanya yang berdetak cukup kencang karena suara dering telepon yang mengejutkan dirinya.
Tak menunggu lama setelah berucap itu pun, kini Misel mulai menekan tombol terima tanpa ia melihat siapa nama yang menelpon dirinya.
"CK... LAMA SEKALI MISEL KAU JAWAB TELPON KU. KEMANA AJA HAH..." ucap penelpon itu dengan keras.
"Ck... dikira aku budeg kali, sampai bersuara kaya orang yang kesetanan. Mana keras sekali suaranya. Menyebalkan!!" ucap Misel setelah si penelpon selesai berbicara.
"Ck... gimana ngga keras, liat riwayat telpon mu. Sudah ke sekian kali aku telpon kamu tapi tak ada satu pun yang kamu jawab. Ck... gimana tidak naik tensi suara ku." Kata si penelpon yang mulai berbicara tanpa henti.
"Hm... belum ke 1000 kali harusnya bisa di toleransi." ucap Misel dengan santainya.
"APA KAMU BILANG? BISA DI TOLERANSI? KAMU SADAR DENGAN UCAPAN MU ITU?" ucap si penelpon meninggikan lagi suaranya.
"Hem... ya udah, aku minta maaf. Sudah membuat mu naik tensi." ucap Misel yang tak ingin berdebat lagi.
"Ck... kenapa baru sekarang minta maaf, tadi kemana aja?" ucap penelpon itu.
"Maaf, aku tadi lagi terbang di laut lepas. hehehe..." ucap Misel dengan tertawa di ujung kalimatnya.
"Ngga lucu Misel, udah sekarang kamu dimana?" ucap si penelpon.
"Di hutan, ya di rumah lah. Kamu nih, kadang-kadang aneh. Pertanyaan yang seperti ini saja pun, masih kamu pertanyakan?" ucap Misel menjawab si penelpon.
"Ck... Masud ku, kamu di rumah nya itu dimana di kamar kah, di kamar mandi kah, di dapur kah, atau dimana." ucap si penelpon membela diri.
"Sudah lah, kamu kapan ke sini?" ucap Misel tak ingin membahas terlalu lama.
"Di depan rumah mu, cepatlah buka pintunya." Ucap si penelpon.
"Kenapa baru bilang kalau kamu udah di depan rumah. Dasar menyebalkan!" ucap Misel yang langsung bergegas keluar kamar untuk membuka pintu rumah.
Beberapa saat kemudian si penelpon pun langsung menerobos masuk setelah Misel membuka pintu.
"Ck... lama sekali buka pintu pun, aku ini tamu. Tapi kamu biarkan di luar sendiri. Tega sekali." Ucap si penelpon yang sudah berada di rumah Misel saat ini.
Bahkan tanda di suruh duduk pun, ia kini sudah duduk sambil meminum air yang ada di meja.
"Segar sekali, dari tadi tenggorokan aku kekeringan karena marah-marah. Akhirnya lega juga." ucap si penelpon saat ia telah selesai meminum 1 gelas air.
"Ck... tamu menyebalkan sepertimu ini, sudah aja tadi ku biarkan kamu menunggu saja di luar." ucap Misel dengan santainya.
"Hey... kamu mau biarkan aku tetap diluar?" ucap si penelpon.
"Hem... ngga jadi, kamu juga udah ada di rumah ku saat ini." ucap Misel yang kini langsung duduk di depan si penelpon.
"Ah... iya juga sih, hm... kapan kita berangkat?" ucap si penelpon tanpa basa basi lagi.
"Sebentar lagi aja, aku belum sarapan." ucap Misel.
Bersambung...