Malam itu sepasang suami istri yang baru saja melahirkan putri pertamanya di buat shock oleh kedatangan sesosok pria tampan berpenampilan serba putih. Bahkan rambut panjang nya pun begitu putih bersih. Tatapannya begitu tajam seolah mengunci tatapan pasangan suami istri itu agar tidak berpaling darinya.
“Si siapa kau?” Dengan tubuh bergetar pasangan suami istri itu terus berpelukan dan mencoba melindungi putri kecil mereka.
“Kalian tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kalian lakukan adalah menjaga baik baik milikku. Dia mungkin anak kalian. Tapi dia tetap milikku sepenuhnya.” Jawab pria tampan berjubah putih itu penuh penekanan juga nada memerintah.
Setelah menjawab wujud tampan pria itu tiba tiba menghilang begitu saja menyisakan ketakutan pada sepasang suami istri tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1
“Huhuhu.. Aku nggak melakukannya ibu.. Ayah.. Tolong percaya sama Dewi...” Bocah cantik yang masih mengenakan seragam sekolah itu menangis sesenggukan sepulang dari sekolah.
Takut, itu lah yang dia rasakan. Ya, Dewi kembali mendapat hukuman dari kepala sekolah karena di tuduh melukai teman sekelasnya sampai di larikan ke rumah sakit.
Sita dan Doni saling bertatapan. Masalah yang menimpa putrinya bukan kali ini saja. Sebelum sebelumnya Dewi juga mendapatkan hukuman dari pihak sekolah dengan tuduhan yang selalu sama.
“Ayah percaya sama kamu... Sudah jangan nangis lagi ya...” Doni mengusap air mata Dewi. Pria itu tersenyum menatap putrinya yang terus menangis.
Dewi menganggukkan kepalanya. Dengan sisa isak tangisnya Dewi pun menyeka air matanya dengan kedua tangan.
“Kalau begitu biar ibu siapkan makan siang dulu..”
Sita tersenyum merasa lega menatap putrinya yang akhir nya berhenti menangis. Wanita itu kemudian berlalu menuju dapur dan menyerahkan penanganan putrinya pada sang suami.
Saat hendak menghidupkan kompor, tiba tiba Sita terdiam. Wanita itu yakin ada sesuatu yang tidak dia dan suaminya ketahui.
“Kalian tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kalian lakukan adalah menjaga baik baik milikku. Dia mungkin anak kalian. Tapi dia tetap milikku sepenuhnya.”
Tiba tiba suara menggelegar itu kembali terngiang di indra pendengaran Sita. Wanita itu langsung menggelengkan kepalanya tidak mau kembali mengingat malam mencekam dan menyeramkan itu.
Tidak hanya suaranya saja yang terngiang di telinga Sita, bahkan sosok tampan berambut putih itu juga kembali muncul di penglihatan nya.
“Enggak enggak. Dewi adalah putriku. Dia milikku.” Gumam Sita.
“Jangan ngelunjak.”
Sita terkejut mendengar suara berat nan dingin itu. Dengan cepat Sita melangkah mundur menghindar dari sosok yang meskipun tampan namun sangat menakutkan baginya. Sosok itu tidak berubah. Dia sama seperti malam dimana dia muncul di kamar Sita untuk yang pertama kalinya.
“Dewi adalah milikku.” Tekan sosok itu menatap Sita tajam.
Sita menelan ludah. Keringat dingin langsung membasahi sekujur tubuh kakunya. Tatapan tajam pria berambut dan berjubah putih itu benar benar sangat menusuk.
“Tugas kalian adalah merawat dan menjaganya dengan baik.” Tambah sosok itu sebelum akhirnya menghilang begitu saja.
Begitu sosok tampan tersebut menghilang, tubuh Sita meluruh ke lantai. Napasnya langsung tersengal. Rasa takut kembali menguasai dirinya. Penyataan pria itu membuat Sita takut jika sesuatu yang buruk akan menimpa putri satu satunya.
“Dewi.. Dewi..” Lirih Sita kemudian menangis.
Sementara itu di ruang keluarga.
“Sekarang kamu ceritakan sama ayah apa yang terjadi sebenarnya?” Doni menatap penuh perhatian pada Dewi yang duduk di samping nya.
Dewi menundukkan kepalanya. Bocah cantik itu juga tidak tau harus menjelaskan bagaimana. Yang Dewi tau dirinya tidak bersalah dan tidak melakukan apa apa.
“Dewi nggak bersalah ayah.. Dewi nggak pukul Susan.. Susan yang pukul Dewi..” Pelan pelan Dewi mencoba menjelaskan sebisanya. Terkadang Dewi juga bingung kenapa setiap ada teman yang menjahilinya pasti akan langsung terkena karma. Hari bahkan Susan yang memukulnya tiba tiba terlempar ke belakang sampai kepalanya berdarah dan harus di larikan ke rumah sakit.
“Ya ampun.. Kasihan anak cantik ayah.. Lalu apa anak ayah terluka?”
Dewi menggelengkan kepalanya menjawab.
“Hanya sedikit nyeri di punggung ayah.” Cicitnya.
“Oke.. Nanti ayah akan bilang sama ibu supaya memberikan salep pada punggung mu. Sudah tidak apa apa. Ayah sama ibu selalu percaya Dewi adalah anak ayah dan ibu yang paling baik.” Doni berusaha menghiburnya putrinya.
Doni percaya sepenuhnya pada Dewi. Putrinya adalah anak yang lembut. Pada hewan saja Dewi tidak berani menyakiti apa lagi pada sesama teman sekelasnya. Putrinya adalah pribadi yang baik dan penuh cinta. Apa lagi Doni dan Sita juga selalu memberikan kasih sayang dan cinta yang penuh pada putri semata wayangnya itu.
Tanpa Doni sadari ada sosok yang memperhatikan nya dengan Dewi. Sosok itu tidak bersembunyi. Dia berdiri menjulang di belakang sofa yang di duduki Dewi. Namun kehadiran nya sama sekali tidak di sadari oleh Dewi maupun Doni.
Sosok itu tersenyum menatap Dewi yang begitu imut dan menggemaskan. Dia bahkan mendekat dan menatap dari dekat wajah cantik Dewi yang selalu membayanginya setiap saat.
“Apapun yang terjadi, aku akan selalu melindungi kamu Dewi.. Bagaimana pun caranya.” Bisiknya tepat di depan wajah Dewi.
Dewi tersenyum pada sang ayah. Dan senyuman itu merekah tepat setelah sosok itu selesai mengucap janjinya.
*****
Seperti yang sudah sudah, baik Doni maupun Sita tidak lagi mempermasalahkan apa yang sudah terjadi. Mereka selalu yakin bahwa putrinya memang tidak bersalah. Mereka juga selalu yakin apa yang di katakan putrinya adalah kejujuran, bukan kebohongan.
Malamnya Dewi tertidur dengan sangat nyenyak. Wajah cantik alaminya di sinari oleh cahaya lembut rembulan yang membuatnya semakin terlihat sempurna.
Saat itu juga muncul pria berjubah putih di samping ranjang Dewi. Pria itu perlahan naik ke tempat tidur Dewi dan memposisikan dirinya tepat di samping Dewi.
Dengan posisi miring pria itu memperhatikan setiap inci wajah cantik pujaan hatinya. Dan pelan pelan tangannya terangkat menyentuh kulit lembut wajah Dewi.
“Kamu selalu menawan. Kamu selalu membuat aku tidak bisa untuk tidak tersenyum. Dewi.. Aku mencintaimu. Aku juga percaya sama kamu..” Lirih sosok itu dengan senyuman.
“Kamu tau? rasanya aku tidak sabar menunggunya. Menunggu kamu beranjak dewasa. Menunggu saat itu tiba.. Saat dimana kita bisa bersama untuk selamanya.” Sosok itu membelai lembut pipi Dewi tanpa sedikitpun takut tindakannya akan mengganggu tidur lelap Dewi.
“Aku tau kamu juga mempunyai perasaan yang sama dengan aku Wi.. Aku tau kamu adalah milikku yang setia. Aku tau semua itu hanya kesalah pahaman. Kita pasti bisa memperbaikinya Wi.. Kita bisa yakinkan mereka semua bahwa kita akan selalu sama sama.”
Sosok tampan itu terus saja bergumam sambil memperhatikan wajah cantik Dewi. Dia begitu yakin dengan apa yang ada di pikiran nya. Dia juga begitu yakin bahwa semuanya akan berjalan sesuai dengan apa yang di inginkan nya.
Sementara Dewi, gadis kecil itu tidak terusik sama sekali dengan apa yang di lakukan pria tampan di sampingnya. Dewi malah terlihat begitu nyaman dengan belaian lembut di pipinya meskipun kedua matanya terpejam dengan rapat.
Setiap malam sosok tampan berjubah putih itu memang selalu datang untuk menemaninya, menjaganya, dan memastikan Dewi baik baik saja sampai pagi menjelang.
Tidak hanya malam saja, bahkan setiap langkah Dewi sosok itu selalu menyertai. Sosok itu juga lah yang selalu membalas setiap perbuatan yang di lakukan teman teman Dewi sejak dulu.
TBC